Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIV-AIDS

A. DEFINISI

HIV adalah infeksi virus yang secara progesif menghancurkan sel-sel darah putih
infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progesif,
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu ( terutama pada orang
dewasa ). (Jauhar & Bararah, 2013, hal. 295)

AIDS adalah penyakit yang berat yang di tandai oleh kerusakan imunitas celluler
yang di sebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana
kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama
perjalanan penyakit.(Jauhar & Bararah, 2013, p. 295)

AIDS dapat di artikan sebagai kupulan gejala atau penyakit yang di sebabkan oleh
menurunya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV yang termasuk famili retroviridae.

B. ETIOLOGI

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang di sebut HIV dari
kelompok virus yang di kenal retrovirus yang disebut lymphadenopathy associated virus
(LAV) atau human T-cell leukemia virus (HTL-III yang juga disebut human T-cell
lymphotropic virus (retrovirus).retrovirus mengubah asamrebonokleatnya (RNA) menjadi
asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu.penularan virus ditularkan
melalui:

 Hubungan sekssual (anal,oral,vaginal)yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan


oral yang telah terinfeksi HIV
 Jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
 Mendapatkan tranfusi darah yang mengandung virus HIV
 Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan , saat melahirkan
atau melalui air susu ibu ( ASI) (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 10)

C. PATOFISIOLOGI

Dalam tubuh partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali
seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi.Dari semua orang yang
terinfeksi HIV, sebagian perkembangan masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50%
berkembang menjadi pasien AIDS setelah 10 gtahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua
orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Perjalanan
penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan perusakan
sisitem kekebalan tubuh yang juga bertahap.(Setiati, 2014, p. 889)
PATHWAY
D. KLASIFIKASI

Klasifikasi virus HIV di dasarkan pada keterkaitan poligenetik rangkaian nukleotida.


Akhir-akhir ini klasifikasi di dasarkan pada kelompok, tipe,sub-tipe,sup-sup tipe, dan bentuk
rekombinan. Hingga kini di kenal 2 tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2.

HIV-1 selanjutnya dibagi menjadi :kelompok major (M); kelompok outlier (O); dan
kelompok non-M dan non-O (N). Kebanyakan infeksi HIV terjadi pada kelompok M HIV-1.
Melalui analisi sekuens genetik kelompok N HIV-1 di bagi lagi menjadi 9 sub-tipe atau farian
dari kelompok M HIV-1 sub-tipe A ,B,C,D,F,G,H,J dan K. Sub-tipe A dan F selanjutnya di
klasifiksi dalam sub-sub tipe A1,A2,A3,F1, dan F2.sub tipe ini penting guna mengetahui
distribusi di dunia serta untuk menilai sifat dan perilaku virus. Sehingga dapat di ketahui
potensi menimbulkan resistensi obat dan kemampuan deteksi reagen tes antibodi HIV.

HIV-2 mempunyai 2 sub tipe utama yaitu A dan B bila virus dari kedua kelompok
atau lebih HIV -1 menginfeksi seseorang serta merubah material genetik, maka keadaan ini
disebut virus recombinan. Jika transmisi virus recombinan di dokumentasi sebagai rangkaian
genum virus seutuhnya pada tiga atau lebih individu maka hal ini di kenal sebagai circulating
recombinant form (CRF).hingga kini di kenal sebagai CRF01 dan CRF34. Variasi rangkaian
nukleutida mempuyai berbagai implikasi biologis dan transmisi virus, ketahanan hidup
pasien, dan juga dapat membantu menjelaskan distribusi geografi, serta epidemiologi infeksi
HIV. Tinjauan diagnostik variasi rangkaian nukleotida sangat berpengaruh nyata terhadap
implikasi reaktifitas dan reaktifitas silang pada tes diagnostik guna mendeteksi protein
maupun peptida spesifik virus.(Setiati, 2014, p. 899)

E. TANDA DAN GEJALA

Tanda-tanda dan gejala-gejala(symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS


adalah di identifikasi sulit karena symptomasi yang di tunjukkan pada umumnya adalah
bermula dari gejala-gejala umum yang lazim di dapati pada berbagai penderita penyakit lain
,namun secara umum dapat kiranya di kemukakan sebagai berikut :

a. Rasa lelah dan lesu


b. Berat badan menurun secara drastis
c. Demam yang sering dan berkeringat di waktu malam
d. Mencret dan kurang nafsu makan
e. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
f. Pembengkakan leher dan lipatan paha
g. Radang paru
h. Kanker paru(Katiandagho, 2015, p. 28)

F. KOMPLIKASI
1. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek, carkoma kaposi, HPV oral, gingivitis,peridonitis
human immuno deficiency virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,dehidrasi,penurunan
berat badan, keletihan dan cacat.kondidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak putih
seperti krim dalam rongga mulut.jika tidak di obati, kandidiasis oral akan berlanjut
mengenai esofagus dan lambung.tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan
menelan yang sulit dan terasa sakit di balik sternum (nyeri retrosternal).
2. Gastrointestinal
Wasting syndrom kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk
penyakit AIDS.kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB>10% dari BB
awal,diare yang kronis selama lebih lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis,
dan demam yang kambuhan atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat
menjelaskan gejala ini.
3. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,limpoma, dan
sarcoma kaposi.dengan efek penurunan BB anoreksia, demam, malabsorbsi dan
dehidrasi.
4. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi obat illegal, alkoholik
dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, kriterik, demam artitris.
5. Resprasi
Pneumocystic carinii gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-batuk,
dan nyeri dada, keletihan dan demam akan menyertai berbagai infeksi oportunis
seperti yang di sebabkan oleh mycobacterium intracellulare (MAI) cytomegalovirus.
6. Dermatologik
Lesi kulit stefilokokus virus herpes simpleks dan zoster dermatitus karena
xerosis,reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan
folikulitis menyeluruh yang di sertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau
dengan dermatitik atopik seperti ekzema dan psoriasi.
7. Sensorik
Pandangan :sarkoma kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata
retinitissitomegalovirus berefek kebutaan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan menguji HIV. Tes ini, meliputi tes Elisa,
latex agglutination dan western blot. Penilaian elisa dan latex agglutination digunakan untuk
mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila dikatakan positif HIV harus dipastikan
dengan tes western blot. Tes lain adalah dengan cara menguji antigen HIV, yaitu tes antigen
p24 (polymerase chain reaction) atau PCR. Bila pemeriksaan pada kulit, maka dideteksi
dengan tes antibody( biasanya digunakanpada bayi lahir dengan ibu HIV. (Jauhar & Bararah,
2013, p. 299)
H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu


(Endah Istiqomah : 2009) :

1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik


Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien
AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obat ini adalah :
 Didanosine
 Ribavirin
 Diedoxycytidine
 Recombinant CD 4 dapat larut
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
2. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan merasakan demam dan diare terus
menerus.(Katiandagho, 2015, p. 28)
b. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya pasien mengeluh hipoksia, sesak nafas, jari tabuh, limfadenopati (Jauhar &
Bararah, 2013, hal. 299)
c. Riwayat kesehatan terdahulu
d. Riwayat penyakit sebelumnya
Sebelumnya pasien mengeluh mengalami penurunan BB lebih dari 10%,demam,dan
batuk dengan waktu yang cukup lama. (Jauhar & Bararah, 2013, hal. 302)
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit HIV di tularkan dari ibu ke anaknya. (Jauhar & Bararah, 2013, hal.
296)
f. Riwayat pengobatan
Pemberian obat ARV terdiri atas beberapa golongan seperti nucleoside reverse
transcriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleoside
reverse transcriptase inhibitor, dan inhibitor protease. (Yulrina & Lusiana, 2015, hal.
13)
g. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
Kesadaran Pasien melemah (Katiandagho, 2015, hal. 29)
Tanda tanda vital

GSC 4 6 5, T = 150/100 mmhg

S = 38 c

RR = 25x/mnt

N = 95 /mnt (Yulrina & Lusiana, 2015, hal. 130)

Body System

Sistem pernafasan

Hidung :simetris, pernafasan, cuping hidung.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar lymfe di sub mandibula.

Dada :

bentuk dada normal


DAFTAR PUSTAKA

Jauhar, M., & Bararah, T. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Katiandagho, D. (2015). Epidemiologi HIV AIDS. Bogor: In Media.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis &Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction.

PPNI, T. P. (2016). standart diagnosis keperawatan indonesia. jakarta: dewan pengurus pusat
persatuan perawat nasional indonesia.

Setiati, S. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Wilkinson, N. (2011). Dianosis Keperawatan Nic-Noc. Jakarta: Egc.

Yulrina, A., & Lusiana, N. K. (2015). Bahan Ajar Aids Pada Asuhaan Kebidanan.
Yogyakarta: Depublish.

Anda mungkin juga menyukai