AHLAN
K211 12 001
KELOMPOK E
A. Latar Belakang
Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia
guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun
kelompok dan lain sebagainya disebut antropometri. Pelopor bidang ini
adalah seorang ahli matematika berkebangsaan Belgia bernama Quetlet, yang
pada tahun 1870 memperkenalkan karyanya yang berjudul Anthropometrie.
Beliau tidak hanya disebut sebagai penemu atau pencetus ilmu tersebut,
namun juga orang yang pertama kali memperkenalkan istilah “antropometri”.
Sebenarnya, permulaan pemanfaatan antropometri secara fisik dapat
ditelusuri hingga akhir pada abad ke-18 serta digunakannya antropometri
untuk perbandingan antar ras yang pertama kali dikembangkan oleh Linne,
Buffon, dan White (Panero, 2003).
Antropometri adalah pengukuran perbandingan tubuh manusia dan
bagian-bagiannya untuk membandingkan dan menentukan standar jenis
kelamin, usia, berat badan, ras dan seterusnya. Pengukuran antropometri
terdiri dari berat badan, tinggi badan, ketebalan lipatan kulit dan lain-lain
(Brooker, 2005).
Antropometri adalah suatu parameter status nutrisi yang penting meliputi
pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, proporsi, ketebalan
lipatan kulit dan lingkar lengan pada anak yang lebih kecil. Tinggi dan
lingkat kepala merefleksikan status nutrisi masa lalu sedangkan berat badan,
ketebalan lipatan kulit dan lingkar lengan menggambarkan status nutrisi saat
ini, terutama cadangan lemak dan protein (Wong, 2008).
Ketebalan lipatan kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh
karena separuh dari cadangan lemak tubuh total terdapat langsung di bawah
kulit. Lingkar lengan atas berhubungan dengan pengukuran total massa otot.
Karena otot bertindak sebagai cadangan terbesar protein tubuh, pengukuran
ini dipertimbangan sebagai suatu indeks penyimpanan protein tubuh.
Idealnya, pengukuran pertumbuhan dicatat selama periode waktu tertentu dan
perbandingan dibuat dengan memerhatikan kecepatan pertumbuhan
berdasarkan nilai sebelumnya dan nilai sekarang (Wong, 2008).
Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara
yang sederhana untuk menentukan status gizi orang dewasa. Berat badan
kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi sedangkan berat
badan lebih akan meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif
(Sirajuddin, 2013).
Ditambahkan lagi…..
B. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Tujuan umum kegiatan praktikum ini adalah untuk menilai status gizi
individu secara antropometri dengan pemeriksaan Indeks Massa Tubuh
(IMT), prediksi tinggi badan, WHR (rasio lingkar pinggang dan pinggul),
lingkar perut, lingkar lengan atas dan percent body fat.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus kegiatan praktikum ini yaitu:
1) Untuk menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada manusia.
2) Untuk menentukan prediksi tinggi badan pada manusia.
3) Untuk mengukur WHR (rasio lingkar pinggang dan pinggul) pada
manusia.
4) Untuk mengukur lingkar perut pada manusia.
5) Untuk mengukur lingkar lengan atas pada manusia.
6) Untuk menentukan percent body fat pada manusia.
C. Manfaat Praktikum
1. Manfaat Ilmiah
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu dapat mengetahui cara
menentukan dan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT), prediksi tinggi
badan, WHR (rasio lingkar pinggang dan pinggul), lingkar perut, lingkar
lengan atas dan percent body fat.
2. Manfaat Praktis
Dapat menambah pengetahuan terutama dalam hal penentuan dan
pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), prediksi tinggi badan, WHR
(rasio lingkar pinggang dan pinggul), lingkar perut, lingkar lengan atas
dan percent body fat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
1. Timbangan seca berfungsi untuk mengukur pengukuran massa suatu
benda atau berat badan.
2. Microtoice berfungsi untuk mengukur tinggi badan.
3. Pita ukur yang digunakan untuk mengukur panjang dan diameter seperti
lila dan lingkar perut pada subjek.
4. Caliper yang akan digunakan untuk menentukan ketebalan kulit subjek.
5. Gandul benang berfungsi untuk membantu agar posisi microtoise tegak
lurus.
B. Bahan Praktikum
Adapun pada percobaan ini tidak ada bahan yang digunakan.
C. Prosedur Kerja
1. IMT
a. Berat Badan
1) Subjek mengenakan pakaian biasa (diusahakan dengan pakaian
yang minimal). Subjek tidak menggunakan alas kaki.
2) Dipastikan timbangan berada pada penunjukkan skala dengan
angka 0,0.
3) Subjek berdiri di atas timbangan dengan berat yang tersebar merata
pada kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke
depan. Diusahakan agar tetap tenang.
4) Dibaca berat badan yang tertera dengan skala 0,1 kg terdekat.
b. Tinggi Badan
1) Subjek diposisikan tepat di bawah microtoice. Subjek tidak
menggunakan alas kaki.
2) Kaki rapat, lutut lurus. Tumit dan bahu menyentuh dinding vertikal.
3) Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu
menyentuh dinding vertikal. Tangan lepas ke samping badan
dengan telapak tangan menghadap paha.
4) Subjek diminta untuk menarik napas panjang dan berdiri tegak
tanpa mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang
belakang. Diusahakan agar bahu tetap santai.
5) Ditarik microtoice hingga menyentuh ujung kepala, dipegang
secara horizontal. Pengukuran tinggi badan diambil pada saat
menarik napas maksimum. Dengan mata pengukur sejajar dengan
alat penunjuk angka untuk menghindari kesalahan penglihatan.
Dicatat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.
2. Prediksi Tinggi Badan
a. Pengukuran Tinggi Lutut
1) Subjek duduk dengan salah satu kaki ditekuk hingga membentuk
sudut 900 proksimal hingga patella.
2) Kaki diletakkan di atas alat pengukur tinggi lutut dan pastikan kaki
subjek membentuk sudut 900 dengan melihat kelurusannya pada tiang
alat ukur.
3) Dibaca dengan sedikit menjongkok sehingga mata pembaca tepat
berada pada angka yang ditunjukkan oleh alat ukur. Catat tinggi badan
pada skala 0,1 cm terdekat.
b. Pengukuran Ulna Length
1) Ulna lenght diukur dalam posisi duduk di lengan kiri.
2) Bahu ditempatkan di adduksi dan rotasi internal.
3) Siku ditekuk pada 45o dan telapak atngan diletakkan di dada dengan
jari diperpanjang.
4) Jarak antara ujung proksimal ulna pada siku dan titik apophysis di
pergelangan tangan diukur.
5) Rerata dari 2 pengukuran dihitung terdekat 0,5 cm dan digunakan
untuk memprediksi tinggi menggunakan tabel standar.
c. Pengukuran Demi-Span
1) Demi-span diukur dalam posisi duduk dilengan kiri.
2) Lengan diangkat setinggi bahu dan direntangkan dengan jari
diperpanjang.
3) Jarak diantara bagian tengah suprasternal dan akar jari tengah diukur.
d. Pengukuran Arm Span
1) Arm span diukur dalam posisi duduk.
2) Kedua lengan direntangkan horizontal pada sudut 90o pada bidang
datar.
3) Jarak diantara ujung jari tengah masing-masing tangan diukur.
4) Rerata dari 2 pengukuran digunakan untuk langsung diperkirakan
tinggi.
3. Pengukuran (WHR) Rasio Lingkar pinggang dan panggul
a. Pengukuran Lingkar Pinggang (Lpi)
1) Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga
alat ukur dapat diletakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur
tidak berada di atas pakaian yang digunakan.
2) Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan rileks.
3) Pengukur menghadap ke subjek dan meletakkan alat ukur melingkar
pinggang secara horizontal dimana merupakan bagian paling kecil dari
tubuh atau pada bagian tulang rusuk paling terakhir. Seorang
pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat.
4) Pengukuran dilakukan di akhir dari ekspresi yang normal dan alat
ukur tidak menekn kulit.
5) Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm
terdekat.
b. Pengukuran Lingkar Panggul (Lpa)
1) Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlaku menekan.
2) Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi
tubuh dan kaki rapat.
3) Pengukur jongkok di samping subjek sehingga tingkat maksimal dari
panggul terlihat.
4) Dilingkarkan alat pengukur secara horizontal tanpa menekan kulit.
Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan
tepat.
5) Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm
terdekat.
4. Pengukuran Lingkar Perut
1) Diminta dengan cara yang santun pada subjek untuk membuka pakaian
bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang
rusuk terakhir responden untuk menetapkan titik pengukuran.
2) Ditetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
3) Ditetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.
4) Ditetapkan titik tengah di antara di antara titik tulang rusuk terakhir titik
ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik tengah
tersebut dengan alat tulis.
5) Diminta subjek untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal
(ekspirasi normal).
6) Dilakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengah
kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut
kembali menuju titik tengah diawal pengukuran.
7) Dilakukan juga pengukuran pada bagian atas dari pusar lalu meletekkan
dan melingkarkan alat ukur secara horizontal.
8) Apabila subjek mempunyai perut yang gendut ke bawah, pengukuran
mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir pada titik tengah
tersebut lagi.
9) Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang mendekati
angka 0,1 cm.
5. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)
a. Penentuan Titik Mid Point Pada Lengan
1) Responden diminta berdiri tegak.
2) Responden diminta untuk membuka lengan pakaian yang menutup
lengan kiri atas (bagi yang kidal gunakan lengan kanan).
3) Tekukan tangan responden membentuk 900 dengan telapak tangan
menghadap ke atas. Pengukur berdiri dibelakang dan menentukan titik
tengah antara tulang rusuk atas pada bahu kiri dan siku.
4) Ditandai titik tengah tersebut dengan pena.
b. Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)
1) Dengan tangan tergantung lepas dan siku lurus di samping badan,
telapak tangan menghadap ke bawah.
2) Diukur lingar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA
menempel pada kulit dan dilingkarkan secara hotizontal pada lengan.
Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga antara
kulit dan pita.
3) Dicatat lingkar lengan atas pada skala 0,1 cm terdekat.
6. Percent Body Fat
a. Penentuan Tebal Lipatan Kulit (TLK)
1) Ibu jari dan jari telunjuk dari tangan kiri digunakan untuk mengangkat
kedua sisi kulit dan lemak subkutan kurang lebih 1 cm proximal dari
daerah yang diukur.
2) Lipatan kulit diangkat pada jarak kurang lebih 1 cm tegak lurus arah
garis kulit.
3) Lipatan kulit tetap diangkat sampai pengukuran selesai.
4) Caliper dipegang oleh tangan kanan.
5) Pengukuran dilakukan dalam 4 detik setelah penekanan kulit oleh
caliper dilepas.
b. Pengukuran TLK Pada Trisep
1) Responden berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada
kedua sisi tubuh.
2) Pengukuran dilakukan pada titik mid point (sama pada LILA).
3) Pengukur berdiri di belakang responden dan meletakkan telapak
tangan kirinya pada bagian lengan kearah tanda yang telah dibuat
dimana ibu jari dan telunjuk menghadap ke bawah. Tricep skinfold
diambil dengan menarik pada 1 cm dari proximal tanda titik tengah
tadi.
4) Trisep skinfold diukur dengan mendekati 0,1 mm.
c. Pengukuran TLK Pada Subscapular
1) Responden berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada
kedua sisi tubuh.
2) Tangan diletakkan kiri ke belakang.
3) Untuk mendapatkan tempat pengukuran, pemeriksa meraba
scapula dan mencarinya ke arah bawah lateral sepanjang batas
vertebrata samapi menentukn sudut bawah scapula.
4) Subscapular skinfold ditarik dalam arah diagonal (infero-lateral)
kurang lebih 450 ke arah horizontal garis kulit. Titik scapula terletak
pada bagain bawah sudut scapula.
5) Caliper diletakkan 1 cm infero-lateral dari ibu jari dan jari telunjuk
yang mengangkat kulit dan subkutan dan ketebalan kulit diukur
mendekati 0,1 mm.
DAFTAR PUSTAKA
Suhardjo. 1992. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak . Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Ramayulis, Rita. 2008. Khasiat Warna Warni Makanan. Jakarta: Penerbit Penebar
Plus.
Lingga, Lanny. 2011. Gampang dan Pasti Langsing. Jakarta: Penerbit PT.
AgroMedia Pustaka.
Panero, Julios. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Wong, Donna. 2008. Buku Ajar Keperawatan Politeknik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.