OLEH :
KELOMPOK 3
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia Beliaulah kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
komplementer Pada Hipertensi” ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Komplementer.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak yang
telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa sumber lainnya
sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Maka
itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat memotivasi saya
agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................. 4
ii
2.2.7 Komplikasi Penyakit Hipertensi ................................................................................... 18
2.2.9 Penatalaksanaan............................................................................................................ 19
3.3 Intervensi.............................................................................................................................. 31
BAB IV ......................................................................................................................................... 35
PENUTUP..................................................................................................................................... 35
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia hipertensi merupakan salah satu penyakit pembunuh nomor satu sampai
saat ini. Usia lanjut karna faktor degeneratif bahkan usia produktif bisa terserang penyakit ini
(Herlambang, 2013). Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya gaya hidup
yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat, kurangnya sarana prasarana penanggulangan
hipertensi serta mahalnya biaya untuk pengobatan (Kharisna dll, 2012). Sering kali penderita
hipertensi bertahun-tahun tanpa merasakan sesuatu gangguan atau gejala untuk itu hipertensi
disebut sebagai “silent killer” atau pembunuh siluman. Tanpa disadari penderita mengalami
komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal. Di saat tekanan darah
sudah mencapai angka tertentu, gejala-gejala akibat hipertensi seperti pusing, gangguan
pengelihatan, dan sakit kepala, sering kali terjadi pada saat hipertensi sudah lanjut (Triyanto,
2014).
Hipertensi adalah penyakit tidak menular yang angka kejadiannya semakin tinggi.
Terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara dari 7,6 persen pada tahun
2007 menjadi 9,5 persen pada tahun 2013. Prevalensi hipertensi pada umur >18 tahun di
Indonesia melalui diagnosis pemeriksaan tenaga kesehatan mencapai 9,4 persen sedangkan
yang didiagnosis diperiksa tim kesehatan dan minum obat sendiri sebanyak 9,5 persen, jadi
terdapat 0,1 persen penduduk yang minum obat sendiri meskipun tidak pernah didiagnosis
hipertensi oleh tenaga kesehatan (Riskesdas, 2013).
1
Perlu dilakukan berbagai macam intervensi pada terapi hipertensi termasuk pula
pendekatan non farmakologis. Pengobatan secara herbal tergolong pengobatan komplementer
merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini diantara banyaknya fenomena-fenomena
pengobatan non konvensional yang lain, seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi
herbal, akupunktur, dan bekam. Pemanfaatan herbal merupakan salah satu alternative
pengobatan yang dipilih masyarakat selain pengobatan secara konvensional (medis). (WHO,
2003)
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi
farmakologis dengan pemberian obat antihipertensi sedangkan non farmakologis dimulai dari
gaya hidup sehat seperti berhenti merokok, menurunkan berat badan berlebih, latihan fisik,
menurunkan asupan garam, meningkatkan asupan sayur dan buah dan mengurangi asupan
lemak. Perlu dilakukan berbagai macam intervensi pada terapi hipertensi termasuk pula
pendekatan non farmakologis. Pemanfaatan herbal dan akupresur merupakan salah satu
alternative pengobatan yang dipilih masyarakat selain pengobatan secara konvensional
(medis).
Berdasarkan uraian di atas, hal tersebut yang mendasari penulis untuk membahas
tentang aplikasi asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan menggunakan terapi
herbal dan akupresur.
1.3 Tujuan
2
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
konsep penyakit Hipertensi dan asuhan keperawatan komplementer pada pasien dengan
Hipertensi.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
a Keluarga bentukan kembalali (dyadic family) adalah keluarga baru yang
terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya
b Orang tua tunggal ( single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari
salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya
c Ibu dengan anak tanpa perkawinan ( the unmarried teenage mother)
d Orang dewasa ( laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone)
e Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital
heterosexual cohabiting family )
f Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama ( gay
and lesbian family)
5
b Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan
diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
c Pola komunikasi keluarga bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu
orangtua, orangtua dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar)
dengan kelurga inti.
d Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
memengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah prilaku keluarga
yang mendukung kesehatan
Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan
psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya, dan aktualisasi keluarga dimasyarakat,
serta memperhatikan perkembangan Negara Indonesia menuju Negara idustri, Indonesia
menginginkan terwujudnya keluarga sejahtera. Di Indonesia keluarga dikelompokan
menjadi lima tahap yaitu:
a Keluarga prasejahtera, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan
dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator keluarga sejahtera tahap I.
b Keluarga sejahtera tahap I ( KS I) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, keluarga berencana
(KB) interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi.
c Keluarga sejahtera tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial
psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu
kebutuhan untuk menabung dan memeperoleh informasi.
d Keluarga sejahtera tahap III ( KS III) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhan dasar, tetapi belum dapat memberikan sumbangan ( kontribusi)
yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu)
dalam bentuk material dan keuangan untuk sosial kemasyarakatan, juga berperan
6
serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan
sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan lain sebagainya.
e Kelurga sejahtera tahap III plus (KS III plus) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis,
maupun pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata
dan berkelanjutan bagi masyarakat
7
a Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang
mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya
keluarga.
b Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
dikategorikan starta sosialnya oleh keluarga lain yang berada di sekitarnya.
c Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab
yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan
dewasanya.
d Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu
menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.
e Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan pencegahan
terhadap penyakit yang mungkin dialami keluarga.
f Fungsi religious, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran keagamaan .
g Fungsi rekreasi, yaitu kelurga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang
dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
h Fungsi reproduksi, bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga
merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (
menyeluruh), diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks bagi
anak, dan yang lain.
i Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah
a Fungsi keagamaan
1 Membina norma atau ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh
anggota keluarga.
2 Menerjemahkan ajaran atau norma agama kedalam tingkah laku hidup
sehari-hari seluruh anggota keluarga.
8
3 Memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan
dari ajaran agama.
4 Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang
keagamaan yang tidak atau kurang diperolehnya disekolah dan
masyarakat.
5 Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai
pondasi menuju keluarga kecil, bahagia, sejahtera.
b Fungsi Budaya
1 Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-
norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan.
2 Memebina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma
dan budaya asing yang tidak sesuai.
3 Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga, anggotanya mencari
pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia.
4 Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat
berperilaku yang baik (positif) sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam
menghadapi tantangan globalisasi.
5 Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang degan budaya
masyarakat/ bangsa untuk menunjang terwujudnya norma keluarga kecil
bahaga sejahtera
c Fungsi Cinta Kasih
1 Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antara anggota
keluarga (suami-istri-anak) kedalam simbol-simbol nyata( ucapan, tingkah
laku) secara optimal dan terus menerus.
2 Membina tingkah laku saling menyayangi baik anatara anggota keluarga
maupun antara keluarga yang satu dengan yang lainnya secara kuantitatif.
3 Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhroi dalam
keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.
4 Membina rasa, sikap, dan prkatik kehidupan keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju
keluarga kecil bahagia, sejahtera
9
d Fungsi perlindungan
1 Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari tidak aman
yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarganya.
2 Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk
ancaman dan tantangan yang datang dari luar.
3 Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
e Fungsi reproduksi
1 Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat
baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.
2 Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan keluarga
dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.
3 Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan
waktu melahiran, jarak antara dua anak dari jumlah ideal anak yang
diinginkan dalam keluarga.
4 Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif
menuju keluarga kecil bahagia
f Faktor Sosialisasi
1 Menyadari, merencanakan, dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai
wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utama.
2 Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai
pusat tempat anak dapat mencapai pemechan dari berbagai konlifk dan
permasalahan yang dijumpai, baik di lingkungan sekolah maupun
masyarakat.
3 Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi di dalam keluarga
sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi
orang tua dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama
keluarga kecil bahagia.
4 Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang
diperlukannya untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan
10
mental), yang tidak/kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun
masyarakat.
g Fungsi ekonomi
1 Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam lingkungan
keluarga dalam rangka penopang kelangsungan dan perkembangan
kehidupan keluarga.
2 Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.
3 Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan perhatiannya
terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang.
4 Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
h Fungsi pelestarian lingkungan
1 Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan intern
keluarga.
2 Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan ekstern
keluarga.
3 Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi,
selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup
masyarakat sekitar.
4 Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai
pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
11
keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan
seberapa besar perubahan yang terjadi.
2 Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar
masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan diatasi.
3 Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali keluarga
telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjut atau perawatan agar masalah yang lebi parah tidak terjadi. Perawatan
dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah apabila keluarga
telah memiliki kemampuan dilakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4 Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
5 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
12
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner)
dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan
yang memadai ( Smeltzer & Bare,2001).
Hipertensi adalah tekanan darah yang abnormal apabila tekanan darah tidak
terkontrol akan mengakibatkan stroke, infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati, dan
kejang (Corwin, 2009). Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit-penyakit
kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia (Rikesdas,
2007). Hipertensi akan mengakibatkan penderita merasakan sakit atau nyeri di daerah
kepala bagian belakang, mimisan, penglihatan kabur, kelemahan pada otot, mual dan
muntah, berkemih pada malam hari, sulit bernafas. Semakin tinggi tekanan darah semakin
tinggi resikonya. Hipertensi dapat menjadi ancaman serius apabila tidak mendapatkan
penatalaksanaan yang tepat. Jika tekanan darah pada penderita hipertensi dapat
dipertahankan dalam nilai normal maka akan membantu penderita hipertensi dalam
memperoleh kesehatan yang optimal, terhindar dari resiko penyakit kardiovaskuler, dan
meningkatkan kualitas hidup sang penderita.
2.2.2 Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat
dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder :
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.
Kurang lebih 90% dari penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh
hipertensi primer. Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya
hipertensi primer adalah :
Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
Ciri perseorangan
13
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis
kelamin, dan ras. Umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan
tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita.
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
1) Konsumsi garam yang tinggi.
2) Kegemukan atau makan yang berlebihan.
3) Stres atau ketegangan jiwa jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam,
rasa takut, rasa bersalah).
4) Pengaruh lain (merokok, minum alkohol, minum obat-obatan, misal
ephedrine, prednisone, epinefrin)
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain seperti
penyakit ginjal, sindrom cushing, hipertensi yang berhubungan dengan kehammilan
serta pengaruh sekunder dari obat tertentu, seperti obat kontrasepsi oral.
15
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid
lainnya yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Brunner, 2002).
Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang menyebabkan penurunan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibat hal tersebut, aorta dan arteri besar
mengalami penurunan kemampuan dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer.
16
2.2.6 Pathway
Risiko cedera
Blood flow darah Vasokontriksi Iskemia miokard
18
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma.
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke dalam ruang
intersitium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang
dapat menyebabkan ketulian, kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian
mendadak. Keterikatan antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa hipertensi
berisiko 4 kali terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan orang yang tidak
menderita hipertensi.
2.2.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologi
1) Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).
19
2) Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
3) Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh
darah.
4) Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg
(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).
5) Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
6) Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).
7) Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).
b. Penatalaksanaan Non-Farmakologi
Ada beberapa penatalaksanaan non-farmakologi yang bisa digunakan sebagai
berikut:
1) Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.
2) Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
20
Mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram
natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan
kalium yang cukup).
3) Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
4) Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol
darah tinggi.
5) Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darahnya terkendali.
6) Teknik-teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.
7) Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara otomatis
seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.
8) Terapi komplementer
Titik Accupoint yang bisa dilakukan pada pasien yang menderita Hipertensi
*Titik Yintang (EX HN 3)
21
*Titik Renying (ST 9)
*Titik LIV-2
Renying (ST 9)
22
Xinjian (LR 2)
Xiaxi ( GB 43 )
Seringkali gejala darah tinggi berhubungan dengan perasaan , cepat emosi dan pusing
, maka titik Akupresur ditambah dengan :
Yintang (EX HN 3)
23
Hegu (LI 4)
Taiyang ( EX HN 5)
Shenmen (HT 7)
24
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama Pasien, jenis kelamin, tempat & tanggal lahir, pendidikan terakhir, agama, status
perkawinan, TB/BB, alamat, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Nyeri kepala atau pusing.
3. Keluhan Tambahan
Kaji keluhan lain yang dirasakan apabila ada.
4. Riwayat Keluhan Utama dan Keluhan Tambahan
Kaji sejak kapan keluhan mulai dirasakan, kira-kira sudah berapa lama keluhan dirasakan,
dan apakah ada riwayat penyakit keluarga.
5. Riwayat Perawatan dan Pengobatan Sebelumnya
Kaji apakan pasien sudah pernah mencoba atau rutin melakukan pengobatan konvensional
dan komplementer sebelumnya.
6. Riwayat Alergi
Kaji apakah pasien memiliki alergi terhadap sesuatu misalnya makanan, obat-obatan, atau
lingkungan.
7. Data Masalah Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a. Pola Pernafasan
b. Pola Nutrisi
c. Pola Eliminasi
d. Pola Istirahat dan Tidur
e. Pola Gerak dan Aktivitas
f. Pola Kerja
g. Aman dan Nyaman
h. Pola Kognitif
i. Seksualitas/Reproduksi
j. Sistem Nilai-Kepercayaan
8. Data Fokus Pemeriksaan Fisik Termasuk Vital Sign
Kaji vital sign, kesadaran pasien, dan observasi apakah terdapat kelainan pada tubuh pasien.
25
9. Data Penunjang (Lab, X-Ray, MRI, Scan, USG)
Kaji data penunjang apabila ada, seperti kadar gula darah, asam urat, dan kolesterol.
10. Data Pemeriksaan Komplementer
a. Nama Titik Yang Bermasalah
b. Lokasi Titik Yang Bermasalah
2.3.2 Diagnosa
Berikut diganosa keperawatan pada hipertensi yang dapat diobati dengan
pemberian tindakan komplementer :
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
2.3.3 Intervensi
Rencana keperawatan
No Diagnosa
NOC NIC
26
2.3.4 Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana
keperawatan diantaranya : Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan
cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi
serta dokumentasi intervensi dan respon pasien. Pada tahap implementasi ini merupakan
aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi
masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi berfokus pada ketepatan perawatan yang diberikan dan kemajuan pasien atau
kemunduran pasien terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi merupakan proses yang
interaktif dan kontinu karena setiap tindakan keperawatan dilakukan, respon klien dicatat
dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang yang diharapkan. Kemudian
berdasarkan respon klien, direvisi intervensi keperawatan atau hasil yang diperlukan. Ada
2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan computer keperawatan, yaitu :
1. Proses (sumatif)
Fokus tipe ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan sesudah perencanaan
keperawatan, dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
2. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir tindakan keperawatan klien
27
BAB III
APLIKASI PROSES KEPERAWATAN DALAM KEPERAWATAN
KOMPLEMENTER DALAM KASUS HIPERTENSI
3.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien:
Nama : Tn. NS
Usia : 74 tahun
Jenis kelamin : Laki- Laki
Pendidikan : SD
Jenis pekerjaan : Petani
Alamat : Br. Dauh Tukad
Suku/bangsa : Bali/Indonesia
Agama : Hindu
28
S : 36,7 oC
RR : 20 x/menit
BB : 55 kg
b. Pengkajian Head to Toe
1) Kepala
Normocephalus, rambut tampak ubanan, dan kelihatan kotor, tidak ada luka,
tidak ada nyeri tekan pada kepala dan tidak ada benjolan.
2) Mata
Bentuk tampak simetris, konjungtiva tampak anemis, sclera tidak ikterik,
pupil isokor, penglihatan kabur, tidak ada peradangan, tampak menggunakan
kaca mata, tidak ada nyeri dan tidak ada benjolan.
3) Hidung
Bentuk tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada secret
pada hidung, tidak ada nyeri tekan, penciuman masih cukup baik.
4) Mulut dan Tenggorokan
Mulut tampak sedikit kotor, mukosa mulut tampak kering, tidak ada
peradangan, gigi tampak kuning, tampak careas gigi dan gigi tampak ompong,
sudah hilang tiga, mengalami kesulitan saat mengunyah dan tidak ada
kesulitan saat menelan.
5) Telinga
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak tampak serumen, tidak ada peradangan,
tidak nyeri tekan pada bagian belakng telinga (mastoideus), tidak ada
benjolan, pendengaran masih bagus
6) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka, tidak ada bendungan
vena jugularis, klien mengeluh leher bagian belakang, terasa berat (kaku
kuduk).
7) Dada
Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan.
29
8) Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
9) Genetalia
Tidak terkaji
10) Ekstremitas
Kekuatan otot tangan kanan dan kiri 4, kaki kanan dan kiri 4
11) Integument
Kebersihan cukup baik, warna kulit hitam, lembab, tidak ada gangguan pada
kulit.
c. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium 08-12-2018
Hb = 11.5 gr/dl (13.5 – 18 gr/dl)
L = 5.900/mm3 (4.500 – 10.000/mm3)
T = 155.000/mm3 (150.000 – 400.000/mm3)
Ht = 30 % (40 – 48 %)
GD puasa = 105 mg/dl (75 – 105 mg/dl)
Kalium = 4.05 (3.5 – 5.1 mmol/l)
Natrium = 146 (135 – 148 mmol/l)
Analisa Data
No Data Masalah
1 DS : Nyeri Akut
Klien mengatakan sakit kepala sejak 3 hari yang
lalu, klien mengatakan sakitnya berdenyut-denyut
30
serta terasa kaku kuduk, sakitnya datang sewaktu-
waktu saat melakukan aktivitas, skala nyeri 5 (0-
10).
DO :
Klien tampak memegang kepalanya
TD : 170/90 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,7 oC
RR : 20 x/menit
3.3 Intervensi
Rencana keperawatan
No Diagnosa
NOC NIC
1
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 6. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 30 secara komprehensif
peningkatan tekanan menit diharapkan nyeri dapat meliputi lokasi,
vaskuler serebral. teratasi dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
frekuensi, dan kualitas
4. Mampu mengontrol nyeri
nyeri.
5. Melaporkan bahwa nyeri
7. Observasi reaksi nonverbal
berkurang
dari ketidaknyamanan.
6. Menyatakan rasa nyaman
8. Menganjurkkan tirah baring
setelah mengalami
selama fase akut.
penurunan intensitas nyeri.
9. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri dengan
31
teknik farmakologi dan non
farmakologi (terapi
komplementer : akupresure
dan akupunktur, pemberian
ramuan jamu : jamu daun
seledri, teh herbal bawang
berlian)
10. Observasi tanda-tanda vital.
3.4 Implementasi
Hari, No.
Tanggal Dx Implementasi Respon Pasien Paraf
dan Jam
Sabtu, 15 1 1. Mengkaji nyeri pasien 1. Klien mengatakan sakit
Desember secara komprehensif kepala sejak 3 hari yang
2018 meliputi lokasi, lalu, klien mengatakan
(09.00) karakteristik, durasi, sakitnya berdenyut-denyut
frekuensi, dan kualitas serta terasa kaku kuduk,
nyeri. sakitnya datang sewaktu-
waktu saat melakukan
aktivitas skala nyeri 5 (0-
10).
P : Aktivitas
Q : Berdenyut-denyut
R : Kepala
S : 5 (0-10)
T : Datang sewaktu-
waktu
32
2. Mengukur TTV 2. TTV :
TD : 170/90 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,7 oC
RR : 20 x/menit
33
3.5 Evaluasi
Hari,
No Tanggal Diagnosa Catatan Perkembangan Keterangan Paraf
dan Jam
1 Sabtu, 15 Nyeri S : Pasien mengatakan nyeri sudah Teratasi
Desember Akut berkurang, pasien mengatakan
2018 merasa lebih nyaman setelah
(09.30) mendapatkan terapi
A : Nyeri akut
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang merupakan gangguan pada sitem
peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas normal yaitu
melebihi 140/90 mmHg. Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg
dan diklasifikasinya dengan derajat keparahannya ( Doengoes, 2000). Hipertensi
merupakan pemicu berbagai penyakit apabila tidak ditangani dengan baik hipertensi akan
mempunyai resiko yang besar karena dapat menimbulkan komplikasi kardiovaskuler
seperti stroke, jantung coroner, atau gagal ginjal (Herlambang, 2013)
Tanda dan gejala dari hipertensi ada beberapa diantaranya Sakit kepala hebat tiba-
tiba pusing, nyeri leher, kesemutan, lemas dan kelelahan, sulit tidur, jantung berdebar-
debar, gelisah, merasa mual / ingin muntah, penglihatan kabur, kesadaran menurun,
tekanan darah lebih dari 140/90 mmhg.
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan non farmakologis.
Terapi farmakologis dengan pemberian obat antihipertensi sedangkan non farmakologis
dimulai dari gaya hidup sehat seperti berhenti merokok, menurunkan berat badan
berlebih, latihan fisik, menurunkan asupan garam, meningkatkan asupan sayur dan buah
dan mengurangi asupan lemak. Perlu dilakukan berbagai macam intervensi pada terapi
hipertensi termasuk pula pendekatan non farmakologis. Pemanfaatan herbal diantaranya
seperti akupresure dan akupunktur, pemberian ramuan jamu : jamu daun seledri serta teh herbal
bawang berlian.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih
baik dari sekarang dan kami juga berharap pengetahuan tentang Aplikasi proses
keperawatan dalam keperawatan komplementer pada kasus hipertensi terus di
kembangkan dan diterapkan dalam bidang keperawatan komplementer.
35
DAFTAR PUSTAKA
36