om
peristiwa di Paris: ia menjadi juara lomba mengarang berbahasa Prancis dengan
hadiah kursus singkat selama satu minggu di Paris!
t.c
Yakin dirinya tidak pernah mengikuti lomba yang dimaksud, tambahan
po
lagi berita itu disampaikan oleh Institute de Paris yang merupakan kedok
gs
penculiknya tahun lalu, Fay tahu ia tidak punya pilihan lain kecuali berangkat ke
lo
Paris memenuhi panggilan Andrew.
.b
Hari-harinya ternyata berjalan lebih berat daripada yang ia sangka. Selain
do
mendapatkan pengawasan dari rekan Andrew bernama Philippe Klaan yang
in
sikapnya sangat tidak bersahabat, Fay juga harus menata kembali perasaannya
a-
pada Kent, juga Reno.
ak
Selesai melaksanakan tugas, hidup memberikan kejutan lain yang amat
st
mengguncang Fay: pesawat yang ditumpangi kedua orangtuanya mengalami
pu
kecelakaan dan orangtuanya dikabarkan meninggal dunia. Fay harus membuat
keputusan terberat dalam hidupnya: tetap di Jakarta dengan ketidakpastian
akan masa depan, atau pergi ke Paris demi sebuah kepastian masa depan namun
sekaligus membuatnya terpuruk sepanjang masa.
NOVEL REMAJA
om
t.c
po
gs
lo
.b
do
in
a-
ak
st
pu
om
Tentang Hak Cipta
Ketentuan Pidana:
in
Pasal 72
a-
1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan se
ak
bagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/
st
atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara pal-
pu
ing lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait
sebagai mana dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
GM 312 01 14 0056
www.gramediapustakautama.com
om
Raisa, I will always be in your heart, just like yours is in mine.
t.c
Tuty, I know you don’t like some mumbo-jumbo-meaningless words
po
and prefer action. Still, my words to you: ”I **** you” J
gs
Seriously, thank you, dear friend. May God bless you and be in your
lo
.b
heart always.
do
in
Eva, thanks for everything and wish you the best for your life
a-
ahead.
ak
st
Bisanto fam: Mom & Dad, bro & sis, Mas Taswin & Ani, and
all the cuties in the family (Abang, Kakak, Rasyid, Adeqi).
Thambas fam: Mom & Dad, Lya & Dedy, and little princess
Keya.
Mbak Vera, Mbak Donna, Mbak Fia, thanks for the patience and
everything.
Always be grateful
For despite what happens, life is beautiful.
11
12
om
mungkin akan segera membahas semua jawaban untuk menge
tahui apakah yang ditulisnya sudah benar atau belum.
t.c
Lisa langsung memotong, ”Dea, tolong ya toleransi sedikit
po
sama gue, yang separuh soal pilihan ganda cuma pakai cara tebak
gs
kap. Ikutan dong, biar kita bisa jalan dan belanja bareng, pasti
seru.”
Tiara. Dengan dongkol Fay menatap cewek cantik yang tam
pak kenes dengan rambut panjang yang digerai sebagian ke de
pan, dan tangannya sibuk membetulkan rok yang sengaja dibuat
kependekan.
Tiara adalah ketua geng borju yang dari dulu tidak pernah
putus asa mengajak Cici yang menyandang status anak konglo
merat, untuk bergabung dengan gengnya. Tiara juga tidak pernah
lupa cari gara-gara dengan Dea, Lisa, atau Fay, yang dianggap
13
14
om
”Fay, ortu lo pergi?” tanya Cici lagi, menyelamatkan Fay dari
t.c
berondongan tatapan Lisa yang tak kenal ampun.
po
”Iya, mereka mau ke Peru. Katanya mau ketemu calon klien.
gs
lebih berdamai.
st
pu
Fay baru akan menjawab pertanyaan Lisa, tapi Dea sudah me
nyahut, ”Mana bisa liburan begitu? Kan nggak lama lagi kita
ujian seleksi masuk ke perguruan tinggi. Gue juga nggak pergi ke
mana-mana. Paling ikut les tambahan aja.”
”Aduh, Dea, kayak kurang aja ya lo jadi juara umum!” sambar
Lisa gemas. ”Dua universitas yang udah memohon-mohon supaya
lo mau masuk ke tempat mereka, cuma dianggap angin, ya? Gue
doain lo masuk surga deh!”
”Udah... udah...,” ucap Cici, ”...nanti kita ngobrol lagi deh.
Sekarang, gue mau pulang dulu. Daaah... Ayo, Fay!”
15
16
Hai, Fay
17
18
19
Hari Sabtu, Fay menatap cakrawala tak bertepi dari jendela pesa
wat yang membawanya terbang dari Bandara Soekarno-Hatta di
Jakarta ke Bandara Changi, Singapura, dilanjutkan dengan pener
bangan ke Bandara Charles de Gaulle di Paris.
Kedua orangtuanya sudah berangkat dini hari tadi. Fay tidak
punya kesulitan untuk bangun dan mengucapkan salam per
pisahan kepada kedua orangtuanya, karena ia sendiri tidak bisa
tidur semalaman, dibayangi rasa cemas menyongsong hari ini.
Sebelum berangkat, Mama sempat dengan heboh berkata,
”Aduh, Fay, Mama senang sekali kamu pergi ke Paris malam
nanti. Mama tadinya sempat merasa bersalah karena pergi berdua
dengan Papa saja, meninggalkan kamu sendirian di rumah. Tapi...
ini semua Mama dan Papa lakukan demi kamu juga. Kalau
Mama dan Papa berhasil dapat klien ini, wah, kehidupan kita
pasti akan lebih baik lagi. Untunglah semua berjalan baik dengan
sendirinya.”
Mendengar kalimat itu disebutkan mamanya, Fay hanya ter
senyum pahit. Ini bukan pertama kali mereka bepergian tanpa
mengikutsertakan dirinya. Kalau dihitung-hitung, mungkin dari
52 minggu dalam satu tahun, ia hanya bertemu orangtuanya se
lama sepuluh minggu. Selebihnya mereka pergi bergantian, me
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Dua puluh menit berlalu dan gadis itu belum muncul juga.
Philippe melirik arlojinya lalu menghirup teh; wajahnya menger
nyit ketika indra perasanya tersapu cairan beraroma mint yang
sudah tidak hangat. Cangkirnya langsung ia letakkan dan ia bang
kit menuju telepon untuk menghubungi Mrs. Nord di dapur dan
meminta teh serta cangkir baru.
Kembali duduk di sofa, Philippe melirik Andrew yang sedang
sibuk mengetik sesuatu di telepon genggam. Rekannya ini, yang
juga sepupunya, masuk jajaran salah satu orang terkaya di Eropa
dengan statusnya sebagai pemilik Llamar Corp. dan waktunya
sudah pasti tidak pernah terbuang sia-sia. Terlebih Andrew juga
merupakan pimpinan tertinggi di Core Operation Unit atau
COU, sebuah unit rahasia dengan kemampuan yang setara de
ngan badan intelijen negara maju. Membawahi lebih dari tiga
ribu orang yang tersebar di hampir seluruh belahan bumi, COU
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
om
ngan jemari yang rasanya sudah remuk di bawah sepatu bot
Philippe.
t.c
Philippe menekan kakinya lebih keras dan Fay kembali ber
po
teriak sambil berusaha menarik tangannya.
gs
Orang gila! Air mata merembes dari sudut mata Fay dan ia
.b
do
injakan kakinya.
ak
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
Jam dua siang Fay turun ke lantai bawah tanpa semangat hidup,
berjalan dengan langkah terseok-seok memakai baju latihan baru
yang diantar Mrs. Rice ke kamarnya—untungnya setelah air mata
nya kering dan baju-bajunya yang berserakan sudah ia sumpalkan
kembali ke tas. Di tubuhnya kini melekat kaus polos lengan pen
dek berwarna hitam, dengan celana panjang berbahan terpal yang
juga berwarna hitam, sama persis dengan yang dipakai Kent. Yang
paling tidak ia sukai adalah sepatunya, bot berwarna hitam yang
walaupun pas di kakinya dan terasa empuk berkat kaus kaki tebal
yang dipakainya, tapi beratnya minta ampun. Kakinya dalam kon
disi tidak pegal saja belum tentu tidak protes, apalagi sekarang
setelah menjalani kerja paksa selama dua hari.
Latihan lagi-lagi dibuka dengan lari, sebuah aktivitas yang da
lam keadaan normal mungkin sudah mulai bisa diterimanya, tapi
dengan bot sialan ini tercantel di kakinya, aktivitas ini tetap saja
menjadi sangat menyiksa.
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
Hampir sampai!
Fay mengembuskan napas lega melihat pengujung jalur larinya
sudah sedemikian dekat. Bangunan rumah di sela-sela pepohonan
di depannya sudah mulai terlihat. Bagai mendapat semangat baru
Fay pun mempercepat larinya. Ia sekarang sedang berlatih kembali
di Jalur Dua pada hari Selasa siang, setelah sepanjang pagi tadi
berlatih di Jalur Tiga—latihan yang benar-benar membuatnya
hampir gila!
Seakan belum puas menyiksa dengan semua perlakuan kejinya
itu, pagi ini Philippe memberi kejutan lain. Fay ingat betapa se
sak napasnya tadi pagi saat melihat sebuah jalur merayap baru
yang khusus dibuat untuknya.
Dibuat persis di sebelah rintangan kawat yang lama, rintangan
kawat ”istimewa” ini berukuran lebih panjang, dengan bukaan
lebih kecil yang dibuat sangat pas untuk mengakomodasi tubuh
nya—bahkan untuk Kent saja tidak muat.
Fay bergidik mengingat bagaimana sepanjang latihan merayap
tadi Philippe terus-menerus meneriakinya untuk bergegas sambil
memukul-mukul kawat dengan tongkat, hingga ujung kawat ber
duri yang tajamnya minta ampun itu berkali-kali menyentuh le
ngannya—beberapa malah memang menggores lengannya! Sin
ting!
Sikap Philippe juga tidak melunak. Apalagi sekarang dia sudah
memegang catatan rekor Kent di Jalur Tiga, dan catatan itulah
yang digunakan sebagai referensi untuk menghukum Kent dan
Fay.
Fay mengembuskan napas sambil menggeleng mengingat la
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
Tiga jam kemudian, Fay dibangunkan suara alarm jam meja. Fay
mengerang ketika tangannya terasa kaku dan nyeri saat digerak
kan—rupanya posisinya yang menelungkup di kasur sejak jatuh
tertidur tiga jam lalu sama sekali belum berubah. Sambil menarik
napas panjang, Fay langsung memaksa dirinya bergerak ke kamar
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
”Hai, Fay, silakan duduk,” sapa Andrew saat Fay masuk ke ruang
kerja.
”Saya tahu kamu sudah berusaha keras selama menjalani la
tihan dengan Philippe. Sekarang saya akan mengizinkan kamu
mengecek e-mail dan membuat dua e-mail sebagai balasan, satu
ke teman kamu dan satu lagi ke orangtua kamu. Saya juga meng
izinkan kamu menelepon satu kali ke rumah, untuk sekadar me
nitipkan pesan atau mengecek kondisi rumah karena orangtua
kamu sedang tidak ada.”
Fay sempat mengangkat alis sebentar, lalu buru-buru menerima
laptop yang disodorkan Andrew.
”Saya percaya kamu sudah tahu aturan-aturan dalam menulis
kan e-mail kepada mereka dan akan melakukannya dengan bijak.
Setelah kamu kirim, e-mail itu akan singgah dulu ke komputer
lain untuk memastikan isinya tidak melanggar aturan yang sudah
ditetapkan, jadi pastikan saja kamu sudah melakukannya dengan
benar.”
Fay mengangguk dan dengan cepat tangannya segera bergerak
di keyboard untuk mengecek e-mail-nya di Yahoo!.
Ada empat e-mail yang belum dibuka. Dua e-mail yang ber
tanggal empat hari lalu datang dari Reno dan Cici, satu e-mail
bertanggal kemarin datang dari Dea, dan yang terakhir, bertanggal
hari ini, adalah dari mamanya.
187
”Ya ampun, Fay... lo emang kacau deh! Baru aja lo bilang ke
marin lo nggak pergi ke mana-mana, eh, tau-tau gue denger dari
Lisa, lo pergi ke Paris! Gue setuju ama Lisa, kalau lo kali ini nggak
cerita-cerita lagi, lo bakal kami musuhin! Bales ya, Non...”
”Fay, apa kabar? Kok nggak ada kabar sih? Emang lo sibuk ba
nget, ya? Kalau gue dan Lisa sih memang lagi sibuk banget karena
bimbingan belajarnya udah mulai lagi nih. Lo kok nekat banget ya,
mau ujian seleksi perguruan tinggi malah kabur ke Paris...? Ya udah
deh, pokoknya disempetin aja belajar sebisanya. Nanti kalau lo udah
balik, gue nggak keberatan kok ngajarin lo, secara kalau kita ban
tuin teman kan berarti kita ikutan belajar juga.”
188
”Hi, lil’ sis! Senangnya mendengar kamu akan ke Paris lagi! Begi
tu kamu sudah sampai di Paris, langsung kabari aku... lebih bagus
lagi kalau kamu punya nomor yang bisa aku kontak. Aku ke Quito
hari Rabu dan hari Sabtu sudah terbang lagi ke Zurich. Aku akan
coba mengubah penerbanganku supaya bisa singgah dulu di Paris.
Jadi, lil’ sis, aku tidak terima alasan apa pun dari kamu untuk
menolak ketemu aku... Kalau alasan kamu sibuk atau jadwal padat,
well, kan bolos beberapa jam saja setiap hari tidak akan membuat
kamu dideportasi. Kalau kamu ada alasan lain, I’ll find a way.
Lebih baik begitu daripada aku sampai datang ke Jakarta dan meng
obrak-abrik rumah kamu sambil marah-marah, kan?
So, see you soon, lil’ sis! Don’t talk to strangers and stay away
from troubles!
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
Jam dua siang, Fay dan Kent naik ke mobil boks dengan logo
kain pel dan ember—cleaning service. Dengan mobil inilah me
reka akan dibawa ke titik pemberangkatan tempat mereka akan
menerima pengarahan dari Russel.
Begitu mereka berdua masuk, ternyata Russel sudah ada di
dalam mobil, sedang duduk sambil mengutak-atik laptop di depan
panel yang berisi berbagai peralatan. Selain laptop, di hadapan
Russel ada dua layar LCD, berbagai macam tombol, headphone,
dan layar-layar TV kecil.
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
Setengah jam kemudian, Fay dan Kent sudah tiba di depan hotel.
Turun dari taksi, Fay langsung berdiri di pelataran dan meman
dang berkeliling dengan tak acuh. Di tubuhnya saat ini menempel
beberapa logo terkenal—selain kacamata yang tadi diberikan
Russel, ia juga memakai rompi dengan logo tipis Aigner, sepatu
kasual dari Tods, dan tas selempang Bally.
Kent sok sibuk menurunkan barang mereka—satu hal yang
sebenarnya tidak perlu dengan adanya petugas hotel yang siap
membantu asalkan diberi tip.
Fay berkata dengan jengkel ke Kent, ”Ayo dong masuk, biar
aja barangnya diurus petugas.”
Kent tergopoh-gopoh menghampiri Fay. Kontras dengan Fay,
di tubuhnya sama sekali tidak ada identitas logo apa pun selain
kacamata hitam Oakley. Sepatu olahraga putih yang dipakainya
juga semakin membuatnya tampak biasa, terutama karena dia
berdiri di sebelah Fay yang sudah seperti etalase berjalan.
Kent langsung merangkul Fay dan mencium kepalanya. ”Kamu
lelah, ya?”
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
Mobil Renault putih yang membawa Fay berhenti lima belas me
nit kemudian di sebuah jalan sempit. Sepanjang jalan, Fay ber
usaha menghafalkan petunjuk jalan tapi tidak ada nama jalan
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
Fay baru saja merebahkan diri di kamar hotel ketika pintu di
ketuk. Ia buru-buru berdiri dan membuka pintu, dan melihat
Reno berdiri di depan pintu sambil menenteng travelling bag.
Reno berkata, ”Fay, aku harus kembali ke Paris sekarang
juga.”
”Lantas, aku bagaimana?” tanya Fay dengan suara tercekat.
Reno mengusap kepala Fay. ”Jangan khawatir. Aku sudah bi
cara dengan Paman dan dia setuju kamu bisa tinggal di sini se
lama yang kamu mau. Aku akan menghubungi kamu secepatnya
setibanya aku di Paris.”
Fay mengangguk, tapi tak mampu mencegah butir-butir air
matanya berjatuhan satu demi satu.
Reno memeluk Fay. ”Hei... it will be okay. Aku sudah janji
akan terus menjagamu... di mana pun kamu berada. Selama aku
pergi, pikirkan baik-baik apa rencana kamu selanjutnya.”
”Oke,” jawab Fay dengan suara serak. Tangannya mengucek-
ucek matanya yang sudah basah.
Reno mengecup kening Fay dan berkata, ”Take care, lil’ sis.
318
319
320
321
322
323
324
DÉJÀ VU.
Fay mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang tengah
apartemen Andrew tempat ia sekarang berada. Ia menghela napas
dan mengempaskan tubuh ke sofa, kemudian bersedekap sambil
membiarkan pikirannya melayang tak menentu. Tiket sekali jalan.
Tidak terbayang sebelumnya ia akan menginjakkan kaki di
tempat ini lagi. Ia pun tidak punya bayangan sama sekali seperti
apa kehidupannya kini. Di mana ia akan tinggal? Apa yang akan
ia temui di depan? Bagaimana dengan kuliahnya?
Kuliah adalah rencana terakhir yang masih sempat ia buat ber
sama-sama orangtuanya—melakukannya bukan hanya terasa se
bagai keharusan, tapi juga amanah yang akan selalu menghubung
kan jiwanya dengan jiwa mereka.
”Hai, Fay,” sapa Andrew sambil berjalan mendekat. Andrew
mengenakan busana kerja berupa jas hitam yang sangat formal
dengan dasi. Di belakang Andrew ada dua pengawal, berbusana
serupa, berjas hitam dengan kemeja putih dan dasi.
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
Pembelian Online
e-mail: cs@gramediashop.com
website: www.gramediaonline.com dan www.grazera.com
e-book: www.gramediana.com dan www.getscoop.com
Pembelian Online
e-mail: cs@gramediashop.com
website: www.gramediaonline.com dan www.grazera.com
e-book: www.gramediana.com dan www.getscoop.com
Pembelian Online
e-mail: cs@gramediashop.com
website: www.gramediaonline.com dan www.grazera.com
e-book: www.gramediana.com dan www.getscoop.com
NOVEL REMAJA