Anda di halaman 1dari 17

PERMEN

PEJABAT FUNGSIONAL PENGA}ITAR KERIA - PENGGUNAA}.I PEKAIAN DINAS -


20Lt

PERMENAKERTRA}TS R.I. NOMOR PER.9/}{ENA//201 1_ LL. KEMENAKERTRANS 12


HAL.

PERATURA}I MENTERI TENAGA KERIA DA}I TRA}ISMIGRASI R.I. NOMOR PER-


9A4ENN/2010 TENTANG PENGGUNAAN PAKATAN DINAS BAGI PEJABAT
FUNGSIONAL PENGANTAR KERIA.

ABSTRAK : dalam rangka menumbuhkembangkan kebersamaan, ciri, identitas, dan citra


Pengantar Kerja serta mewujudkan kedisiplinan dalam meningkatkan pelayanan
penempatan tenaga krtjq maka perlu diatur penggunaan pakaian dinas bagi
Pej abat Fungsional Pengantar Kerj a;

Dasar llukum Peraturan Menteri ini adalah :

UU. Nomor 8 Tahun 1974, UU. Nomor 13 Tahun 2003, UU. Nomor 39 Tahun
2004, UU. Nomor 38 Tahun 2A07, PP. Nomor 40 Tahun 2010, PP Nomor 53
Talrun 2010, Kepmenpan Nomor 06/Kep/lvl.PAN/2/2000, Keputusan Bersama
Menaker dan Kepala BKN Nomor KEP.40/}vIEN/2000 dan Nomor 15A Tahun
2000, Kepmenakerhans Nomor KEP.04/I{EN/2001, Peraturan Kepala
BNP2TKI Nomor PER-0 1/KA-BNP2TKI/IIV2007, Peraturan Kepala BNP2TKI
Nomor PER-35/KA-BNP2TKI/IV/2007, Permenakertrans No. PER.I2A{EN/
VIIV2010.

Dalam Peraturan Menteri ini mengatur tentang :


l. Ketentuan Umum;
2. Pakaian Dinas;
3. Lambang;
4. Tanda Pangkat dan Jabatan;
5. Ahibut;
6. Pengadaan;
7. Ketentuan Penutup.

CATATAN : Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 19 Mei 2011.

IURATA lr,LUNE M NOrcR1 DESETBER MII


PERMEN
KEMNAKERTRA}IS - PEDOMAN PENILAIAN KIMRIA - LINIT PELAYANAN PUBLIK
-2011

PERMENAKERTRA}.IS R.I. NOMOR PER.IOA{ENA/IIY2O1 1_ LL. KEMENAKERTRANS


12HAL,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERIA DAN TRANSMIGRASI R.I. NOMOR PER-


10/I4ENNnV20il TENTANG PEDOMAN PEMLAIAN KINERIA LINIT PELAYANAN
PUBLIK KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI.

ABSTRAK : untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 10, Pasal 11, dan
Pasal38 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Dasar Hukum Peraturan Menteri ini adalah :

UU. Nomor 25 Tahun 2009, Kepmenpan Nomor 63/KEPA{.PAN/7/2003'


Kepmenpan Nomor 251I<EPIM.PN:11212004, Kepmenpan Nomor
261/I<EP|M.PA\{1212004, Kepmenpan Nomor 118/KEP/lvI.PA}:J1712004,
Permenpan Nomor 7 Tahun 2010, Permenakertrans No. PER.I2A{EN/
V[V20 1 0, Permenakertrans No. PER.07A4EN/IV/20 1 I .

Dalam Peraturan Menteri ini mengatur tentang:


1. KetentuanUmum;
2. Maksud, Tujuan dan Sasaran;
3. Organisasi, Mekanisme dan Instrumen Penilaian;
4. PemberianPenghargaan;
5. Ketentuan PenutuP.

CATATAN : Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 23 Agustus 2011.

WIRAIA VOLUNE 20 NO'TOR 1 DESEUBER 2OI I


KEPMEN.
JUKLAK - PENGGUNAAN DANA_ INFRASTRUKTUR _ KAWASA}{ TRANS _ TA 2O1I

KEPMENAKERTRA}.IS R.I. NOMOR KEP.253II\{ENDV2OI 1_ LL. KEMENAKERTRANS 8


HAL.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERIA DA}{ TRANSMIGRASI R.I. NOMOR KEP-


2'3!N1trjN/XI2OII TENTANG PETUNJI.]K PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA
PERCEPATAN, PEMBANGI.JNA}'{ INFRASTRUKTUR DAERAH KAWASAN
TRANSMIGRASI TAHUN ANGGARAN 2OII.

ABSTRAK : untuk memberikan pedoman bagi pemerintah kabupatenlkota dalam rangka


pelaksanaan penggunaim dana percepatan pembangunan Infrastnrktur daerah di
Kawasan Transmigrasi Tahun Anggaran 2011.

I)asar llukum Peraturan Menteri ini adalah :

UU. Nomor 15 Tahun lgg7,UU. Nomor 32 Tahun 2004,UU. Nomor 10 Tahun


20t0, PP. Nomor 2 Tahun 1999, PP. Nomor 38 Tatrun 2007, Kepres Nomor
84/P Tahun 2009, Permenakertrans Nomor 1 5A{ENA/W2007, Permenakertrans
No. PER. 1 2/lvIEN/ VIIV2O I 0.

Dalam Peraturan Menteri ini mengatur tentang:


l. Pefunjuk Pelaksanaan Penggunaan Dana Perce,patan Pembangunan
Infrastruktur Daerah di Kawasan Transmigrasi Tahun Anggaran 20ll;
2. Penutup.

CATATAN : Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 10 Oktober 2011.

NR,IA lo.;UE 20 T/r,//OR 1 OESEffiER'O''


PERMEN
ATASE DAN STAF TEKNIS KETENAGAKERIAAN _ PERWAKILA}I RI DI LUAR NEGERI
-2011

PERMENAKERTRANS R.I. NOMOR PER.12A{ENDV2O11_ LL. KEMENAKERTRANS 9


HAL.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERIA DAN TRANSMIGRASI R.I. NOMOR PER.


12A4EN/)V2011 TENTANG ATASE KETENAGAKERIAAN DAN STAF TEKNIS
KETENAGAKERIAAN PADA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR
NEGERI.

ABSTRAK : -. dalam rangka meningkatkan pasar kerja dan kesempatan kerja serta
pengembangan kebijakan ketenagakerjaan di luar negeri maka perlu
peningkatan peran Atase Tenaga Kdrja dan Staf Teknis Tenaga Kerja Pada
Perwakilan Republik Indonesia di LuarNegeri;

untuk melindungi Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri,


Pemerintah mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan
terhadap Tenaga Kerja Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri;

Dasar Hukum Peraturan Menteri ini adalah :

IJU. Nomor 8 Tahun 1974, UU. Nomor 1 Tahun 1982, UU. Nomor 37 Tahun
lg99,IJU. Nomor 24 Tahun 2000, UU. Nomor 13 Tahun 2003, UU Nomor 39
Tahun 2004, UU. Nomor 39 Tahun 2008, Keppres Nomor 108 Tahun 2003,
Keppres Nomor 84/P Tahun 2009, Perpres Nomor 47 Tahun 2009, Perpres
Nomor 24 Tahun 2010, Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK.
O61NOTNV20O4!0L Tahun 2004, Permenakertrans No. PER.12II\{EN/
VIIV2OIO.

Dalam Peraturan Menteri ini mengatur tentang:


l. KetentuanUmum;
2. Pembentukan dan Pengembangan;
3. Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas;
4. Usulan Penempatan dan Persyaratan;
5. Pembinaan Teknis'
6. Pelaporan;
Ketentuan PenutuP.

CATATAN : Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 28 Oktober 2011.

W'RATA VOLUIIE 20 NONOR 1 DESEUBER 2OI1


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 64 TAHUN 2OI1
TENTANG
PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PSIKOLOGI
CALON TENAGA KERIA INDONESIA

DENGAN REHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 49 ayat (2) undang-undang
Nomor 39 Tahun 2004 Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
di Luar Negeri, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Pemeriksaan
Kesehatan dan Psikologi Calon Tenaga Kerja Indonesia.

Mengingat 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
t945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan


Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 133, Tambatran Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor aaafl;

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor lM, Tambatran Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

uR t voLurftz0 NorrcRl DESEwBERaIti 10


Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tarnbatran Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tarnbahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

8. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional


Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;

MEMUTUSKAN:

MenetapKAN : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN


PRIKOLOGI CALON TENAGA KERIA INDOI.{ESIA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal I

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:

1. Calon Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut calon TKI adalah
setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja
yang akan bekerja di luar negeri dan terdaftar di instansi Pemerintah
kabupatenlkota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

2. Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut TKI adalah setiap warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam
hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.

3. Pelaksana Penempatan TKI Swastayangselanjutnya disebut PPTKIS adalah


badan hukum yang telah memperoleh izin tertulis dari pemerintah untuk
menyelenggarakan pelayanan penempatan TKI di luar negeri.

4. Pemeriksaan Kesehatan adalah pemeriksaan terhadap kesehatan calon TKI


yang akan bekerja ke luar negeri, berupa pemeriksaan fisik lengkap dan
jiwa, dan pemeriksaan penunjang.

5. Sarana Kesehatan adalah rumah sakit atau klinik yang digunakan untuk
menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan calon TKI.

MRAIA VOLUHE 20 NOUOR' DESEUBER 2OII


11
6. Pemeriksaan Psikologi adalah penilaian psikologi terhadap calon TKI untuk melihat tingkat
kesesuaiai aspek-aspek kognitf kepribadian serta sosial calon TKI dengan pekerjaan yang
akan dilakukan di tempat kerja di negara tujuan.

7. Lembaga Pemeriksaan Psikologi adalah lembaga yang melakukan kegiatan di bidang


psikologi dan memiliki izin dari Menteri untuk melakukan pemeriksaan psikologi bagi calon
TKI.

8. Sertifikat Kesehatan adalah bukti tertulis yang berisi keterangan layak untuk bekerja (fit to
work) yang dikeluarkan oleh sarana kesehatan yang melakukan pemeriksaan kesehatan calon
TKI.

9. Psikolog adalah Sarjana atau magister tamatan pendidikan profesi yang mempunyai Sertifikat
Sebutan Psikolog dan Surat Izin Praktik Psikolog.

10. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutrya
disebut BNP2TKI adalah Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang bertanggung jawab
kepada Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun,2004
tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

11. Menteri Kesehatan adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.

12. Menteri adalah Mertteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


ketenagakerjaan.

Pasal 2

Unhrk dapat direlaut sebagai calon TKI, pencari kerja hanrs dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani.

Pasal 3

Setiap calon TKI yang akan bekerja ke luar negeri wajib mengikuti pemeriksaan kesehatan dan
pemeriksaan psikologi.

BAB II
PEMERIKSAAN KESEHATA}.I CALON TKI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 4

(l) Setiap calon TKI yang akan mengikuti pemeriksaan kesehatan wajib didata identitasnya
dengan dilengkapi data biomehik yang dilaksanakan oleh sarana kesehatan.

NRATA VOLU,E 20 NONOR 1 DESENBER 2O'1 t2


(2) Sarana kesehatan dalam melakukan pendataan identitas calon TKI sebagaimana dimaksud
padaayat (1) harus teritegrasi dalam sistem online penempatan dan perlindungan TKI.

(3) Sistem online penempatan dan perlindungan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat Q)
dilaksanakan oleh BNP2TKI.

(4) Sistem online penempatan dan perlindungan TI(I sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat diakses oleh sarana kesehatan tanpa dipungut biaya.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem online penempatan dan perlindungan TKI
sebagaimana dimaksud pda ayat (2) diatur oleh Kepala BNP2TKI.

' Baglan Kedua


Sarana Kesehatan

Pasal 5
\
(1) Sarana kesehatan yang dapat melakukan pemeriksaan kesehatan calon TKI harus mendapat
penetapan dari Menteri Kesehatan.

(2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) diberikan setelah mendapat rekomendasi
dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan dilakukan penilaian oleh Tim Penilai.

(3) Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibentuk oleh Menteri Kesehatan yang
keanggotaannya terdiri dari unsur Kementerian Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, BM2TKI dan organisasi profesi dokter.
(4) Untuk mendapatkan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sarana kesehatan
harus memenuhi persyaratan:
a. rumah sakit minimal kelas C atau klinik utama yang mempunyai dokter spesialis
penyakit dalam;
b. memiliki laboratorium dengan penanggung jawab seorang dokter spesialis patologi
klinik;
c. memiliki unit radiologi dengan penanggung jawab seorang dok:ter spesialis radiologi;
dan
d. standar pelayanan yang berlaku.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak berlaku bagi sarana
kesehatan milik Pemerintah Pusat.

Pasal6

(1) Sarana Kesphatan milik Pemerintatr Daerah atau swasta yang dapat melakukan pemeriksaan
kesehatan calon TKI harus mengajukan permohonan penetapan kepada Menteri Kesehatan.

MRAIA VOLU'TE 20 NOUOR' DESEUBER 2OI1


13
(2) Pengajuan permohonan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanrs dilengkapi
dengan:
a. rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi;
b. fotokopi surat izin sarana kesehatan;
c. surat keterangan sudah operasional dalam pelayanan kesehatan sekurang-kuangrya2
(dua) tahun dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/I(ota;
d. fotokopi Surat Izin Praktik dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis patologi
klinik, dan dokter spesialis radiologi; dan
e. profil sarana kesehatan.

(3) Untuk menerbitkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada akay Q) huruf a, Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi hanrs memperhatikan pemenuhan persyaratan sebagaimana
dimaksud padaayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e.

Pasal T

(1) Penetapan sebagai sarana kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan calon TKI berlaku
selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang untuk waktu yang s.rma.

@ Perpanjangan sebagaimana dimaksud pda ayat (1) dilalcukan dengan mengajukan


permohonan kepada Menteri Kesehatan selainbat-lambabrya 30 (tiga puluh) hari sebelum
jangka waktu penetapan berakfiir dengan melampirkan surat penetapan sarana kesehatan
yang masih berlaku.

(3) Persyaratan dan prosedur perpanjangan penetapan sebagai sarana kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan dalam Pasal 5 dan Pasal 6 ayat (2)
huruf a, huruf b, huruf d, dan huruf e.

Pasal 8

Sarana kesehatan yang telah mendapatkan penetapan wajib melaporkan setiap perubahan izin
saf,ana kesehatan dan/atau nama-nama dokter spesialis penanggung jawab yang dipersyaratkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b dan huruf d kepada Menteri Kesehatan.

Bagran Ketiga
Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan

Pasal 9

(l) Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan calon TKI dilakukan sesuai dengan standar
pemeriksaan kesehatan untuk calon TKI yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

MRATA VOLUNE M NONOR 1 DESEU8E,R 2O1I t4


@ Jenis pemeriksaan kesehatan calon TKI meliputi pemeriksaan:
a. fisik lengkap dan jiwa;
b. penunjang.

(3) Pemeriksaan fisik lengkap dan jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a bertujuan
untuk mendapatkan data riwayat penyakit, kelainan fisik, dan fungsi kelainan jiwa yang
meliputi anamnesis, pemeriksaan fi sik dan jiwa.

(4) Pemeriksaan penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b bertujuan untuk
menunjang hasil pemeriksaan fisik dalam menegakkan diagnosa yang meliputi pemeriksaan
laboratorium dan radiologi.

Pasal 10

Selain jenis pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), dapat
dilalcukan pemeriksaan tambahan sesuai dengan permintaan negara tujuan penempatan.

?asal I I

Pemeriksaan kesehatan dilakukan setelah calon TKI menandatangani perjanjian penempatah dan
lulus pemeriksaan psikologi.

Pasal 12

Pemeriksaan kesehatan calon TKI harus dilaksanakan sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional yang berlaku.

Pasal 13

(l) Pemeriksaan kesehatan terhadap calon TKI dikenakan biaya dengan mengikuti besaran tarif
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

(Z) Sarana kesehatan dilarang memungut biaya pemeriksaan kesehatan di luar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Bagian Keempat
Hasil Pemeriksaan Kesehatan

Pasal 14

(l) Bagi calon TKI yang dinyatakan sehat berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan wajib
ditJrbitkan sertif*at kesehatan dengan memuat kesimpulan layak untuk bekerja (fit to
woo.

MRATA VOLI/IUE 20 N)UOR 1 DESEUBER 2O1I


15
(2) Sertifikat kesehatan sebagaimana dimaksud padaayat (l) memuat sekurang-kurangrya:
a. nama dan alamat sarana kesehatan;
b. identitas calon TKI;
c. negara tujuan penempatan;
d. waktu pemeriksaan;
e. jenis pemeriksaan kesehatan;
f. kesimpulan hasil pemeriksaan;
g. masa berlaku sertifikat; dan
h. nzrma dan nomor Surat Izin Praktik dokter spesialis penyakit dalam yang melakukan
pemeriksaan.

(3) Sertifikat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dikeluarkan oleh
sarana kesehatan tempat pemeriksaan kesehatan calon TKI dilakukan.

(4) Sertifikat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh dokter
spesialis penyakit dalam yang melalrukan pemeriksaan kesehatan terhadap calon TKI dan
diketahui oleh penanggung jawab sarana kesehatan yang bersangkutan.

(s) Sertifikat kesehatan berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal
dikeluarkan.

(6) Sertifikat kesehatan tidak berlaku apabila calon TKI dinyatakan lrr-il berdasarkan
pemeriksaan laboratorium.

(7) Pemeriksaan laboratorium sebagaimana dimaksud pada ayat (6) wajib dilakukan paling
lambat 7 (tujuh) hari sebelum keberangkatan.

Pasal 15

Sertifikat kesehatan yang asli diberikan kepada calon TKI, dan salinan sertifikat kesehatan yang
telatr dilegalisir oleh sarana kesehatan yang menerbitkan sertifikat diberikan kepada PPTKIS.

Pasal 16

Hasil pemeriksaan kesehatan calon TKI bersifat rahasia dan hanya dapat digunakan atas
persetujuan calon TKI yang bersangkutan atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 17

(1) Sertifikat kesehatan harus memiliki I (satu) nomor registrasi yang dikeluarkan oleh Menteri
Kesehatan.

(2) Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pendistrubusian sertifikat kesehatan diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan.

MRATA VOLUNE 20 NOUOR 1 DESEUBER 2U1


BAB III
PEMERIKSAAN PSIKOLOGI CALON TKI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 18

(1) Setiap calon TKI yang akan mengikuti pemeriksaan psikologi wajib didata identitasnya
dengan dilengkapi data biomehik yang dilaksanakan oleh Lembaga Pemeriksaan Psikologi.

(2) Lembaga Pemeriksaan Psikologi dalam melakukan pendataan identitas calon TKI
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus teritegrasi dalam sistem online penempatan dan
perlindungan TKI. \

(3) Sistem online penempatan dan perlindungan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat Q)
dilaksanakan oleh BNP2TKI.

(4) Sistem online penempatan dan perlindungan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat diakses oleh sarana kesehatan tanpa dipungut biaya.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem online penempatan dan perlindungan TKI
sebagaimana dimaksud padaayat (2) diatur oleh Kepala BNP2TKI.

Bagian Kedua
Pemeriksaan Psikologi

Pasal 19

Pemeriksaan psikologi dilakukan terhadap calon TKI yang telah menandatangi perjanjian
penempatan.

Pasal 20

(l) Pemeriksaan psikologi dimaksudkan untuk melihat tingkat kesesuaikan aspek-aspek


kognitil kepribadian dan sosial calon TKI dengan pekerjaan yang akan dilal$*an di tempat
kerja di negara tujuan sesuai dengan kaidah-kaidan ilmiatr profesi psikologi.

(2) Aspek kognitif sebagaimana dimaksud pada ayat (l) meliputi kemampuan daya pikir yang
dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan sukses di pekerjaan.

(3) Aspek kepribadian sebagaimana dimaksud padaayat (1) merupakan ciri sifat yang ada pada
seseorang yang mencakup pengendalian emosi, kemampuan inisiatif dan kemampuan
melaksanakan tugas.

t7 VURAIA WLUTE M M)UOR 1 TESENBER 2UI


(4) Aspek spsial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup kemampuan menyesuaikan
diri dan kemampuan berhubungan sosial.

Bagran Ketiga
Hasil Pemeriksaan Psikologi

Pasal 2l

(l) Bagi calon TKI yang dinyatakan layak untuk bekoja berdasarkan hasil pemeriksaan
psikologi wajib diterbitkan sertifikat pemeriksaan psikologi.

(2) Sertifikat pemeriksaan psikologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-
kurangnya: '
a. nama dan alamat Lembaga Pemeriksaan Psikologi;
b. identitas calon TK[;
c. negara tujuan penempatan;
d. waktu pemeriksaan;
e. jenis pemeriksaan psikologi;
f. kesimpulan hasil pemeriksaan;
g. masaberlaku sertifikat; dan
h. nama dan nomor Surat Izin Praktik Psikologi yang melakukan pemeriksaan.
(3) Sertifikat pemeriksaan psikologi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dikeluarkan oleh Lembaga Pemeriksaan Psikologi tempat pemeriksaan psikologi calon TKI
dilakukan.

(4) Sertifikat pemeriksaan psikologi sebagaimana dimakzud pada ayat (2) dilandatangani oleh
psikolog yang melakukan pemeriksaan psikologi terhadap calon TKI dan diketatrui oleh
penanggung jawab Lembaga Pemeriksaan Psikologi yang bersangkutan.

Pasal22

Sertifikat pemeriksaan psikologi yang asli diberikan kepada calon TK[, dan salinan sertifikat
pemeriksaan psikologi yang telah'dilegalisir oleh Lembaga Pemeriksaan Psikologi yarug
menerbitkan sertifikat diberikan kepada PPTKIS.

Pasal 23

Hasil perneriksaan psikologi calon TKI bersifat rahasia dan hanya dapat digunakan atas
persetujuan calon TKI yang bersangkutan atau sesuai de,ngan Kode Etik Psikologi Indonesia.

mRATAv0LUUE to Norrcn I oevubm mn 18


Pasal24

(1) Besarnya biaya pemeriksaan psikologi calon TKI ditetapkan oleh Menteri setelatr mendapat
penimbangan dari Tim Penilai.

(2) Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh Menteri yang
keanggotaannya terdiri dari unsur Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, BNP2TKI,
dan Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia.

(3) Lembaga Pemeriksaan Psikologi dilarang memungut biaya pemeriksaan psikologi di luar
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Bagian Keempat
Lembaga Pemeriksaan Psikologi

Pasal 25

Lembaga Pemeriksaan Psikologi yang dapat melakukan pemeriksaan psikologi terhadap calon
TKI adalah Lembaga Pemeriksaan Psikologi yang mendapat izin dari Menteri setelah mendapat
rekomendasi dari Tim Panitia.

Pasal26

(1) Untuk menjadi Lembaga Pemeriksaan Psikologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25,
Lembaga Pemeriksaan Psikologi wajib mengajukan permohonan izin kepada Menteri
setelah mendapat rekomendasi dari Tim Penilai.

(2) Untuk mendapatkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Lembaga
Pemeriksaan Psikologi hanrs memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. mempunyai izin pendirian dan telah aktif menjalankan praktik dan layanan psikologi
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;
b. mempunyai penanggung jawab lembaga yaitu seorang psikolog;
c. mempunyai tenaga psikolog yang mempunyai izin praktik psikolog;
d. memenuhi syarat dan standar pemeriksaan peikolog;
e. memiliki kantor dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta ruang pemeriksaan
psikologi, baik milik sendiri maupun kerja sama dengan pihak lain; dan
f. profil Lembaga Pemeriksaan Psikologi.

(3) Ketentuan mengenai syarat dan standar pemeriksaan psikologi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d ditetapkan oleh Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia sesuai
dengan Kode Etik Psikologi Indonesia.

Pasal2T

Lembaga Pemeriksaan Psikologi wajib menjaga kerahasiaan alat diagnostik yang digunakan.

19 W|,RATA VOLUNE M NONOR 1 DESEUBER 2U I


Pasal 28

(1) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, diberikan untuk jangka waktu 3 (tiea) tahun
dan dapat diperpanjang untuk jangfta waktu yang sama setelah dilakukan evaluasi oleh Tim
Penilai.

A) Perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengajukan


permohonan izin kepada Menteri selambatlarnbatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum jangka
waktu izin berakhir.

(3) Izin perpanjangan diterbitkan oleh Menteri setelah memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dengan melampirkan:
a. fotokopi izinyangmasihberlaku;
b. persyaratan r"Uu!-uin *a dimaksud dalam Pasal26 ayat Q) huruf b, fiuruf c, huruf d,
huruf e, dan huruf f; dan
c. hasil evaluasi oleh Tim Penilai.

BAB IV
PELAPORAN

Pasal29

(1) Sarana kesehatan wajib melaporkan kegiatan pelayanan perneriksaan kesehatan calon TKI
setiap 3 (tiga) bulan sekali atau sesuai kebutuhan kepada Menteri Kesehatan dengan
tembusan kepada Menteri dan Kepala BNP2TKI.

(2) Lembaga Pemeriksaan Psikologi wajib melaporkan kegiatan pemeriksaan psikologi calon
TKI setiap 3 (tiga) bulan sekali atau sesuai kebutuhan kepada Menteri dengan tembusan
Kepala BNP2TKI.

BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 30

(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap saxana kesehatan dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan BNP2TKI.

Q\ Pembinaan dan pengawasan tghadap Lembaga Pemeriksaan Psikologi dilakukan oleh


Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan BM2TKI.

mRATArc)LUmE m NorrcR 1 oeseuien zou 20


BAB VI
SA}IKSI ADMIMSTRATIF

Pasal 31

(1) Pelanggaran yang dilalcukan oleh sarana kesehatan dikenakan sanksi adminishatif oleh
Menteri Kesehatan.

(Z) Pelanggaran yang dilakukan oleh Lembaga Pemeriksaan Psikologi dikenakan sanksi
administratif oleh Menteri atas rekomendasi dari BNP2TKI.

Pasal 32

Sanksi administatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal3l, berupa:


a. tegurantertulis;
b. penglrenliansementara (skotsing);
c. pencabutan izinlpenetaPan.

BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 33

Sarana kesehatan yang telah ditetapkan sebelum ditetapkannya Peraturan Presiden ini tetap dapat
melakgkan pemeriksaan kesehatan calon TKI dan wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam
peraturan Piesiden ini paling lama 3 (tiga) bulan sejak berlakunya Peraturan Presiden ini.

BAB VM
KETENTUA}{ PENUTUP

Pasal 34

Dengan berlakunya Peraturan Preside,n ini, maka ketentriran peraturan perundang-undan-gan yang
menga.tu perneriksaan kesehatan dan psikologi calon TKI yang bertentangan dengan Peraturan
Presiden ini dinyatakan tidak berlaku.

I/ol;U'iE M 1 DESENBER 2UI


2l W|IRATA TN,,rcR
Pasal 35

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Septemb er 20ll
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSIO BAMBANG YUDHOYONO

mruiTAvoLunEm Nonoll DEsEuBfr2ut 22

Anda mungkin juga menyukai