PENDAHULUAN
1
Setiap risiko mempunyai perbedaan sifat dan karakteristik yang memerlukan
analisis dan manajemen risiko yang spesifik sehingga setiap orang akan
mengenali dengan jelas setiap risiko yang mereka hadapi. Kita juga harus
mengetahui tipe risiko, baik risiko berbasis kesempatan, risiko berbasis
ketidakmenentuan,dan risiko berbasis bahaya. Berdasarkan uraian latar belakang
di atas dimana penulis akan membahas tentang risiko dan manajemen risiko
dengan judul makalah “ Risiko Dan Manajemen Risiko”.
2
1.4 Ruang Lingkup
1. Bahaya
2. Kerentanan
3. Kapasitas
4. Risiko
5. Manajemen risiko
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bahaya
2.1.1 Definisi
Suatu keadaan yang akibatkan oleh fenomena alam yang luar biasa ataupun
manusia yang berpotensi merusak atau mengancam kehidupan manusia,
menyebabkan kehilangan harta-benda,mata pencaharian, dan kerusakan lingkungan.
Bahaya termasuk kondisi tersembunyi yang dapat menjadi ancaman di masa depan
dan mempunyai sumber yang berbeda seperti dari alam ataupun yang disebabkan oleh
manusia.
2.2 Kerentanan
Menurut UU no. 23 Tahun 2007 kerentanan adalah suatu kondisi atau
karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya,
politik. Ekonomi dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapau kesiapan dan mengurangi
kemampuan untuk menghadapi dampak buruk bahaya tertentu.
4
2.3 Kapasitas
Kapasitas adalah kondisi (kekuatan dan sumber daya yang tersedia) yang
menunjukkan kemampuan seseorang (komunitas) untuk mengurangi risiko atau
dampak bencana. Kapasitas juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
ekonomi, sosial, budaya, politik, fisik maupun psikologi
2.4 Risiko
2.4.1 Definisi
Risiko merupakan suatu keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat
ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Risiko juga dapat diartikan sebagai suatu
keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki
dapat menimbulkan suatu kerugian. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini
terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang
akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan
atau merugikan.
Menurut Griffin (2002:715), risiko adalah ketidakpastian tentang peristiwa
masa depan atas hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Menurut Hanafi
(2006:1), risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat
sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang.
5
2. Risiko Proyek
Berefek pada perencanaan proyek.
3. Risiko perjalanan.
Risiko apapun bisa saja terjadi, baik dalam perjalanan jarak jauh maupun
jarak dekat, dalam bentuk apapun, kapan pun, dan di mana pun kita berada,
sekali pun kita tidak menginginkannya.
4. Risiko Bisnis
Risiko bisnis yaitu risiko yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan
bisnis yang berefek pada nilai jual produk.
6
hukum, mulai dari tuntutan hukum, tidak adanya kerangka hukum, dan
kelemahan perjanjian.Contoh: perselisihan dengan perusahaan lain sehingga
adanya persoalan seperti ganti rugi.
d. Risiko Spekulatif (speculative risk)
Risiko dimana kita mengharapkan terjadinya kerugian dan juga
keuntungan. Kemungkinan kerugian ada, tetapi disamping itu juga terdapat
kemungkinan untung. Risiko ini biasanya berkaitan dengan risiko usaha atau
bisnis. Contoh: perjudian, pembelian saham, valuta asing, saving dalam
bentuk emas, perubahan tingkat suku bunga perbankan.
7
2. Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh kepala
BNPB dengan melibatkan instansi/lembaga terkait.
3. Persyaratan analisi bencana digunakan sebagai dasar dalam penyususnan
analisis mengenai dampak lingkungan, penaataan ruang serta pengambilan
tindakan pencegahan dan mitigasi bencana.
4. Pasal 12: setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi
menimbulkan bencana, wajib dilengkapi dengan analisis risiko bencana.
5. Analisis risiko bencana sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan
persyaratan analisis risiko bencana melalui penelitian dan pengkajian
terhadap suatu kondisi atau kegiatan yang mempunyai risiko tinggi
menimbulkan bencana.
6. Analisis risiko bencana dituangkan dalam bentuk dokumen yang disahkan
oleh pejabat pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7. BNPB atau BNBD sesuai dengan kewenangannya melakukan pemantauan
dan evaluasi terhadap pelaksaan analisis risiko bencana.
8
a. Penilaian Risiko
Dalam kegiatan ini dilakukan prediksi tingkat risiko melalui evaluasi dan
merupakan langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian tingkat risiko
(Ichsan, 2004). Tingkat resiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan
(probability) dan keparahan (severity) dari suatu kejadian yang dapat menyebabkan
kerugian, kecelakaan atau cedera dan sakit yang mungkin timbul dari pemaparan
suatu hazard ditempat kerja.
1) Tingkat kekerapan
Merupakan keseringan terjadinya kecelakaan terhadap tenaga kerja/manusia.
Tingkat kekerapan atau keseringan kecelakaan dikategorikan menjadi 4 (empat)
kategori sebagai berikut:
a) Sering; dimana kemungkinan terjadi sangat sering dan berulang (nilai: 4)
b) Agak sering; dimana kemungkinan terjadi beberapa kali(nilai: 3)
c) Jarang; dimana kemungkinan terjadinya jarang terjadi atau terjadinya sekali
waktu (nilai: 2)
d) Jarang sekali; kemungkinan terjadi kecil tetapi tetap ada kemungkinan (nilai:
1)
2) Tingkat keparahan
Merupakan seberapa berat dampak kecelakaan yang di alami para tenaga
kerja/manusia. Tingkat keparahan kecelakaan dapat di kategorikan menjadi 5
(lima) kategori sebagai berikut:
a) Bencana; kecelakaan yang banyak menyebabkan kematian (nilai: 5)
b) Fatal; kecelakaan yang mengakibatkan kematian tunggal (nilai: 4)
c) Cedera Berat; kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau sakit yang
parah untuk waktu yang lama tidak mampu bekerja atau menyebabkan
cacat tetap (nilai: 3)
d) Cedera Ringan; kecelakaan yang dapat mengakibatkan cedera atau sakit
ringan dan segera dapat bekerja kembali atau tidak menyebabkan cacat
tetap (nilai: 2)
9
e) Hampir Cedera; kejadian hampir celaka yang tidak mengakibatkan cedera
atau memerlukan perawatan kesehatan (nilai: 1)
3) Penentuan Risiko
Penentuan tingkat risiko adalah dengan mengkombinasikan perhitungan dari
dampak risiko dan peluang risiko.
10
Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Resiko
TINGKAT RESIKO TINGKAT BAHAYA KLASIFIKASI
Risiko
Rendah
11
Setelah melakukan pengukuran tingkat risiko, selanjutnya harus dibuat skala
prioritas resiko untuk setiap potensi yang di identifikasi dalam upaya
menyusun rencana pengendalian resiko
12
Tabel 2.3 Tingkat Risiko dan Tanggapan Risiko
13
dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu mitigasi pasif
dan mitigasi aktif. Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif antara
lain adalah:
1. Penyusunan peraturan perundang-undangan
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
3. Pembuatan pedoman/standar/prosedur
4. Pembuatan brosur/leaflet/poster
5. Penelitian / pengkajian karakteristik bencana
6. Pengkajian / analisis risiko bencana
7. Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
8. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
9. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
10. Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif antara lain:
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan memasuki
daerah rawan bencana dsb.
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan ruang, ijin
mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan lain yang berkaitan dengan
pencegahan bencana.
3. Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
4. Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang lebih
aman.
5. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat
14
2.4.12 Menerima Risiko (aktif dan pasif)
Menerima risiko berarti Setuju akan segala konsekuensi yang akan terjadi.
Menerima risiko terbagi menjadi dua yaitu:
15
3. Pengendalian Direktif
Dilakukan dengan mengarahkan agar hasilnya sesuai dengan apa yang
diinginkan
4. Pengendalian Detektif
Dilakukan dengan mencari penyebab munculnya hasil yang tidak diharapkan.
16
2.5.1 Prinsip-prinsip Manajemen Risiko
Ada beberapa prinsip dalam manajemen risiko yaitu :
1 Transparansi
Prinsip ini mensyaratkan agar seluruh potensi risiko yang ada pada suatu
aktivitas, khususnya transaksi, dibeberkan secara terbuka. Risiko yang
tersembunyi/disembunyikan akan menjadi sumber permasalahan terbesar dan,
per definisi, tidak akan dapat dikelola dengan baik.
2. Pengukuran yang Akurat
Prinsip ini mewakili sisi sains dari konsep Manajemen Risiko, dan
mensyaratkan investasi berkesinambungan untuk berbagai teknik dan alat yang
akan digunakan sebagai syarat dari proses Manajemen Risiko yang kuat.
3. Informasi Berkualitas yang Tepat Waktu
Prinsip ini akan turut menentukan akurasi pengukuran dan kualitas
keputusan yang diambil. Sebaliknya tidak terpenuhinya prinsip ini bisa
membawa manajemen pada suatu keputusan yang berisiko fatal.
4. Diversifikasi
Sistem Manajemen Risiko yang baik menempatkan konsep diversifikasi
sebagai sesuatu yang penting untuk dicermati. Hal ini menuntut pola
pemantauan yang konstan dan konsisten. Asumsinya adalah bahwa konsentrasi
risiko dapat muncul setiap saat seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi
di dunia.
5. Independensi
Berdasarkan prinsip independensi, keberadaan suatu kelompok
Manajemen Risiko yang independen makin dianggap sebagai suatu
keharusan. Prinsip ini tidak sekedar berbicara tentang kewenangan dan level
tanggung jawab dari kelompok Manajemen Risiko dan kelompok/unit lainnya
dalam perusahaan, melainkan juga tentang tentang visi perusahaan dan
kualitas interelasi antara kelompok Manajemen Risiko dengan kelompok/unit
17
lainnya, dan juga antar kelompok/unit yang melaksanakan transaksi dengan
mengambil risiko tertentu.
6. Pola Keputusan yang Disiplin
Porsi sains dalam konsep Manajemen Risiko memang telah memberikan
banyak kontribusi bagi kemampuan Manajemen Risiko dalam melakukan
pengukuran risiko namun kualitas keputusan tetap saja tergantung pada
bagaimana manajemen memutuskan cara terbaik untuk menggunakan
alat/teknik tertentu dan memahami keterbatasan yang dimiliki oleh alat/teknik
tersebut.
7. Kebijakan
Prinsip ini mensyaratkan bahwa tujuan dan strategi Manajemen Risiko
suatu perusahaan harus dirumuskan dalam sebuah Policy, Manual &
Procedure yang jelas. Policy harus secara jelas menjabarkan dan
mendefiniskan filosofi Manajemen Risiko perusahaan dan menyediakan
keseluruhan pendekatan yang digunakan serta organisasi dari proses
pengambilan Risiko. Tujuan utama dari hal tersebut adalah untuk memberikan
kejelasan mengenai proses Manajemen Risiko, baik untuk pihak internal
maupun untuk pihak eksternal seperti regulator dan para analis.
Prinsip-prinsip tersebut di atas akan menjadi penentu arah dalam menyusun
suatu kerangka kerja, suatu model Manajemen Risiko yang handal. Lebih jauh,
prinsip-prinsip tersebut juga akan menjadi penentu keberhasilan dari penerapan
model Manajemen Risiko dalam suatu perusahaan. Tanpa pemahaman
mendalam serta konsistensi dalam menggunakan prinsip-prinsip tersebut, maka
penyusunan dan penerapan suatu model Manajemen Risiko tidak akan
memberikan nilai tambah yang seharusnya dapat diperoleh.
18
2.5.2 Kerangka Kerja
Kerangkakerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015 – 2030
19
3. Pemilihan teknik yang sesuai untuk menangani risiko berdasarkan pada
probabilitas terjadinya risiko tersebut dan dampak yang dihasilkannya
apakah dengan :
a. Menghindari risiko (risk avoidance)
b. Mengurangi risiko (risk reducting)
c. Risk retention dengan membentuk cadangan
d. Risk deferral
e. Mentransfer risiko (risk transfer) pada pihak lain seperti perusahaan
asuransi sesuai dengan strategi perusahaan. Mengimplementasikan
pengendalian untuk mengelola risiko yang tersisa;
4. Mengawasi keefektivitasan manajemen risiko;
5. Belajar dari pengalaman dan membuat perbaikan terhadap manajemen
risiko
20
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Risiko merupakan suatu kemungkinan yang dapat terjadi sebagai konsekuensi
dalam mencapai suatu tujuan. Risiko melekat di setiap kegiatan atau aktivitas. Risiko
merupakan keadaan yang dapat menggagalkan dalam pencapaian tujuan yang kita
lakukan, untuk mengurangi risiko dengan menerapkan manajemen risiko.
Manajemen risiko adalah proses manajemen pengorganisasian, dan budaya yang
dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi akibat negative, dilaksanakan
secara bertahap, dan diarahkan terhadap identifikasi risiko, penilaian risiko,
pemberian tanggapan, serta perlakuan terhadap risiko. Manajemen risiko meliputi
prinsip, kerangka kerja, dan proses manajemen risiko. Mengidentifikasi risiko kita
harus mengetahui Bahaya apa yang akan terjadi, kita harus mengurangi kerentanan
dan meningkatkan kapasitas sehingga kita dapat mengurangi risiko di setiap aktivitas
yang kita lakukan.
1.2 Saran
Adapun saran dari makalah kelompok yang dapat kami berikan yaitu :
1. Merencanakan sesuatu kegiatan dalam mencapai tujuan kita harus
memperhitungkan Risiko yang mungkin terjadi
2. Mengurangi, mengendalikan, menekan risiko di setiap kegiatan atau
aktivitas yang kita lakukan upaya yang harus kita lakukan adalah agar
menggunakan manajemen risiko
3. Melakukan pemantauan untuk mengetahui apakah manajemen risiko telah
diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan.
21
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
UNDANG-UNDANG
WEBSITE
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33906/4/Chapter%20II.pdf (diunduh
pada tanggal 9 Januari 2019)
http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/534/gdlhub-gdl-s2-2013-handayanib-26700-11.-
bab--n.pdf (diunduh pada tanggal 9 Januari 2019)
http://radenandriansyah.blogdetik.com/penanganan-bencana/macam-macam-
bencana/(diunduh pada tanggal 9 Januari 2019)
22
23