Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN STRATEJIK DAN KEPEMIMPINAN

Case III:
Uber in 2016: Can It Remain the Dominant
Leader of the World’s Fast-Emerging
Ridesharing Industry?

Disusun Oleh:

Alvin Zulfikar Rahmandityo 1706132253


Angelina Enny Yulyanti 1706132266
Hayu Anindyajati 1706132341
Ellyanova Afifah 1506700676

Program Magister Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
2019

1
STATEMENT OF AUTHORSHIP

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah
murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Nama Mahasiswa : 1. Alvin Zulfikar Rahmandityo 1706132253
2. Angelina Enny Yulyanti 1706132266
3. Hayu Anindyajati 1706132341
4. Ellyanova Afifah 1506700676

Kelas : F/17-2S
Mata Ajar : Manajemen Stratejik dan Kepemimpinan
Judul Tugas : Uber in 2016: Can It Remain the Dominant Leader of the World’s
Fast-Emerging Ridesharing Industry?

Hari, Tanggal : Senin, 25 Februari 2019


Nama Pengajar : Timoty E. Marnandus MBA
Tandatangan : 1.

2.

3.

4.

2
1. How would you characterize Uber’s business model and strategy? What are the key
elements of its customer value proposition? Its profit formula? Its approach to
competing in the marketplace?

2. How would you describe competition in the ridesharing industry? What leverage do
buyers and suppliers have with ridesharing services? What competitive threat is
posed by new entrants and substitute services? Prepare a Five Forces Model of
Competition to support your answer.

3. Does Uber operate as a socially responsible business? Assess the five components of
Uber’s corporate social responsibility strategy.
Tindakan untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi yang etis dan
beroperasi dengan baik dan etis: Uber tidak begitu menjalankan bisnis mereka secara etis,
salah satu contoh utama adalah berapa banyak pengemudi yang menolak untuk menjemput
penyandang disabilitas. Undang-undang disabilitas di Amerika dapat mengatasi hal ini,
namun karena driver uber bukanlah pegawai tetap dari uber itu sendiri, maka driver tersebut
tidak harus mematuhi dan melayani penyandang disabilitas sebagaimana menurut UU
disabilitas yang ada. Uber sendiri menawarkan pelatihan di mana driver diinstruksikan untuk
mengambil ordera dari penyangdang disabilitas, namun pelatihan ini bersifat opsional
sehingga banyak driver yang memilih untuk tidak mengikutinya.
Tindakan untuk mendukung kegiatan amal, berpartisipasi dalam kegiatan layanan
masyarakat, dan berkontribusi pada masyarakat secara keseluruhan: Uber telah berpartisipasi
dalam beberapa kegiatan amal termasuk mengumpulkan uang untuk para pengungsi di Eropa
dan membantu para veteran mendapatkan pekerjaan melalui kampanye“Ride for a Cause”
mereka.
Tindakan untuk melindungi dan menjaga lingkungan; Uber memiliki banyak driver
yang mudah dijangkau dan selalu tersedia, terdapat lebih sedikit driver yang mengemudi
dalam keadaan mabuk di jalan yang mengakibatkan lebih sedikit kecelakaan yang
mengkibatkan kematian yang dibuktikan secara statistik oleh MADD (ibu-ibu yang
menentang mengemudi dalam keadaan mabuk).
Tindakan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan menjadikan perusahaan
tempat yang nyaman untuk bekerja; Fleksibiltas waktu dalam bekerja adalah salah satu
manfaat yang diincar oleh para driver uber ketika mendaftar sebagai driver uber. Namun
driver tersebut sebenarnya bukan karyawan/pegawai yang secara teknis bekerja untuk uber,
tetapi mereka dianggap sebagai outsourcing, yang berarti uber tidak harus membayar
UMR/UMP kepada driver tersebut serta para driver tidak ahrus mengkhawairkan soal jam
kerja/lembur. Hal ini menjadi negative bagi para driver uber karena mereka tidak
diperlakukan secara adil oleh pihak uber. Oleh karena itu banyak tuntutan hukum dan review
negatif dari para driver terhadap pihak uber.
Tindakan untuk mengkampanyekan perbedaan di tempat kerja; Dengan skema driver
uber yang secara teknis bukan merupakan pegawai tetap uber, maka perusahan tidak harus
mematuhi aturan-aturan terkait toleransi di tempat kerja dan pada akhirnya hal tersebut dapat
membuat diskriminasi kepada para driver. Disebutkan bahwa Uber menginginkan banyak
driver sehingga mereka menyamaratakan para driver tersebut. Banyak ditemukan kasus
bahwa uber tidak memeriksa latar belakang para dirver dengan menyeluruh dan bahkan
terdapat 25 kasus di mana ditemukan beberapa driver yang merupakan pelaku criminal. Uber
masih menolak untuk menggunakan scanning latar belakang dari FBI dan mengandalkan
penelusuran jaminan sosial, dan basis data nasional untuk kejahatan yang telah terjadi dalam
7 tahun terakhir.

3
4. Examine Uber’s corporate culture. What are the key features of the company’s
corporate culture? Has the culture shifted over the lifespan of the company?

Uber’s corporate culture:


 Classifies it self as IT Company to avoid obtaining license and
registration
Uber mengklasifikasikan diri mereka sendiri sebagai perusahaan IT bukan
sebagai penyedia layanan transportasi sehingga mereka tidak perlu mematuhi
aturan Negara yang mengharuskan adanya perizinan dan perpajakan. Hal ini
dilakukan untuk meminimalkan biaya dan memaksimalkan laba untuk
menghindari persyaratan yang diperlukan untuk mengurus asuransi,
pembayaran lisensi kendaraan dan lainnya. Uber dianggap berbisnis di
wilayah abu-abu.
 Price Surging
Melakukan kenaikan harga untuk waktu-waktu tertentu. Dikala jam sibuk dan
permintaan tinggi, uber menaikan harga diatas harga normal yang sangat
tinggi. Menyebabkan cutomer harus membayar lebih.
 Categories drivers as contractors
Driver dapat memperoleh manfaat dari jam kerja yang fleksibel tetapi pada
saat yang sama Uber tidak bertanggung jawab atas hukum dasar perburuhan
apa pun (upah minimum, asuransi pengangguran, dll.) ini mengakibatkan
banyak tuduhan perlakuan buruk terhadap pengemudi dan juga taktik
perekrutan yang tidak etis yang mereka gunakan tentang manfaat dan
tunjangan Uber dengan membuat akun perjalanan palsu untuk melihat dengan
teliti pesaing agar bergabung dengan perusahaan.
 Poor treatment
Uber menawarkan pelatihan untuk driver mereka namun itu hanya optional,
tidak wajib. Padahal pelatihan tersebut ditujukan untuk membangun manner
driver dalam melayani customer. Akibat tidak adanya pelatihan tersebut,
banyak driveryang berperilaku tidak etis ke customer.

Key Features of the company corporate culture:

 Communications and interactions.


 Competitions practices to undermine their competitors

4
Kami melihat bahwa corporate culture dari uber telah bergeser hanya karena
meningkatnya ancaman dari aspek yang berbeda. Corporate culture dari uber lebih ke
arah custome- oriented dimana mereka harus mempertahankan praktek price surging
mereka di beberapa case tertentu untuk menyeimbangkan supply dan demand.

5. With what strategic issues should Uber management be most concerned in 2016?
What are the 4-5 issues that offer the greatest opportunities or that present the
greatest threats to its well-being?
Masalah strategis terbesar adalah bagaimana perusahaan dijalankan. Uber perlu
mengubah perusahaan agar fokus pada etika dan tidak hanya mengejar untung. Uber harus
mulai mengambil tanggung jawab untuk orang-orang yang mereka pekerjakan dan benar-
benar mulai menunjukkan kepada para driver bahwa mereka dihargai oleh perusahaan.
Masalah terbesar adalah di scannya sidik jari driver baru yang direkrut untuk
mendapatkan pemeriksaan latar belakang menyeluruh, hal ini akan membuat orang lebih
percaya ketika menggunakan layanan uber. Selanjutnya uber dapat membayar UMP/UMR
kepada para driver dan benar-benar menganggap driver tersebut karyawan uber dibandingkan
menganggap para driver sebagai outsourcing. Hal ini mungkin bisa menambah beban bagi
uber namun solusi ini diharapkan dapat mempertahankan driver lebih banyak dan uber tidak
lagi dituntut secara hukum.
Pilihan lain bagi uber adalah comply terhadap peraturan terkait sehingga mereka
dapat memperluas lebih banyak area persaingan sehingga dapat memonopoli suatu wilayah.
Misalnya mereka memilih untuk tidak bersaing di Austin Texas karena peraturan yang
mereka tolak, hal tersebut akan membuat pasar terbuka bagi pesaing uber yaitu “Get Me”
untuk ikut serta dan pada dasarnya mereka menawarkan layanan yang sama.
Masalah terakhir yang dapat diatasi adalah untuk memberikan kompensasi kepada
konsumen lebih banyak ketika complain muncul. Solusi free ride saja tidak cukup ketika
salah satu pengemudi mereka melecehkan atau melakukan hal yang tidak baik kepada
konsumen. Permintaan maaf secara terbuka dan formal perlu dibuat dan tindakan perlu
diambil untuk memastikan bahwa driver tersebut di suspend atau bahkan diputuskan
hubungan kemitraan nya. Bagi konsumen kompensasi seperti free ride yang lebih dari satu
kali harus diberikan atau bahkan kompensasi satu tahun layanan gratis atau kompensasi lain
yang sejenis.

Anda mungkin juga menyukai