Disusun oleh :
Pembimbing:
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya
laporan tutorial yang berjudul “Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut”.
Laporan tutorial ini disusun dalam rangka meningkatkan pengetahuan penyusun sekaligus
memenuhi tugas kepaniteraan klinik stase THT di Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Cianjur. Pada
kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada dr. Eman Sulaiman, Sp. THT-KL
sebagai pembimbing.
Semoga dengan adanya laporan tutorial ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan
berguna bagi penyusun maupun peserta didik lainnya.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penyusun
harapkan saran dan kritik untuk dapat membuat laporan tutorial yang lebih baik di masa yang akan
datang.
Terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
I. IDENTITAS ................................................................................................................................ 4
BAB II................................................................................................................................................... 10
2.1. Definisi.................................................................................................................................. 10
2.3. Etiologi.................................................................................................................................. 11
3
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Nn. V
Usia : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : 18-04-1996
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Tanggal masuk RS :
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien datang ke poli THT RSUD Sayang Cianjur dengan keluhan nyeri
menelan yang dirasakan sejak 2 hari SMRS secara terus menerus, disertai dengan
demam. Pasien juga mengeluhkan sesak napas yang hilang timbul, tenggorokan
gatal, suara serak, batuk kering dan pilek. Saat ini nafsu makan pasien menurun
serta badan terasa lemas.
Pada keluarga tidak ada yang pernah memiliki keluhan yang sama
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah diarawat satu bulan yang lau di RSUD Sayang Cianjur dengan keluhan
yang sama
Riwayat Alergi
Riwayat Psikososial
Keadaan umum : tampak sakit sedang. Kesadaran : compos mentis. Tekanan darah
100/70 mmHg. Nadi 80 x/menit. Pernapasan 20 x/menit. Suhu 38,9 °C.
Kepala : Normochepal, rambut hitam, distribusi merata, nyeri tekan facial (-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), massa (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-) nyeri tekan at regio
submandibula -/-
Thoraks :
- Cor :
5
- Pulmo :
Inspeksi : bentuk thoraks simetris, otot bantu napas tambahan (-), retraksi
dinding dada (-), bagian dada tertinggal (-)
Palpasi : vocal fremitus teraba sama dikedua lapang paru, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor di semua lapang paru, batas paru hepar pekak alih setinggi IC
V dextra
Abdomen :
Ekstremitas :
Telinga:
6
Hidung:
Tenggorokan:
7
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
Hemoglobin 12.0 12-16 g/dL
Hematokrit 38.8 37-47 %
8
VI. RESUME
Ny. V usia 22 tahun datang dengan keluhan nyeri menelan yang dirasakan
sejak 2 hari SMRS secara terus menerus, disertai dengan demam. Pasien juga
mengeluhkan sesak napas yang hilang timbul, tenggorokan gatal, suara serak,
batuk kering dan pilek. Saat ini nafsu makan pasien menurun serta badan terasa
lemas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, TD Tekanan darah : 100/70 mmHg , Nadi: 80
x/menit, Pernapasan: 20 x/menit, Suhu: 38,9 °C. Mulut : mukosa bibir kering,
tonsil hiperemis +/+, T3/T3.
Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal
VII. DIAGNOSIS
VIII. TATALAKSANA
- Clanexi 3 x 625 mg
- Omeprazole 1 x 40 mg
- Metilprednisolone
- Sanmol 500 mg injek
9
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
2.2. Epidemiologi
Etiologi penyakit ini dapat disebabkan oleh serangan ulangan dari tonsilitis
akut yang mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil, atau kerusakan ini dapat
terjadi bila fase resolusi tidak sempurna. Pada penderita tonsilitis kronis jenis kuman
yang sering adalah Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA). Selain itu
terdapat Streptokokus pyogenes, Streptokokus grup B, C, Adenovirus, Epstein Barr,
bahkan virus Herpes. Penelitian terbanyak di tonsil adalah Staphilokus aureus,
Streptokokus beta hemolitikus grup A, E. Coli dan Klebsiela.
Berdasarkan hasil penelitian Suyetno dan Sadeli, diketahui bahwa dari hasil
kultur apusan tenggorok didapatkan bakteri Gram positif sebagai penyebab tersering
tonsilofaringitis kronis yaitu Streptokokus alfa kemudian diikuti Stafilokokus aureus,
Streptokokus beta hemolitikus grup A, Stafilokokus epodermidis dan kuman Gram
negatif berupa Enterobakter, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella dan E. Coli.
Selain itu, yang harus menjadi perhatian adalah faktor predisposisi timbulnya
tonsilitis kronis adalah rangsangan menahun dari rokok, beberapa jenis makanan,
hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis
akut yang tidak adekuat2.
2.4. Patofisiologi
Tonsilitis terjadi dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kripta secara
aerogen yaitu droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian
nasofaring dan akhiirnya masuk ke tonsil maupun secara foodborn yaitu melalui
mulut masuk bersama makanan. Tonsil berperan sebagai filter yang menyelimuti
bakteri ataupun virus yang masuk dan membentuk antibodi terhadap infeksi. Kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial
mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli
morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak
kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan
epitel yang terlepas.
11
2.5. Gejala klinis
Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus
menerus, sakit waktu menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit padasendi, kadang-
kadang ada demam dan nyeri pada leher, Pada anak, tonsilyang hipertrofi dapat
terjadi obstruksi saluran nafas atas yang dapatmenyebabkan hipoventilasi
alveoli yang selanjutnya dapat terjadi hiperkapnia dan dapat menyebabkan kor
polmunale. Obstruksi yang beratmenyebabkan apnea waktu tidur, gejala yang
paling umum adalahmendengkur yang dapat diketahui dalam anamnesis3. Gejala
tonsillitis kronis menurut Mawson (1977), dibagi menjadi :
12
Tabel 1 Perbedaan Tonsilitis3
Tonsilitis kronis
Tonsilitis akut Tonsilitis kronis
Eksaserbasi akut
Membesar/mengecil tetapi
Hiperemis dan edem Hiperemis dan edema
tidak hiperemis
Kripta tidak melebar Kripta melebar Kripta melebar
Detritus +/- Detritus (+) Detritus (+)
Perlengketan - Per;engketan (+) Perlengketan (+)
Sembukan radangnya, jika
Antibiotika, analgetik, obat perlu lakukan tonsilektomi Bila mengganggu lakukan
kumur 2-6 minggu setelah tonsilektomi,
peradangan tenang
2.6. Tatalaksana
a. Medikamentosa
Pemberian antibiotika sesuai kultur bermanfaat pada penderita Tonsilitis Kronis
Cephaleksin ditambah metronidazole, klindamisin (terutama jika disebabkan
mononukleosis atau abses), amoksisilin dengan asam klavulanat (jika bukan
disebabkan mononukleosis)4.
b. Non-medikamentosa
Indikasi tonsilektomi menurut American Academy of Otolaryngology & Head and
Neck Surgery Clinical Indicators Compendium menetapkan3:
Serangan tonsilitis lebih dari 3 kali pertahun walaupun telah mendapat
terapi yang adekuat
Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan orofacial
Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan
nafas, sleep apneu, gangguan menelan, gangguan berbicara dan cor
pulmonale
Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak
hilang dengan pengobatan
Nafas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan
13
Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptokokus beta
hemolitikus
Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
Otitis media efusi atau otitis media supuratif
Indikasi relatif 5:
Penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau lebih dalam
setahun meskipun dengan terapi yang adekuat
Bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan tonsilitis
kronis tidak responsif terhadap terapi media
Tonsilitis kronis atau rekuren yang disebabkan kuman streptokokus
yang resisten terhadap antibiotik betalaktamase
Pembesaran tonsil unilateral yang diperkirakan neoplasma
2.7. Komplikasi :
2.8. Prognosis :
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ketujuh. 2012; : 1–4.
2. Dedya, et. Al. Tonsilitis Kronis Hipertrofi dan Obstructive Sleep Apnea (OSA) Pada
Anak. Bagian/Smf Ilmu Penyakit Tht Fk Unlam. 2009.
3. Nurjanna Z, 2011. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan
tahun 2007-2010. USU Institutonal Repository.
15