DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
1. EKI ALPIANSYAH
2. JONI PURWANTO
3. WAHYU WIDIANTO
2017/2018
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Konsep Dasar Tuberkulosa Paru
1. Definisi Tuberkulosa Paru
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.
(Mansjoer, 2009: hal 472).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang disebabkan
Mycobacterium Tuberkulosis terutama menyerang parenkim paru, dapat
juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termaksuk meningen, ginjal,
tulang dan nodus limfe. (Brunner, 2002: hal 349).
2. Etiologi Tuberkulosa Paru
Tuberkulosis disebabkan oleh kuman yaitu mycobacterium
tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang dan tahan asam, serta banyak
mengandung lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga
menyebabkan kuman ini tahan asam dan pertumbuhannya sangat lambat,
kuman ini tidak tahan terhadap sinar ultraviolet karena itu penularannya
terutama terjadi pada malam hari. Ukuran dari kuman tuberkulosis ini
kurang lebih 0,3 x 2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil dari pada
ukuran sel darah merah (Somantri, 2009 hal 131).
3. Tanda dan Gejala
Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih
merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium Tuberkulosis
yang menyebabkan lesi pada jaringan parenkim paru.Gejala lain yang
sering dijumpai dahak bercampur darah, darah berasal dari perdarahan
dari saluran napas bawah, sedangkan dahak adalah hasil dari membran
submukosa yang terus memproduksi sputum untuk berusaha
mengeluarkan benda saing.
Batuk darah terjadi akibat perdarahan dari saluran napas bawah,
akibat iritasi karena proses batuk dan infeksi Mycobacterium
Tuberkulosis.
2
Sesak napas dan nyeri dada, sesak napas diakibatkan karena
berkurangnya luas lapang paru akibat terinfeksi Mycobacterium
Tuberkulosis, serta akibat terakumulasinya sekret pada saluran
pernapasan.Nyeri dada timbul akibat lesi yang diakibatkan oleh infeksi
bakteri, serta nyeri dada juga dapat mengakibatkan sesak napas.Badan
lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurangenak
badan(malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam
meriang lebih dari sebulan merupakan gejala yang berurutan terjadi,
akibat batuk yang terus menerus mengakibatkan kelemahan, serta nafsu
makan berkurang, sehingga berat badan juga menurun.Karena kelelahan
serta infeksi mengakibatkan kurang enak badan dan demam
meriang.(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
4. Patofisiologi
Penularan TB Paru terjadi karena kuman mycobacterium
tuberculosis, dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei
dalam udara. Partikel infeksi ini dapat hidup dalam udara bebas selama
kurang lebih 1-2 jam, tergantung pada adatidaknya sinar ultraviolet,
ventilasi yang buruk dan kelembaban. Suasana lembab dan gelap kuman
dapat tahan berhari– hari sampai berbulan–bulan. Bila partikel ini
terhisap oleh orang sehat maka ia akan menempel pada jalan nafas atau
paru–paru.
Partikel dapat masuk ke dalam alveolar, bila ukuran vartikel kurang
dari 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi terlebih dulu oleh neutropil,
kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan dibersihkan
oleh makrofag keluar dari cabang trakea bronkhial bersama gerakan sillia
dengan sekretnya.Sarang primer akan timbul peradangan getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran getah bening
hilus (limfangitis regional). Sarang primer limfangitis lokal serta regional
menghasilkan komplek primer (range). Proses sarang paru ini memakan
waktu 3–8 minggu.
5. Komplikasi
3
Menurut Depkes RI (2006), merupakan komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
1) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
2) Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps dari
lobus akibat retraksi bronchial.
3) Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
4) Penyebaran infeksi Kultur sputum : positif untuk mycobakterium
pada tahap akhir penyakit.
5) Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah)positif untuk basil asam cepat.
6) Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area
durasi 10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal.
Antigen menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi
tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna
pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak
dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang
berbeda.
7) Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
8) Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru
atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan,
perubahan menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area
fibrosake organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien
dan cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium
tubrerkulosis.
2) Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya
sel raksasa menunjukan nekrosis.
4
3) Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi
; ex ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB
paru luas. GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan
kerusakan sisa pada paru.
4) Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital,
peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan
kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder
terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan
penyakit pleural (TB paru kronis luas). (somantri, 2009hal 149)
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang diberiakan bias berupa metode preventif dan
kuratif yang meliputi cara-cara sebagai berikut :
1) Penyuluhan
2) Pencegahan
3) Pemberianobat-obat, seperti: OAT (obat anti tuberculosis),
bronkodilator, OBH,Vitamin.
4) Fisioterapidanrehabilitasi
5) Konsultasisecarateratur.
6) Panduan OAT dan peruntukannya
a. Kategori -1(2 HRZE / 4H3R3) Diberikan untuk pasien baruTB
paru BTA positif, Pasien TB paru BTA negatif thorak positif,
Pasien TB ekstra paru.
b. Kategori – 2 (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3)Diberikan untuk
pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya pasien
kambuh, pasien gagal, pasien dengan pengobatan 3 tahun terputus
( Default).
c. OAT sisipan (HRZE)Paket sisipan KDT adalah sama seperti
panduan paket untuk taha kategori -1 yang diberikan selama
sebulan ( 28 hari). Jenis dan dosis obat OAT :
d. Isoniasid (H)Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolic aktif. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg / kg
5
BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 X semingggu
diberikan dengan dosis 10 mg / kg BB.
e. Rifamisin (R) obat ini dapat membunuh kuman semi dormanf
yang tidak dapat dibunuh isoniasid. Dosis 10 mg / kg BB
diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 X
seminggu.
f. Pirasinamid (Z) obat ini dapat membunuh kuman yang berada
dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian dianjurkan 25 mg /
kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 X seminggu.
g. Streptomisin (S)Dosis harian dianjurkan 15 mg / kg BB,
sedeangkan untuk pengobatan intermiten 3 X seminggu diberikan
dengaqn dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun
dosisnya 0,75 gr/ hari. Sedangkan untuk berumur 60 th atau lebih
diberikan 0,50 gr/ hari.(Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2006).
6
BAB II
MANAJEMEN KEPERAWATAN
II. Manajemen Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Tuberculosis sering dijuluki the great imitator, yaitu suatu penyakit
yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
pasien gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-
kadang asimptomatik.
Keluhan yang sering menyebabkan pasien dengan TB paru
meminta pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi 2 golongan
yaitu:
1) Keluhan respiratoris, meliputi:
(a) Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan
yang paling sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan
apakah keluhan batuk bersifat non produktif/ produktif/sputum
bercampur darah.
(b) Batuk darah
Keluhan batuk darah pada pasien dengan TB paru selalu
menjadi alasan utama untuk meminta pertolongan kesehatan.Hal
ini disebabkan rasa takut pasien pada darah yang keluar dari
jalan nafas.Perawat harus menanyakan seberapa banyak darah
yang keluar atau hanya berupa blood streak, berupa garis, atau
bercak-bercak darah.
(c) Sesak napas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal Nyeri dada
2) Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB: Keluhan
sistemis, meliputi:
7
(a) Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore
atau malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan
semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa
bebas serangan semakin pendek.
(b) Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan
biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu-bulan.
Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak
napas-walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia.
8
Kondisi seperti ini seharusnya tidak terjadi jika perawat memberikan
pelayanan keperawatan yang baik pada pasien dengan memberi
penjelasan tentang kondisi yang sedang terjadi pada dirinya.
Jika keluhan utama atau yang menjadi alasan pasien meminta
pertolongan kesehatan adalah sesak napas, maka perawata perlu
mengarahkan atau menegaskan pertanyaan untuk membedakan antara
sesak napas yang disebabkan oleh gangguan pada sistem pernapasan dan
sistem kardiovaskular.
Sesak napas yang disebabkan oleh tb paru, biasanya akan ditemukan
gejala jika tingkat kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
hal-hal yang menyertainya seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia,
dan lain-lain. Agar memudahkan perawat mengkaji keluhan sesak napas,
maka dapat dibedakan sesuai tingkat klasifikasi sesak.
9
d. Riwayat penyakit keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam rumah.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum pada pasien dengan TB paru dapat dilakukan secara
selintas padang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain
itu,perlu dinilai secara umum tentang kesadaran pasien yang terdiri atas
compos mentis, apatis, samnolen, sopor, soporokoma, atau koma.
Seorang perawt perlu mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang
konsep anatomi fisiologi umum sehingga dengan cepat dapat menilai
keadaan umum, kesadaran dan pengukuran GCS bila kesadaran pasien
menurun yang memerlukan kecepatan dan ketepatan penilaian. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien dengan TB paru biasanya
didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas
meningkat apabila disertai sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat
seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan
tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti
hipertensi.
b. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkn perawat untuk memperoleh presepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku pasien. Perawat mengumpulkan data
hasil pemeriksaan pasien tentang kapasitan fisik dan intelektual saat ini.
Data ini penting untuk menentukan tigkat perlunya pengkajian psiko-
sosio-spiritual yang saksama. Pada kondisi klinis, pasien dengan TB paru
sering mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang
dialaminya.
Perawat juga perlu menanyakan kondisi pemukiman pasien
bertempat tinggal. Hal ini penting mengungat TB paru sangat rentan
dialami oleh mereka yang bertempat tinggal di pemukiman padat dan
10
kumuh karena populasi bakteri TB paru lebih mudah hidup di tempat
yang kumuh dengan pentilasi dan pencahayaan sinar mathari yang
kurang.
TB paru merupakan penyakit yang pada umumnya menyerang
masyarakat miskin karena tidak sanggup meningkatkan daya tahan tubuh
non spesifik dan mengkonsumsi makanan kurang bergizi. Selain itu, juga
karena ketidak sanggupan membeli obat, ditambah lagi kemiskinan
membuat individu nya diharuskan bekerja secara fisik sehingga
memprsulit penyembuhan penyakitnya.
Pasien TB paru kebanyakan berpendidikan rendah, akibatnya mereka
sering kali tidak menyadari bahwa penyembuhan penyakit dan kesehatan
merupakan hal yang penting. Pendidikan yang rendah sering kali
menyebabkan seseorang tidak dapat meningkatkan kemampuannya untuk
mencapai taraf hidup yang baik. Padahal, taraf hidup yang baik amat
dibutuhkan untuk penjagaan kesehatan umumnya dan dalam menghadapi
infeksi.
c. Data Dasar Pengkajian Pasien
Data tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena.
1) Aktifitas/ Istirahat
Gejala:
(a) Kelelahan umum dan kelemahan
(b) Nafas pendek karena kerja
(c) Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil,
dan / berkeringat.
(d) Mimpi buruk
Tanda:
(a) Takikardia, Takipnea/ dispnea pada keja
(b) Kelelahan otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjut)
2) Integritas Ego
Gejala:
(a) Adanya/faktor stres lama
(b) Masalah keuangan, rumah
11
(c) Perasaan tak berdaya/ tak ada harapanPopulasi budaya/ etnik:
amerika asli atau, Imigran dari amerika tengah, asia tenggara,
indian.
Tanda:
(a) Menyangkal (khususnya selama tahap dini)
(b) Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.
3) Makanan/Cairan
Gejala:
(a) Kehilangan nafsu makan
(b) Tak dapat mencerna
(c) Penurunan berat badan
Tanda:
(a) Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik
(b) Kehilangan otot/hilang lemak subkutan
4) Nyeri /Kenyamanan
Gejala: Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda:
(a) Berhati-hati pada area yang sakit
(b) Perilaku distraksi, gelisah
5) Pernafasan
Gejala:
(a) Batuk, produktif/tak produktif
(b) Nafas pendek
Tanda:
(a) Peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit Luas/fibrosis
parenkin paru dan pleura)
(b) Pengembangan pernafasan tak simetri (efusi pleura)
(c) Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan Pleura/penebalan
pleural). Bunyi nafas : menurun/tak ada secara
bilateral/unilateral. (efusi pleural/Pneumotoraks).
(d) Bunyi nafas tubuler dan/bisikan pektoral diatas lesi luas. Krekels
tercatat diatas
12
(e) Aspek paru selama inspirasi cepat setelah batuk
(f) Pendek ( krekels postusik)
6) Karakteristik sputum:
(a) Hijau/purulen, mukoid
(b)Kuning/bercak darah
(c) Deviasi trakeal (penyebab bronkogenik)
(d)Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata,
(e) Perubahan mental (tahap lanjut)
3. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan adanya eksudat
dalam alveoli dan penurunan fungsi permukaan paru.
b) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
peningkatan sputum dan penurunan usaha untuk batuk.
c) Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan peradangan
dan kelelahan.
d) Perubahan temperatur tubuh: hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi.
e) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan panas dan
kekurangan intake cairan akibat kelelahan.
f) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan, kelelahan dan dispnea.
g) Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan
dengan penurunan daya tahan tubuh orang lain yang ada di sekitar
penderita.
h) Manajemen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang proses penyakit.
i) Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan keletihan, perubahan
status nutrisi dan demam.
13
4. Intervensi
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya eksudat
dalam alveoli dan penurunan fungsi permukaan paru.
Hasil yang diharapkan: Tidak ada sesak nafas, pertukaran gas
adekuat, AGD dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Observasi frekuensi, irama, dan Sebagai acuan untuk tindakan
kedalaman pernafasan tiap 4 jam. selanjutnya.
Beri posisi tidur yang nyaman (semi Meningkatkan ekspansi paru.
fowler).
Observasi tanda sianosis pada kulit, Mengevaluasi keadekuatan oksigen.
membran mukosa dan kuku.
Beri kesempatan istirahat yang cukup. Mengurangi kebutuhan energi.
Kolaborasi dengan dokter dalam Pemenuhan kebutuhan oksigenisasi
pemberian oksigen. yang adekuat.
Kolaborasi dengan medis untuk Untuk mengevaluasi keberhasilan
pemberian AGD dan foto thoraks. adekuatan.
14
Anjurkan pasien untuk istirahat antara Istirahat dan berganti posisi membantu
interval batuk dan untuk merubah posisi untuk mengurangi kelelahan
setiap 12 jam bila memungkinkan. menyeluruh dan pengeluaran sputum,
memasukkan O2 untuk regenerasi
dalam sel.
Jelaskan pada pasien maksud Ekspektoransia menolong untuk
penggunaan ekspektoransia jika melonggarkan jalan nafas dan
ditemukan. pengeluaran sekret.
Observasi karakteristik sputum yang Sputum normal adalah encer dan
keluar, perubahan warna, bau berwarna putih bening bila bercampur
konsistensi/jumlah. Laporkan segera darah, purulen dapat menunjukkan
kalau ada perubahan. komplikasi.
Intervensi Rasional
Observasi adanya tanda distres Tanda dan gejala ini dapat menjadi
pernafasan seperti: jumlah pernafasan, tanda yang serius dan komplikasi
retraksi sternal dan intercosta, nafas tuberkulosis, perikarditis dan
faring, segera lapor dokter bila ada peritonitis.
tanda tersebut.
Kaji nyeri dan kecemasan pasien. Peningkatan nyeri dan cemas dapat
membuat pasien merasa sesak:
mengurangi ekspansi paru dan dapat
menyebabkan atelektasis, hipoksia.
Ajarkan pasien menelan dada dengan Dengan menekan dada dapat
bantal/turgor sewaktu batuk untuk mengurangi nyeri.
mengurangi nyeri.
15
Jelaskan pasien maksud dan tujuan dari Analgetik membantu mengurangi nyeri
analgetik. dan membantu pasien untuk dapat
ekspansi paru yang penuh saat bernafas.
Jelaskan pasien maksud dan tujuan obat Penekanan pada batuk mengurangi
penekan batuk. frekuensi batuk sehingga pasien dapat
istirahat nyaman.
16
mengenal tanda dehidrasi.
Anjurkan pasien banyak minum jika Intake cairan yang adekuat dapat
tidak ada kontraindikasi. mengembalikan status hidrasi.
Sediakan air minum yang dibutuhkan. Kebutuhan yang diperlukan apa bila
tersedia memudahkan untuk terpenuhi.
Ukur pemasukan dan pengeluaran Kebutuhan terpenuhi atau tidak dapat
dalam 24 jam. dilihat dari pemantauan yang tepat.
Laporkan pada dokter bila ada tanda- Memungkinkan memenuhi kebutuhan
tanda dehidrasi untuk kolaborasi cairan yang kurang atau hilang.
pemberian cairan intravena.
17
cukup sangat penting bagi kekuatan semangat dan menambah kemauan.
tubuh.
18
bernafas, kehilangan pendengaran,
vertigo.
Jelaskan dosis obat, frekuensi Meningkatkan kerjasama dalam
pemberian, alasan pengobatan yang program pengobatan dan mencegah
lama. penghentian obat sesuai perbaikan
kondisi pasien.
Kaji efek samping pengobatan Mencegah/menurunkan
misalnya mulut kering, konstipasi, ketidaknyamanan sehubungan dengan
gangguan penglihatan, sakit kepala, terapi dan meningkatkan kerjasama dan
hipertensi ortostatik. program pengobatan.
Tekankan pentingnya mempertahankan Memenuhi kebutuhan metabolik,
protein tinggi dan diet karbohidrat dan membantu meminimalkan kelemahan
pemasukan cairan adekuat. dan meningkatkan penyembuhan.
Tekankan kebutuhan untuk tidak Kombinasi INH dan alkohol telah
minum alkohol sementara minum INH. menunjukkan peningkatan insiden
hepatitis.
Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah Efek samping utama menurunkan
memulai dan kemudian tiap bulan penglihatan, tanda awal menurunnya
selama minum ethambutol. kemampuan untuk melihat warna hijau.
Ajarkan bagaimana TB ditularkan Pengetahuan dapat menurunkan resiko
(khususnya dengan inhalasi organisme penularan atau reaktivasi ulang.
udara tetapi dapat juga menyebar
melalui faeces atau urin bila infeksi dan
bahaya reaktivasi.
Anjurkan pasien untuk tidak merokok. Merokok dapat meningkatkan disfungsi
pernafasan atau bronkitis.
19
Intervensi Rasional
Observasi tanda-tanda vital. Untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
Kaji kemampuan pasien untuk Menentukan intervensi yang tepat.
beraktivitas.
Berikan aktivitas dan istirahat yang Mengurangi kebutuhan metabolisme.
cukup.
Bantu pasien memenuhi kebutuhan Bantuan sangat diperlukan dalam
aktivitasnya sehari-hari sesuai dengan kondisi lemah.
tingkat keterbatasan pasien.
Letakkan barang-barang di tempat Akan membantu pasien untuk
mudah dijangkau. memenuhi kebutuhan sendiri tanpa
dibantu oleh orang lain.
Kaji keluhan pasien. Untuk mengidentifikasi masalah pasien.
20
5) Implementasi
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya eksudat dalam
alveoli dan penurunan fungsi permukaan paru.
IMPLEMENTASI
1. Mengobservasi frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan tiap 4 jam.
2. Memberi posisi tidur yang nyaman (semi fowler).
3. Mengobservasi tanda sianosis pada kulit, membran mukosa dan kuku.
4. Memberi kesempatan istirahat yang cukup.
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen.
6. Berkolaborasi dengan medis untuk pemberian AGD dan foto thoraks.
21
2. Mengkaji nyeri dan kecemasan pasien.
3. Ajarkan pasien menelan dada dengan bantal/turgor sewaktu batuk untuk
mengurangi nyeri.
4. Menjelaskan pasien maksud dan tujuan dari analgetik.
5. Menjelaskan pasien maksud dan tujuan obat penekan batuk.
22
hasil.
3. Memberi makan sedikit-sedikit makanan tinggi kalori dan protein; akan
sedikit-sedikit sangat bermanfaat.
4. Menginstruksikan pasien untuk istirahat sebelum makan.
5. Menjelaskan bahwa asupan nutrisi yang cukup sangat penting bagi
kekuatan tubuh.
23
infeksi dan bahaya reaktivasi.
6. Menganjurkan pasien untuk tidak merokok.
7. Menekankan kebutuhan untuk tidak minum alkohol sementara minum
INH.
6) Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan
criteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.Kemampuan yang harus
dimiliki perawata pada tahap ini adalah memahami respom terhadap
intervensi keperawatan. Kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang
tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan-
tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri
dari 2 kegiatan yaitu:
(a) Evaluasi formasi
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi
dengan respon segera.
(b) Evaluasi sumatif
Merupakan rekaptulasi dari hasil obsevasi dan analisis status pasien
pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap
perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga sebagian alat ukur suatu
24
tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakah
tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai sebagian.
(c) ujuan tercapai
Tujuan dikatakan tercapai bila pasien telah menunjukan perubahan
kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
(d) Tujuan tercapai sebagian
Jujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tecapai
secara keseluruhan sehingga masih perlu dcari berbagai maslah atau
penyebabnya, sepert pasien dapat makan sendiri tetapi masih merasa
mual, setelah makan bahkan kadang-kadang muntah.
(e) Tujuan tidak tercapai
Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukan adanya perubahan
kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.
(f) Hasil yang diharapkan atau evaluasi pada asuhan keperawatan TBC
adalah:
(1) Pasien dapat mempertahankan efektifitas jalan napas dan pola
napas.
(2) Pasien melaporkan nyeri berkurang.
(3) Kebutuhan hidrasi pasien adekuat.
(4) Pasien mengalami peningkatan berat badan.
(5) Pasien dapat mendemostrasikan toleransi aktifitas dan ketaatan
sebagai strategi mempertahankan pemeliharaan kesehatan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,Alimul.2008.
Risetkeperawatandanteknikpenulisanilmiah.Jakarta:Salemba Medika.
26