BELITUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya
Panduan Pelayanan Sedasi Moderat dan Dalam di Rumah Sakit dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Pelayanan bedah dan anestesi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari
pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu
pengetahuan dan tehnologi dibidang kesehatan.
Penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah proses yang umum dan
merupakan prosedur yang kompleks di rumah sakit. Tindakan – tindakan ini membutuhkan
asesmen pasien yang lengkap dan komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi,
monitoring pasien yang berkesinambungan dan kriteria transfer untuk pelayanan
berkelanjutan, rehabilitasi, akhirnya transfer maupun pemulangan pasien.
Oleh karena itu diperlukan panduan sedasi untuk memberikan acuan dalam
pengelolaan dan pelayanan sedasi, anestesi di rumah sakit. Panduan ini akan di evaluasi secara
berkala dan akan diperbaiki bila ditemukan hal-hal yang dianggap sudah tidak sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Jumlah prosedur non invasif dan invasif minimal di lakukan di luar ruang operasi
telah berkembang pesat selama beberapa dekade. Sedasi dan analgesia atau keduanya
mungkin diperlukan untuk banyak prosedur intervensi dan diagnostik. Perawatan individual
penting ketika menentukan apakah pasien membutuhkan sedasi analgesia prosedural
(PSA). Pasien mungkin perlu obat anti kecemasan, obat nyeri, imobilisasi.Manajemen
sedasi dapat berkisar dari sedasi minimal, sejauh anestesi minimal.
Berbagai prosedur yang memerlukan sedasi prosedural dilayani lebih baik dengan
mempertimbangkan tujuan sedasi prosedural dan menentukan apakah pasien tertentu
memerlukan intervensi farmakologis untuk memenuhi tujuan selama prosedur.
II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan untuk pemberian sedasi untuk pasien yang akan menjalani prosedur di
IGD, radiologi, kedokteran gigi.
2. Tujuan Khusus
Ada beberapa tujuan daripada sedasi :
a. Keselamatan pasien
b. Meminimalkan rasa sakit dan kecemasan terkait dengan prosedur
c. Meminimalkan gerakan pasien selama prosedur
d. Memaksimalkan kemungkinan keberhasilan dari prosedur dan pasien kembali sadar
secepat mungkin
Indikasi untuk sedasi prosedural dapat bervariasi dari pasien ke pasien berdasarkan
tingkat kecemasan dan rasa sakit yang terkait dengan prosedur.Perawatan individual
penting ketika menentukan apakah pasien membutuhkan sedasi prosedural.Pasien
mungkin perlu obat anti kecemasan, obat nyeri, imobilisasi.
Tingkatan sedasi dari ringan sampai dalam :
a. Sedasi Minimal (anxiolysis).
Dalam keadaan ini pasien dapat merespon perintah verbal dan mungkin memiliki
beberapa gangguan kognitif, tetapi tidak ada efek pada status.
b. Sedasi Moderat.
Ada depresi kesadaran, tetapi pasien dalam keadaan ini dapat merespons dengan
tepat perintah verbal, baik sendiri atau bersama dengan stimulasi taktil cahaya.
Pasien mampu mempertahankan jalan nafas secara independen, ventilasi yang
cukup dan fungsi jantung biasanya terpengaruh oleh obat .
c. Sedasi Dalam.
Pasien pada kondisi ini tidak mudah terbangun, tetapi merespon dengan sengaja
(tidak hanya menarik) setelah stimulasi berulang atau menyakitkan. Pasien mungkin
memerlukan bantuan menjaga jalan nafas dan ventilasi yang cukup, tetapi status
kardiovaskuler normal dipertahankan selama dilakukan tindakan anestesi.
SEDASI
RINGAN/ SEDASI SEDASI ANESTESI
TINGKATAN
MINIMAL SEDANG BERAT/DALAM UMUM
(ANXIOLYSIS )
Tidak sadar,
Merespons Merespons setelah
Respons normal meskipun
terhadap diberikan stimulus
RESPONS terhadap stimulasi dengan
stimulus berulang/stimulus
verbal stimulus
sentuhan nyeri
nyeri
Sering
Tidak perlu Mungkin perlu
JALAN NAPAS Tidak terpengaruh memerlukan
intervensi intervensi
intervensi
VENTILASI Dapat tidak Sering tidak
Tidak terpengaruh Adekuat
SPONTAN adekuat adekuat
Biasanya
Biasanya dapat
FUNGSI dapat Dapat
Tidak terpengaruh dipertahankan
KARDIOVASKULER dipertahankan terganggu
dengan baik
dengan baik
III. Pengertian
Sedasi adalah anestesi mana obat diberikan untuk menenangkan pasien dalam suatu
periode yang dapat membuat pasien cemas, tidak nyaman, atau gelisah. Seringkali
diberikan kepada pasien segera sebelum pembedahan atau selama prosedur medis tidak
nyaman.Sedasi menggunakan obat-obatan sedatif.
Sedasi adalah tehnik di mana satu atau lebih obat yang digunakan untuk menekan
sistem saraf pusat dari pasien sehingga mengurangi kesadaran pasien untuk lingungannya.
Sedasi adalah penggunaan obat untuk menghasilkan keadaan depresion dari
sistemsaraf pusat sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan. Selama tindakan,
kontak verbal dengan pasien harus tetap terjaga.Berdasarkan definisi ini, maka setiap
kehilangan kesadaran yang berhubungan dengan teknik yang dilakukan dapat
didefinisikan sebagai anestesi umum. Selama sedasi, diharapkanpasien dapat dipertahankan
jalan napas dan refleks protektif. Telah disarankan suatu konsep ‘sedasi dalam’, akan tetapi
definisi terhadap hal ini belum jelas.
Kebanyakan prosedur, yang dilakukan pada orang dewasa dalam keadaan sadar,
tetapi pada anak memerlukan anestesi umum terutama jika prosedur dengan waktu yang
lama atau menyakitkan. Namun, sekarang ada peningkatan minat dalam penggunaan
regimen sedativa pada bidang pediatri. Hal ini disebabkan karenakurang invansif
dibandingkan dengan anestesi umum serta lebih murah.Mungkin lebih sulit
untukmenentukan tingkat sedasipada anak serta kemungkinan bahaya teranestesi dapat
terjadi.
Pedoman terbaru dari Department Of Health On General Anaesthesia And Dentistry
telah merekomendasikan untuk lebih banyak menggunakan sedasi sadar dan lokal anestesi,
sisanya untuk keadaan yang sangat mutlak baru menggunakan anestesi umum.Jika
pemilihan pasien dilakukan secara cermat, dan dengan prosedur yang
sesuai,penggunaan sedasi bisa sangat berhasil.
BAB II
TATA LAKSANA
2. Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk sedasi :
a. Pasien menolak / keluarga
b. Bayi kecil dengan prosedur tidak menyakitkan, misalnya komputer tomografi,
biasanya dapat dengan pemberian makanan dan menjaga tetap hangat sehingga
bayinya bisa tidur selama prosedur.
c. Bayi exprematur < 56 minggu dari usia konsepsional, karena berisiko terjadinya
depresi pernapasan serta sedasi
d. Gangguan perilaku
e. Diketahuinya ada masalah pada jalan napas, misalnya obstructive sleep apnoea,
abnormalitas
f. Adanya penyakit pernapasan yang secara signifikan memerlukan terapi
g. Adanya ketidakstabilan jantung
h. Adanya penyakit ginjal atau hati yang diprediksi akan menghambat bersihan obat
sedasi.
i. Berisiko secara signifikan untuk terjadinya refluks gastro-esofagus.
j. Peningkatan tekanan
k. Epilepsi berat atau tidak
l. Alergi atau kontraindikasi spesifik untuk obat-obatan sedasi atau gas (misalnya
nitrogen oksida harus dihindari jika dijumpai adanya pneumotoraks).
m. Prosedur lama
3. Pengguna Obat
Obat yang digunakan untuk sedasi :
Sedasi yang efektif harus memungkinkan prosedur dilakukan dimana anak
sementara dalam keadaan mengantuk,bebas nyeri, dengan ketakutan atau kecemasan
yang minimal. Penggunaan anestesi lokal dan analgesik sederhana sangatlah penting,
dan terapi pengalihan perhatian juga sangat berguna. Orang tua sering dihadirkan,
dimana hal ini sangat membantu dalam menjaga kepercayaan anak.
Kebanyakan obat sedasi, yang diberikan dalam jumlah tertentu, dapat beresiko
menghasilkan ketidaksadaran pada anak.Hal ini dapat menyebabkan hipoksia,
hiperkapnia dan berpotensi terjadi aspirasi. Untuk itu pada penggunaan tehnik sedasi
non-anestesi, maka harus mempunyai margin of safety lebar.
Personil non-anestesi yang memberikan obat sedasi termasuk dokter (terutama
ahli radiologi, gastroenterologis dan kardiologis), perawat spesialis dan dokter gigi,
semuanya harus benar-benar terlatih untuk memberikan pelayanan yang aman dan
efektif.
Organisasi sedasi untuk anak di rumah sakit semakin berkembang pesat.
Beberapa pusat pediatrik melatih sedationists yang biasanya berasal dari perawat
spesialis (nurse-lead sedation). Namun, tanggung jawab untuk pelatihan dan
pengembangan idealnya harus terletak pada departemen anestesi dengan konsultan yang
membawahi layanan.
Pasien harus dipersiapkan seolah-olah mereka akan mengalami anestesi umum.
Mereka harus :
Diberitahu tentang prosedur yang akan dilakukan dan telah memberikan persetujuan
tindakan.
Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum terakhir, dan diidentifikasi faktor-faktor
risiko potensial seperti alergi atau kondisi medis
Obat Oral
Penilaian dosis obat oral dalam bentuk kombinasi mungkin agak
sulit, dimana kemungkinanakan meningkatkansedasi yang efektif tetapi juga berpotensi
meni ngkatkan kejadian efek samping
Hal ini terutama terjadi pada bayi yang kecil dan pada anak dengan kelainan
ginjal, hati atau fungsi neurologis dimana kerja obat sukar untuk diprediksi.
Anestesia pada bayi dan anak kecil berbeda dengan anestesia pada orang dewasa,
karena mereka bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini.Seperti pada anestesia untuk
orang yang dewasa anestesia anak kecil dan bayi khususnya harus diketahui betul
sebelum dapat melahirkan anestesia karena itu anestesia pediatri seharusnya ditangani
oleh dokter spesialis anestesiologi atau dokter yang sudah berpengalaman.
5. Pembagian Pediatri Berdasarkan Perkembangan Biologis
a. Pada anak-anak, kepala lebih besar, dan lidah juga alebih besar
b. Laring yang letaknya lebih anterior
c. Epiglottis yang lebih panjang
d. Leher dan trache yang lebih pendek daripada dewasa
e. Cartilago tiroid yang terletak berdekatan dengan airway
8. Pemeriksan Fisik
Perhatian khusus dilakukan untuk evaluasi jalan napas, jantung, paru-paru dan
pemeriksaan neurologik .Jika ingin melaksanakan teknik anestesi regional maka perlu
dilakukan pemeriksaan extremitas dan punggung. Pemeriksaan fisik sebaiknya terdiri
dari :
a. Keadaan umum
Gelisah, takut, kesakitan, malnutrisi.
b. Tanda-tanda Vital
Tinggi dan berat badan perlu untuk penentuan dosis obat terapeutik dan
pengeluaran urine yang adekuat selama operasi .
Tekanan darah sebaiknya diukur dari kedua lengan dan tungkai (perbedaan
bermakna mungkin memberikan gambaran mengenai penyakit aorta thoracic
atau cabang-cabang besarnya).
Denyut nadi pada saat istirahat dicatat ritmenya, perfusinya (berisi) dan jumlah
denyutnya. Denyutan ini mungkin lambat pada pasien dengan pemberian beta
blok dan cepat pada pasien dengan demam, regurgitasi aorta atau sepsis. Pasien
yang cemas dan dehidrasi sering mempunyai denyut nadi yang cepat.
Respirasi diobservasi mengenai frekwensi pernapasannya , dalamnya dan pola
pernapasannya selama dilakukan observasi.
Suhu tubuh (Febris/ hipotermi).
Visual Analog Scale (VAS). Skala untuk menilai tingkat nyeri
c. Kepala dan Leher
Mata : anemis, ikteric, pupil (ukuran, isokor/anisokor, reflek cahaya)
Hidung : polip, septum deviasi, perdarahan
Gigi : gigi palsu, gigi goyang, gigi menonjol, lapisan tambahan pada gigi,
kelainan ortodontik lainnya.
Mulut : Lidah pendek/besar, TMJ (buka mulut jari), Pergerakan (baik/kurang
baik), sikatrik, fraktur, trismus, dagu kecil
Tonsil : ukuran (T1-T3), hiperemis, perdarahan
Leher : ukuran (panjang/pendek), sikatrik, masa tumor, pergerakan leher
(mobilitas sendi servical) pada fleksi ektensi dan ritasi, TMD, trakea (deviasi),
karotik bruit, kelenjar getah bening.
Dalam prediksi kesulitan intubasi sering di pakai 8T yaitu : Teet, Tongue,
Temporo mandibula joint, Tonsil, Torticolis, Tiroid notch/TMD, Tumor.
d. Thorak
1. Auskultasi jantung mungkin ditemukan murmurs (bising katup), irama gallop
atau perikardial rub.
2. Paru-paru.
Inspeksi : Bentuk dada (Barrel chest, pigeon chest, pectus excavatum,
kifosis, skoliosis) Frekwensi (bradipnue/takipnue) Sifat pernafasan (
torakal, torako abdominal/abdominal torako), irama pernafasan
(reguler/ireguler, cheyne stokes, biot), Sputum (purulen, pink frothy),
Kelainan lain (stridor, hoarseness/serak, sindroma pancoas).\
Palpasi : Premitus (normal, mengeras, melemah)
Auskulatasi : Bunyi nafas pokok ( vesikuler, bronchial, bronkovesikuler,
amporik), bunyi nafas tambahan (ronchi kering/ wheezing, ronchi
basah/rales, bunyi gesekan pleura, hippocrates succussion)
Perkusi : sonor, hipersonor, pekak, redup.
Abdomen.Pristaltik (kesan normal/meningkat/meenurun), Hati dan limpa
(teraba/tidak, batas, ukuran, per-mukaan), distensi, massa atau
asites (dapat menjadi predisposisi untuk regurgitasi).
Kateter (terpasang/tidak), urin (volume : cukup (0,5-1 cc/jam), anuria (<
20 cc/24 jam), oliguria (25 cc/jam atau 400 cc/24jam), Poliuria (> 2500
cc/24 jam)], kwalitas (BJ, sedimen), tanda tanda sumbatan saluran kemih
(seperti kolik renal)
Muskulo Skletal – Extremitas. Edema tungkai, fraktur, gangguan neurologik
/kelemahan otot (parese, paralisis, neuropati perifer, distropi otot), perfusi
ke distal (perabaan hangat/dingin, cafilay refil time, keringat) , Clubbing
fingger, sianosis, anemia, dan deformitas, infeksi kutaneus (terutama
rencana canulasi vaskuler atau blok saraf regional).
9. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaanlaboratorium ada 2 yaitu pemeriksaan rutin dan khusus
a. Pemeriksaan laboratorium rutin :
Darah : Hb, lekosit, hitung jenis lekosit, golongan darah, masa pembekuan, masa
perdarahan.
Foto toraks : terutama untuk bedah mayor, pasien diatas 60 thn, atau sesuai
EKG : terutama untuk pasien berumur diatas 40 tahun atau sesuai
b. Pemeriksaan khusus, dilakukan bila ada riwayat atau indikasi, misalnya :
EKG pada
Spirometri dan bronkospirometri pada pasien tumor
Fungsi hati pada pasien
Fungsi ginjal pada pasien
Analisa gas darah, elektrolit pada pasien ileus obstruksi atau bedah
Untuk pemeriksaan khusus yang lebih mendalam, misalnya ekokardiografi atau
kateterisasi jantung diperlukan konsulatasi dengan ahli-ahli bidang lain sehingga
persiapan dan penilaian pasien dapat dilakukan lebih
PT /
Kondisi preo Lek Elekt Gula X–ra
Hb APT PLT/BT BUN/Creat SGOT/Al.Ph E K G Preg T/S
perative osit rolit darah y
T
P W
Operasi dengan
X X X
perdarahan
Operasi tanpa
perdarahan
Neonatus X X
Umur < 40 X
Umur40-49 X M
Umur50–64 X X
Umur > 65 X X X X + X
Peny.
X X X
Kardiovaskul ar
Penyakit paru X X
Keganasan X X * * X
Terapi radiasi X X X
Penyakit hati X X
Terpapar hepatitis X
Penyakit ginjal X X X X
Gangguan
X X
Perdarahan
Diabetes X X X X
Merokok X X X
Kehamilan X
Pemakaian
X X
Deuretik
Pemakain digoxin X X X
Pemakaian Steroid X X
Pemakaian anti
X X X
agulan
Penyakit SSP X X X X X
Tabel berikut ini merupakan suatu petunjuk untuk menggunakan penilaian klinis dalam
membuat permintaan pemeriksaan.
14. Peralatan
a. Alat-alat :
Mesin anestesi
Circuit/breathing anestesi
Ventilator anestesi
Monitor
b. Mesin anestesi
Gas supplies O2 dan N2O
c. Monitor
Blood pressure (noninvasive or invasive)
ECG (electrocardiograf)
Pulse oxymeter
Caphinograf
d. Ventilator anestesi
Menggunakan daya listrik
Ventilator Flowmeter (rotameter)
Measure gas flow –> FGF
Have safety systems (FGF, 25%)
Vaporizer
High flow VAP, or low flow DAP / drawover VAP
Temperatur compensated VAP
e. System Sirkulasi
One way value (inspiratory dan ekspiratory)
Canister with CO2 absorber (sodalyme or baralyme)
Ca(OH)2 + NaOH + KOH + Silica
Ba(OH)2 + Ca(OH)2
Oxygen analyzer sensor
BAB III
DOKUMENTASI
Pelayanan bedah dan anestesi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari
pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu
pengetahuan dan tehnologi dibidang kesehatan.
Penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah proses yang umum dan
merupakan prosedur yang kompleks di rumah sakit. Tindakan – tindakan ini membutuhkan
asesmen pasien yang lengkap dan komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi,
monitoring pasien yang berkesinambungan dan kriteria transfer untuk pelayanan
berkelanjutan, rehabilitasi, akhirnya transfer maupun pemulangan pasien.
Oleh karena itu diperlukan panduan sedasi untuk memberikan acuan dalam pengelolaan
dan pelayanan sedasi, anestesi di rumah sakit.