MANAJEMEN RESIKO
Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran risiko
dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas
terjadinya risiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif
dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur,
namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang
terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik
supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan
manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan
terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko
tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk
asset immateriil.
2.4 Pengelolaan Resiko
Jenis-jenis cara mengelola risiko:
1. Risk avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama sekali.
Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan
dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
2. Risk reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode yang mengurangi
kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan
oleh suatu risiko.
3. Risk transfer
Yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi).
4. Risk deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek saat dimana
probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil.
5. Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi maupun mentransfernya,
namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.
Penanganan risiko
High probability, high impact : risiko jenis ini umumnya dihindari ataupun
ditransfer.
Low probability, high impact : respon paling tepat untuk tipe risiko ini adalah
dihindari. Dan jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi risiko serta kembangkan
contingency plan.
High probability, low impact : mitigasi risiko dan kembangkan contingency plan
Low probability, low impact : efek dari risiko ini dapat dikurangi, namun biayanya
dapat saja melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam kasus ini mungkin lebih baik
untuk menerima efek dari risiko tersebut.
Contingency plan: Untuk risiko yang mungkin terjadi maka perlu dipersiapkan
contingency plan seandainya benar-benar terjadi. Contingency plan haruslah sesuai
dan proporsional terhadap dampak risiko tersebut. Dalam banyak kasus seringkali
lebih efisien untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya untuk mengurangi
risiko dibandingkan mengembangkan contingency plan yang jika
diimplementasikan akan lebih mahal. Namun beberapa scenario memang
membutuhkan full contingency plan.
Di suatu rumah sakit terdapat pasien yang bernama Tn.E melakukan pemeriksaan
tensi darah. Perawat menyatakan tensi darah Tn.E tinggi yaitu 176/94. Keluarga pasien dan
pasien menyatakan jika pasien tidak mengalami keluhan apapun.
Kesalahan yang terjadi perawat tidak mengecek ulang mesin tensi dan perawat
melapor ke dokter dan memberikan diagnosa yang salah. Pasien diberikan obat anti hipertensi
akibat diagnosa yang salah dari mesin tensi yang belum di kalibrasi, namun tidak ada keluhan
atau pelaporan efek samping dari pasien ataupun pernyataan dari keluarga pasien.
b. Menganalisis Resiko
Setelah seluruh resiko diidentifikasi, maka dilakukan pengukuran tingkat kemungkinan dan
dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan setelah mempertimbangkan pengendalian resiko
yang ada. Pengukuran resiko dilakukan menggunakan criteria pengukuran resiko secara
kualitatif, semi kualitatif, atau kuantitatif tergantung pada ketersediaan data tingkat kejadian
peristiwa dan dampak kerugian yang ditimbulkannya.
Pada kasus salah diagnosis pada pasien dengan memberikan obat hipertensi dengan
sembarang kemungkinan memiliki efek samping batuk, sakit kepala, pusing, mual, muntah,
diare, dll.
c. Evaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka disusunlah urutan prioritas
resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko tertinggi, sampai dengan resiko terendah.
Resiko yang tidak termasuk dalam resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan resiko
yang menjadi prioritas untuk segera ditangani. Dari kasus salah diagnosis pada pasien dengan
memberikan obat hipertensi, peta resiko yang dapat dibuat berdasarkan prioritas resiko adalah
sebagai berikut :
Identitas pasien
Diagnosa penyakit
Pengecekan alat
Penyiapan obat
Pemberian informasi kepada pasien ketika menyerahkan obat
d. Pengendalian Resiko
Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana tindakan untuk
meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan personel yang bertanggung jawab
untuk melaksanakan rencana tindakan. Cara menangani resiko untuk kasus ini adalah,
mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya resiko dengan cara menambah/meningkatkan
kecukupan pengendalian internal yang ada dan mengeksploitasi resiko bila tingkat resiko
dinilai lebih rendah dibandingkan dengan peluang terjadinya peristiwa yang akan terjadi.
Pemilihan cara menangani resiko dilakukan dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat,
yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan rencana tindakan lebih rendah daripada
manfaat yang diperoleh dari pengurangan dampak kerugian resiko. Seluruh resiko yang
diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan ditangani dimasukkan ke dalam register resiko yang
memuat informasi mengenai nama resiko, uraian mengenai indikator resiko, faktor pencetus
terjadinya peristiwa yang merugikan, dampak kerugian bila resiko terjadi, pengendalian
resiko yang ada, ukuran tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko setelah
mempertimbangkan pengendalian yang ada, dan rencana tindakan untuk meminimalisir
tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, serta personil yang bertanggung jawab
melakukannya.
Untuk kasus ini, cara menangani resiko tersebut adalah dengan memantau pasien dan
memberi saran ke pasien agar memperbanyak minum air putih dan perbanyak istirahat agar
tidak terjadinya efek samping dari obat tersebut.