Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/301358908

PEDOMAN UMUM DESAIN BENDUNGAN KECIL TIPE TIMBUNAN TANAH


HOMOGEN

Book · April 2016

CITATIONS READS

0 2,116

1 author:

Muslimin Muslimin
Universitas Gadjah Mada
6 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Muslimin Muslimin on 19 April 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PEDOMAN UMUM DESAIN BENDUNGAN KECIL
TIPE TIMBUNAN TANAH HOMOGEN

Diterjemahkan secara bebas oleh: Muslimin


Dari Dokumen Technical Report no 1987/24 Waikato Catchment Board

Salatiga, April 2016


PENGANTAR

Buku ini merupakan terjemahan bebas dari buku:

“ Waikato Valley Authority Technical Report 1987/24,


General Guidelines for The Design of Small Homogeneous Earthfill
Dams,
Perpared By: W.M. Mulholland (Engineering Service Unit)”

Buku ini sengaja diterjemahkan untuk memperkaya referensi umum


mengenai bendungan di Indonesia yang masih sangat terbatas dan
umumnya masih dalam bahasa asing. Mudah-mudahan penulis diberi
kemudahan dan banyak waktu luang untuk menerjemahkan referensi
lainnya.

Web : muslimin.blog.ugm.ac.id
Mail : muslimin@mail.ugm.ac.id

1
DAFTAR ISI

Halaman
Pengantar 1
Daftar isi 2
Daftar Tabel 3
Daftar Gambar 3
1. Pendahuluan 4
2. Pondasi 4
3. Stabilitas Timbunan 8
4. Lebar Puncak 8
5. Rembesan 10
6. Desain Spillway 11
7. Perlindungan Lereng Hulu 12
8. Komentar pada Konstruksi dan Pemeliharaan 13
Bendungan Kecil

Daftar Pustaka

2
Daftar Tabel

1. Kemiringan yang direkomendasikan untuk stabilitas


timbunan pada pondasi lanau dan lempung jenuh (diambil
dari “Design of small Dams”, USBR, 1974)
2. Kemiringan yang direkomendasikan untuk bendungan kecil
tipe timbunan tanah homogen pada pondasi keras (diambil
dari “Design of small Dams”, USBR, 1974)

Daftar Gambar

1. Desain bendungan pada pondasi saturated fine grained


(tanah berbutir halus yang jenuh)
2. Kriteria desain podasi untuk tanah relatively dry fine grained
(tanah berbutir halus relatif kering)
3. Alternative criteria desain pondasi untuk tanah relatively dry
fine grained (tanah berbutir halus relatif kering) (diadopsi
dari Gibbs1966)

3
1. PENDAHULUAN
Pedoman ini ditujukan untuk bendungan kecil tipe urugan
(dengan tinggi kurang dari 15 meter) yang tidak membutuhkan
desain yang khusus.

2. PONDASI
Kebutuhan pondasi yang paling penting untuk sebuah
bendungan tipe urugan adalah pondasi yang mamp mendukung
timbunan, dan yang cukup menahan rembesan.

Perlakuan minimal untuk sebuah pondasi bendungan berupa


stripping (pengupasan) tanah pada rencana pondasi untuk
menghilangkan rerumputan, topsoil (tanah bagian paling atas)
dengan kandungan organik tinggi dan material lain yang tidak
dibutuhkan atau akan memperlemah kekuatan pondasi. Pada
semua pondasi dibutuhkan parit pengunci (key trench) untuk
mengikat material timbunan pada pondasi

2.1. Pondasi batu/tanah keras


Pondasi yang berupa batu/tanah keras umumnya tidak
menunjukkan adanya masalah kuat dukung pada bendungan
kecil. Pondasi yang berupa tanah keras/batuan harus
diinvestigasi untuk menentukan permebilitasnya. Jika batuan
yang ada mudah bocor tekanan uplift yang berlebihan atau
kehilangan air dengan jumlah banyak akan terjadi pada joint,
celah, retakan, permeable strata, atau sepanjang lempeng
patahan maka harus dilakukan grouting.

2.2. Pondasi pasir/kerikil


Pondasi dengan tipe ini membutuhkan pertimbangan khusus
untuk meminimalisir volume bocoran dan gaya-gaya yang
tidak menguntungkan akibat tipe pondasi ini.

4
2.3. Pondasi Lanau/Lempung

2.3.1. Desain untuk pondasi jenuh


Konstruksi bendungan kecil pada tanah jenuh
berbutir halus boleh jadi membutuhkan tambahan
perkuatan berupa timbunan pada bahu bendungan
timbunan seperti ditunjukan pada gambar 1 dan tabel
1 tergantung pada konsistensi pada tanah pondasi
dan klasifikasinya menurut USCS (United Soil
Classification System). Kebutuhan tersebut
berdasarkan faktor keamana 1,5 dan sifat umum dari
timbunan.

2.3.2. Desain untuk pondasi yang relatif kering


Umumnya tanah impermeable tak jenuh cukup
memuaskan untuk pondasi bendungan kecil. Hal
tersebut menjelaskan adanya kelompok anah yang
memiliki kepadatan rendah dan kemungkinan terjadi
keruntuhan ketika jenuh akibat tampungan air di
atasnya.
Desain bendungan pada endapan pondasi kering
dengan kepadatan rendah, harus dimasukan kedalam
perhitungan kemungkinan adanya penurunan pada
saat kondisi jenuh akibat adanya tampungan air di
atasnya. Untuk mengetahui apakah tanah tersebut
mudah mengalami penurunan yang berlebihan
dibutuhkan pengetahuan mengenai perbedaan antara
kandungan air alami (natural water content) dan
kandungan air optimum (optimum water content),
dan prosentase kepadatan kering maksimum Proctor
eksisting (Proctor maximum dry density existing)
pada tanah asli.

5
Tabel 1. Rekomendasi Kemiringan yang direkomendasikan untuk stabilitas timbunan pada pondasi lanau dan lempung
jenuh (diambil dari “Design of small Dams”, USBR, 1974)
Konsistensi Nilai Klasifikasi Tanah Kemiringan timbunan yang stabil untuk berbagai variasi tinggi bendungan
tanah N-SPT Pondasi (USCS) 15 m 12 m 9m 6m 3m
Lunak <4 Dibutuhkan pengujian dan analisis tanah yang khusus
Sedang 4 sd 10 SM 4,1:1 4:1 3:1 3:1 3:1
SC 6:1 5:1 4:1 3:1 3:1
ML 6:1 5:1 4:1 3:1 3:1
CL 6,5:1 5:1 4:1 3:1 3:1
MH 7:1 5,5:1 4,1:1 3,5:1 3:1
CH 13:1 10:1 7:1 4,1:1 3:1
Keras 11 sd 20 SM 4:1 3,5:1 3:1 3:1 3:1
SC 5,5:1 4,5:1 3,5:1 3:1 3:1
ML 5,5:1 4,5:1 3,5:1 3:1 3:1
CL 6:1 4,5:1 3,5:1 3:1 3:1
MH 6,5:1 5:1 4:1 3:1 3:1
CH 11:1 9:1 6:1 3:1 3:1
Sangat Keras > 20 SM 3,5:1 3:1 3:1 3:1 3:1
SC 5:1 4:1 3:1 3:1 3:1
ML 5:1 4:1 3,5:1 3:1 3:1
CL 5:1 4:1 3:1 3:1 3:1
MH 5,5:1 4:1 3:1 3:1 3:1
CH 10:1 8:1 5,5:1 3:1 3:1

Catatan: Stabilitas tanah tidak dibutuhkan ketika kemiringan timbunan seperti pada tabel 2 kurang dari yang ditunjukan
pada tabel 1diatas.

6
Hubungan emipirik antara D (kepadatan kering
dibagi dengan kepadatan maksimum kering Proctor)
seperti ditunjukan pada gambar 2. Gambar 3
menunjukkan criteria alternative dengan
mengggunakan kepadatan tanah kering alami
(natural dry density) dan batas cair (liquid limit)
ketika hasil proctor test tidak tersedia. Untuk pondasi
tanah tidak jenuh yang berada pada kategori “no
treatment required” (tidak membutuhkan perlakuan)
hanya membutuhkan pengupasan tanah (striping),
dan parit pengunci. Tanah yang terletak pada
kandungan air yang lebih besar daipada kandungan
air optimum, harus dicek untuk menentukan tingkat
kejenuhan. Jika tingkat kejenuhan lebih besar dati
95% harus dimasukkan ke dalam kategori jenuh dan
desainnya harus menyesuaikan.

7
3. STABILITAS TIMBUNAN
Kemiringan timbunan harus stabil selama konstruksi dan pada
semua kondisi operasi tampungan, termasuk kondisi rapid
drawdown (penurunan muka air yang tiba-tiba). Kemiringan
lereng timbunan yang direkomendasikan pada pondasi yang
stabil untuk bendungan kecil tipe urugan tanah diberikan pada
tabel 2.

8
4. LEBAR PUNCAK BENDUNGAN
Lebar puncak minimal merupakan lebar yang akan
menyediakan gradient perkolasi yang aman sepanjang timbunan
pada saat tampungan penuh. Karena pada prakteknya, sangat
sulit untuk menentukan faktor lebar puncak ini. Biasanya
digunakan faktor lebar puncak digunakan pendekatan empiris
dan mengikuti persamaan yang direkomendasikan untuk
bendungan kecil tipe urugan tanah yaitu:

W= H/5 + 3

Dimana W adalah lebar puncak bendungan, dan H adalah tinggi


bendungan.

9
Tabel 2. Kemiringan yang direkomendasikan untuk bendungan kecil tipe
timbunan tanah homogen pada pondasi keras
(diambil dari “Design of small Dams”, USBR, 1974)
Kondisi Rapid Klasifikasi Tanah Kemiringan Kemiringan
drawdown Lereng hulu lereng hilir
Tidak GW, GP, SW, SP Tidak cocok
GC, GM, SC, SM 2,5:1 2:1
CL, ML 3:1 2,5:1
CH, MH 3,5:1 2,5:1
Ya GW, GP, SW, SP Tidak Cocok
GC, GM, SC, SM 3:1 2:1
CL, ML 3,5:1 2,5:1
CH, MH 4:1 2,5:1
Keterangan: tanah dengan tipe OL dan OH tidak direkomendasikan untuk
bahan utama bendungan kecil tipe urugan homogen dan tanah
dengan tipe sebelumnya tidak cocok.

5. REMBESAN PADA TIMBUNAN


Rembesan pada timbunan bendungan harus dikontrol sehingga
tidak terjadi erosi internal dan tidak terjadi gerusan pada area
tersebut pada saat muncul rembesan. Bentuk spesifik pengontrol
rembesan sangat bervariasi, tetapi biasanya digunakan bentuk
drainasi selimut horizontal atau drainasi kaki. Kedua tipe
tersebut termasuk filter untuk melindungi sumbatan yang
mengakibatkan erosi butiran dari tubuh bendungan. Drainasi
selimut harus dipasang dari kaki bendungan hingga kedalam
H+1,5 pada centerline bendungan (H= tinggi bendungan).

Drainasi pengontrol rembesan biasanya tidak dibutuhkan jika


tampungan tidak akan terisi air untuk jangka wakt yang cukup
lama (dalam arti lain permukaan garis phreatic tidak akan
memiliki waktu untuk terbentuk). Sebagai contoh, bendungan
yang khusus untuk pengendali banjir yang hanya terisi saat
banjir terjadi dapat masuk dalam kategori ini.

10
6. DESAIN SPILLWAY
Spillway biasanya didesain sehingga dapat melewatkan debit
banjir 100 tahunan dengan tinggi jagaan (freeboard) sebesar 300
mm. Untuk spillway yang menyatu dengan tubuh bendungan,
kecepatan pada puncak dan lereng hilir harus cukup untuk
menahan erosi. Untuk alasan tersebut puncak dan lereng hulu
pada timbunan spillway harus ditanami rumput.

Contoh tipikal desain untuk spillway dengan elevasi puncak 0,5


m di bawah puncak bendungan dan debit desain sebesar Q
adalah mengikuti persamaan berikut ini:

Head maksimum pada spillway (H) : 0,2 m (0,3 m freeboard)


Kedalaman kritis pada puncak (Y) : 2/3 x 0,2 = 0,133 m
Aliran kritis pada puncak (q) : 0,152 m2/detik
Kecepatan kritis di atas puncak (V) : 1,14 m/detik
Kebutuhan panjang spillway (L) : Q/0,152

Periksa kecepatan pada lereng hilir dengan persamaan Manning


Kekasaran (n) : 0,05
Kecepatan maksimum yang diijinkan : 2,0 m/detik
Kedalaman aliran maksimal (Y=q/V) : 0,152/2 = 0,076 m
Kemiringan maksimum (S) : 0,310 (digunakan 1:3)

Head yang besar pada spillway dengan gebalan rumput perlu


dilakukan penurunan kemiringan lereng hilir untuk memastikan
kecepatan yang lewat spillway lebih kecil.

7. PERLINDUNGAN LERENG HULU


Permukaan lereng hulu membutuhkan perlindungan untuk
melawan erosi akibat gelombang/ombak jika tampungan air
cukup besar. Bentuk perlindungan lereng hulu dapat berupa

11
batuan rip-rap, timbunan batuan, atau bentuk lain yang cocok
sebagai perindungan. Perlindungan lereng hulu tersebut harus
dipasang pada jarak yang aman, di atas muka air operasi
maksimum. Elevasi di atas perlindungan tersebut dapat ditanami
gebalan rumput.

8. KOMENTAR PADA KONSTRUKSI DAN


PEMELIHARAAN BENDUNGAN KECIL
Sangat penting untuk diperhatikan mengenai pelaksanaan
pemadatan timbunan bendungan ketika dikerjakan. Idealnya
pemadatan dilakuka pada lapisan yang tidak terlalu tebal untuk
mendapatkan kelembaban optimum. Ketebalan maksimum
lapisan pemadatan tergantung pada karakteristik material yang
akan dipadatkan dan tipe peralatan pemadatan yang digunakan,
serta jumlah usaha pemadatan yang dilaksanakan. Untuk tipikal
situasi desain yang tidak spesifik dan tidak dibutuhkan
pemadatan khusus, pemadatan biasanya dilakukan dengan
ketebalan 150 mm hingga 300 mm dengan mempertimbangkan
berbagai keadaan. Ketika pemadatan memiliki kadar air yang
secara signifikan lebih besar daripada kadar air optimum (-lebih
dekat dengan kandungan air jenuh), pelaksanaan konstruksi
harus dijalankan dalam beberapa langkah untk memberikan
waktu menghilangkan kelebihan tekanan pori.
Perlu diperhatikan pula bahwa lereng dan puncak tubuh
bendungan serta spillway memiliki gebalan rumput yang baik.
Tubuh bendungan, abutment, dan bagian pondasi yang terlihat
harus diperiksa secara periodic, khususnya selama pelaksanaan
operasi pertama kalinya hingga 2 tahun., untuk mendeteksi
adanya tanda-tanda yang kurang baik. Pengamatan pada tubuh
bendungan dan bidang kontak pondasi adalah bagian terpenting
pada pengisian maupun penurunan muka air yang cepat. Tanda-
tanda yang perlu diperhatikan seperti: retakan, longsoran,

12
gerusan, lubang benam, perlindungan lereng yang berubah, mata
air, rembesan, atau lubang yang disebabkan oleh rembesan dari
tampungan.

Aliran dari drainasi selimut atau drainasi kaki harus diperiksa


dari waktu ke waktu, apabila terjadi kenaikan ataupun
penurunan volume yang tiba-tiba boleh jadi merupakan
peringatan adanya masalah dengan rembesan. Adanya
peningkatan jumlah butiran material yang ikut dalam aliran
rembesan juga merupakan peringatan adanya erosi internal.

DAFTAR PUSTAKA

13
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai