PENDAHULUAN
Apalagi ada satu pandangan bahwa masalah etika bisnis seringkali muncul
berkaitan dengan hidup matinya bisnis tertentu, yang apabila "beretika" maka
bisnisnya terancam pailit.Disebagian masyarakat yang nir normative dan hedonistik
materialistk, pandangan ini tampkanya bukan merupakan rahasia lagi karena dalam
banyak hal ada konotasi yang melekat bahwa dunia bisnis dengan berbagai
lingkupnya dipenuhi dengan praktik-praktik yang tidak sejalan dengan etika itu
sendiri.
Namun kalau bisnis punya etika,maka pertanyaan yang segera timbul adalah
manakah norma-norma atau prinsip etika yang berlaku dalam kegiatan bisnis. Apakah
prinsip-prinsip itu berlaku universal, terutama mengingat kenyataan mengenai bisnis
global yang tidak mengenal batas-batas negara dewasa ini?Demikian pula, bagaimana
caranya agar prinsip-prinsip tersebut bisa operasional dalam kegiatan bisnis? Inilah
beberapa pertanyaan yang ingin kami jawab dalam bab ini. Pada akhir bab ini kami
akan singgung secara sekilas apa yang dikenal sebagai stakeholder, yang dengan itu
memperlihatkan relevansi sekaligus juga operasionalisasi etika bisnis, khususunya
prinsip-prinsip etika bisnis, dalam kegiatan bisnis suatu perusahaan.
Dari latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah yaitu :
1. Apa pengertian etika normatif dan jelasankan jenis teori dari etika normatif?
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Etika normatif adalah etika yang berusaha untuk menetapkan berbagai sikap dan pola
perilaku yang bersifat ideal dan sepatutnya dimiliki manusia.
Secara Etimologi, Deontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “deon” yang
berarti diharuskan, yang wajib, sesuai dengan prosedur ( Magnis, 1975 : 79 – 80 ;
Pratley , 1997 : 173 ). Teori Deontologi adalah teori yang menilai suatu tindakan
itu baik atau buruk berdasarkan aturan – aturan, prosedur, atau kewajiban. Jadi
menurut teori deontologi, tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu
dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan. Misalnya :
suatu perusahaan menawarkan barang dan jasa dengan mutu yang sebanding
dengan harganya.
Teori Teleologi ( Etika Tujuan atau Manfaat )
Secara etimologi, teleology berasal dari bahasa Yunani yaitu “telos” yang berarti
tujuan, sasaran, hasil, akibat (Magnis, 1975:79-80 ; Pratley , 1997:173). Teori
Teleologi adalah teori yang menilai suatu tindakan itu baik atau buruk dari sudut
tujuan, hasil, sasaran yang dapat dicapai. Jadi suatu tindakan akan dibenarkan
apabila berdasarkan atau mengarah pada tujuan, hasil,sasaran atau akibat yang
hendak dicapai. Misalnya : perusahaan kayu jati membuat produk seperti kursi ,
meja , dan lain – lain yang nantinya akan dijual kepada konsumen.
Bisnis pada hakikatnya adalah organisasi yang bekerja di tengah – tengah masyarakat
atau merupakan sebuah komunitas yang berada di komunitas lain.
Bisnis yang baik ialah bisnis yang dapat memberikan keuntungan bagi pihak yang
terlibat.
Bisnis yang baik haruslah patuh dengan peraturan atau hukum yang berlaku.
Baru belakangan ini bisnis dianggap sebagai sebuah profesi. Profesi dirumuskan
sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk nafkah hidup dengan menggunakan keahlian
dan keterampilan dengan melibatkan komitmen pribadi dalam melakukan pekerjaan
tersebut (Satyanugraha, 2003:10). Bisnis modern mensyaratkan dan menuntut para
pelaku bisnis untuk menjadi orang yang profesional. Orang yang profesional
umumnya adalah orang yang dapat dipercaya oleh masyarakat untuk melakukan
pekerjaan yang menjadi profesinya.
Menurut Keraf (dalam Rindjin, 2004:63) suatu profesi yang diperlukan dan
dihargai mempunyai karakteristik,yakni:
2. Terdapat kaedah dan standar moral. Pada setiap profesi selalu ada peraturan yang
menentukan bagaimana profesi itu dijalankan. Peraturan yang biasa disebut kode
etik ini sekaligus menunjukkan tanggungjawab profesional dalam melakukan
pekerjaan, seperti kode etik dokter, wartawan, pengacara, akuntan, dsb. Untuk
menjaga kemurnian dan ketepatan pelaksanaan kode etik ini, dibentuklah
organisasi profesi. Organisasi profesi ini berkewajiban menjaga nama baik
organisasi, melakukan seleksi anggota baru dan bila perlu memberikan sanksi
kepada anggota yang melanggar kode etik profesi.
3. Seseorang perlu memiliki ijin khusus atau lisensi untuk bisa menjalankan suatu
profesi. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi profesi tersebut dari orang-orang
yang tidak profesional.
Tanggung Jawab Moral : salah satu konsep penting yang sejak dahulu menjadi
perhatuian serius filsuf-filsuf moral.
1. Kemampuan
Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial,
namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang termasuk dalam kategori norma
hukum yang didasari kesusilaan.
Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis
dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Tujuan kode etik agar
profesionalisme memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa atau
nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
3. Prinsip Otonomi. Prinsip ini didasari dari kebutuhan seorang profesional untuk
diberikan kebebasan sepenuhnya untuk menjalankan profesinya.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Pada umumnya etika normatif terbagi menjadi dua teori yakni Teori Deontologi dan
Teori Teleologi.
Daftar Pustaka
Sutrisna Dewi, 2011, Etika Bisnis: Konsep Dasar Implementasi & Kasus, Cetakan
Pertama, Denpasar, Udayana University Press.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kode_etik_profesi
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-normatif-dan-contohnya/