Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN TUBERKULOSIS PARU


DOSEN : Rimba Aprianti, S.Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4

1. EKI ALPIANSYAH
2. JONI PURWANTO
3. WAHYU WIDIANTO

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI S-1 KEPERAWATAN

2017/2018
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Konsep Dasar Tuberkulosa Paru
1. Definisi Tuberkulosa Paru
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.
(Mansjoer, 2009: hal 472).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang disebabkan
Mycobacterium Tuberkulosis terutama menyerang parenkim paru, dapat
juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termaksuk meningen, ginjal,
tulang dan nodus limfe. (Brunner, 2002: hal 349).
2. Etiologi Tuberkulosa Paru
Tuberkulosis disebabkan oleh kuman yaitu mycobacterium
tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang dan tahan asam, serta banyak
mengandung lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga
menyebabkan kuman ini tahan asam dan pertumbuhannya sangat lambat,
kuman ini tidak tahan terhadap sinar ultraviolet karena itu penularannya
terutama terjadi pada malam hari. Ukuran dari kuman tuberkulosis ini
kurang lebih 0,3 x 2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil dari pada
ukuran sel darah merah (Somantri, 2009 hal 131).
3. Tanda dan Gejala
Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih
merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium Tuberkulosis
yang menyebabkan lesi pada jaringan parenkim paru.Gejala lain yang
sering dijumpai dahak bercampur darah, darah berasal dari perdarahan
dari saluran napas bawah, sedangkan dahak adalah hasil dari membran
submukosa yang terus memproduksi sputum untuk berusaha
mengeluarkan benda saing.
Batuk darah terjadi akibat perdarahan dari saluran napas bawah,
akibat iritasi karena proses batuk dan infeksi Mycobacterium
Tuberkulosis.

2
Sesak napas dan nyeri dada, sesak napas diakibatkan karena
berkurangnya luas lapang paru akibat terinfeksi Mycobacterium
Tuberkulosis, serta akibat terakumulasinya sekret pada saluran
pernapasan.Nyeri dada timbul akibat lesi yang diakibatkan oleh infeksi
bakteri, serta nyeri dada juga dapat mengakibatkan sesak napas.Badan
lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurangenak
badan(malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam
meriang lebih dari sebulan merupakan gejala yang berurutan terjadi,
akibat batuk yang terus menerus mengakibatkan kelemahan, serta nafsu
makan berkurang, sehingga berat badan juga menurun.Karena kelelahan
serta infeksi mengakibatkan kurang enak badan dan demam
meriang.(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
4. Patofisiologi
Penularan TB Paru terjadi karena kuman mycobacterium
tuberculosis, dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei
dalam udara. Partikel infeksi ini dapat hidup dalam udara bebas selama
kurang lebih 1-2 jam, tergantung pada adatidaknya sinar ultraviolet,
ventilasi yang buruk dan kelembaban. Suasana lembab dan gelap kuman
dapat tahan berhari– hari sampai berbulan–bulan. Bila partikel ini
terhisap oleh orang sehat maka ia akan menempel pada jalan nafas atau
paru–paru.
Partikel dapat masuk ke dalam alveolar, bila ukuran vartikel kurang
dari 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi terlebih dulu oleh neutropil,
kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan dibersihkan
oleh makrofag keluar dari cabang trakea bronkhial bersama gerakan sillia
dengan sekretnya.Sarang primer akan timbul peradangan getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran getah bening
hilus (limfangitis regional). Sarang primer limfangitis lokal serta regional
menghasilkan komplek primer (range). Proses sarang paru ini memakan
waktu 3–8 minggu.
5. Komplikasi

3
Menurut Depkes RI (2006), merupakan komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
1) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
2) Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps dari
lobus akibat retraksi bronchial.
3) Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
4) Penyebaran infeksi Kultur sputum : positif untuk mycobakterium
pada tahap akhir penyakit.
5) Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah)positif untuk basil asam cepat.
6) Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area
durasi 10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal.
Antigen menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi
tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna
pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak
dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang
berbeda.
7) Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
8) Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru
atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan,
perubahan menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area
fibrosake organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien
dan cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium
tubrerkulosis.
2) Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya
sel raksasa menunjukan nekrosis.

4
3) Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi
; ex ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB
paru luas. GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan
kerusakan sisa pada paru.
4) Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital,
peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan
kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder
terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan
penyakit pleural (TB paru kronis luas). (somantri, 2009hal 149)
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang diberiakan bias berupa metode preventif dan
kuratif yang meliputi cara-cara sebagai berikut :
1) Penyuluhan
2) Pencegahan
3) Pemberianobat-obat, seperti: OAT (obat anti tuberculosis),
bronkodilator, OBH,Vitamin.
4) Fisioterapidanrehabilitasi
5) Konsultasisecarateratur.
6) Panduan OAT dan peruntukannya
a. Kategori -1(2 HRZE / 4H3R3) Diberikan untuk pasien baruTB
paru BTA positif, Pasien TB paru BTA negatif thorak positif,
Pasien TB ekstra paru.
b. Kategori – 2 (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3)Diberikan untuk
pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya pasien
kambuh, pasien gagal, pasien dengan pengobatan 3 tahun terputus
( Default).
c. OAT sisipan (HRZE)Paket sisipan KDT adalah sama seperti
panduan paket untuk taha kategori -1 yang diberikan selama
sebulan ( 28 hari). Jenis dan dosis obat OAT :
d. Isoniasid (H)Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolic aktif. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg / kg

5
BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 X semingggu
diberikan dengan dosis 10 mg / kg BB.
e. Rifamisin (R) obat ini dapat membunuh kuman semi dormanf
yang tidak dapat dibunuh isoniasid. Dosis 10 mg / kg BB
diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 X
seminggu.
f. Pirasinamid (Z) obat ini dapat membunuh kuman yang berada
dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian dianjurkan 25 mg /
kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 X seminggu.
g. Streptomisin (S)Dosis harian dianjurkan 15 mg / kg BB,
sedeangkan untuk pengobatan intermiten 3 X seminggu diberikan
dengaqn dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun
dosisnya 0,75 gr/ hari. Sedangkan untuk berumur 60 th atau lebih
diberikan 0,50 gr/ hari.(Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2006).

6
BAB II
MANAJEMEN KEPERAWATAN
II. Manajemen Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Tuberculosis sering dijuluki the great imitator, yaitu suatu penyakit
yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
pasien gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-
kadang asimptomatik.
Keluhan yang sering menyebabkan pasien dengan TB paru
meminta pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi 2 golongan
yaitu:
1) Keluhan respiratoris, meliputi:
(a) Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan
yang paling sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan
apakah keluhan batuk bersifat non produktif/ produktif/sputum
bercampur darah.
(b) Batuk darah
Keluhan batuk darah pada pasien dengan TB paru selalu
menjadi alasan utama untuk meminta pertolongan kesehatan.Hal
ini disebabkan rasa takut pasien pada darah yang keluar dari
jalan nafas.Perawat harus menanyakan seberapa banyak darah
yang keluar atau hanya berupa blood streak, berupa garis, atau
bercak-bercak darah.
(c) Sesak napas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal Nyeri dada
2) Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB: Keluhan
sistemis, meliputi:

7
(a) Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore
atau malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan
semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa
bebas serangan semakin pendek.
(b) Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan
biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu-bulan.
Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak
napas-walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia.

b. Riwayat penyakit saat ini


Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan
pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan pasien
hanya kata “Ya atau Tidak” atau hanya dengan anggukan dan gelengan
kepala. Apabila keluhan utama adalah batuk, maka perawat harus
menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk muncul (onset). Pada
pasien dengan pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan
tidak berkurang setelah meminum obat batuk yang biasa dan dipasaran.
Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan, mula-mula nonproduktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah terjadi kerusakan jaringan. Batuk
akan timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkhus, dimana
terjadi iritasi bronkhus selanjutnya akibat adanya peradangan pada
bronkhus, batuk akan menjadi produktif yang berguna untuk membuang
produk ekskresi peradangan dengan sputum yang bersifat mukoid atau
purulen.
Pasien TB paru sering menderita batuk darah. Adanya batuk darah
menimbulkan kecemasan pada diri pasien karena batuk darah sering
dianggap sebagai suatu tanda dari beratnya penyakit yang diidapnya.

8
Kondisi seperti ini seharusnya tidak terjadi jika perawat memberikan
pelayanan keperawatan yang baik pada pasien dengan memberi
penjelasan tentang kondisi yang sedang terjadi pada dirinya.
Jika keluhan utama atau yang menjadi alasan pasien meminta
pertolongan kesehatan adalah sesak napas, maka perawata perlu
mengarahkan atau menegaskan pertanyaan untuk membedakan antara
sesak napas yang disebabkan oleh gangguan pada sistem pernapasan dan
sistem kardiovaskular.
Sesak napas yang disebabkan oleh tb paru, biasanya akan ditemukan
gejala jika tingkat kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
hal-hal yang menyertainya seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia,
dan lain-lain. Agar memudahkan perawat mengkaji keluhan sesak napas,
maka dapat dibedakan sesuai tingkat klasifikasi sesak.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya pasien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada
masa kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah bening, dan
penyakit lain yang memperberat TB paru seperti diabetes melitus.
Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh pasien pada
masa yang lalu masih relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan
antitusif. Catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Adanya
alergi obat juga harus ditanyakan serta reaksi alergi yang timbul. Sering
kali pasien mengacaykan suatu alergi dengan efek samping obat. Kaji
lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam
enam bulan terakhir. Penurunan BB pada pasien dengan TB paru
berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit serta adanya
anoreksia dan mual yang sering disebabkan karena meminum OAT.

9
d. Riwayat penyakit keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam rumah.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum pada pasien dengan TB paru dapat dilakukan secara
selintas padang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain
itu,perlu dinilai secara umum tentang kesadaran pasien yang terdiri atas
compos mentis, apatis, samnolen, sopor, soporokoma, atau koma.
Seorang perawt perlu mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang
konsep anatomi fisiologi umum sehingga dengan cepat dapat menilai
keadaan umum, kesadaran dan pengukuran GCS bila kesadaran pasien
menurun yang memerlukan kecepatan dan ketepatan penilaian. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien dengan TB paru biasanya
didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas
meningkat apabila disertai sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat
seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan
tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti
hipertensi.
b. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkn perawat untuk memperoleh presepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku pasien. Perawat mengumpulkan data
hasil pemeriksaan pasien tentang kapasitan fisik dan intelektual saat ini.
Data ini penting untuk menentukan tigkat perlunya pengkajian psiko-
sosio-spiritual yang saksama. Pada kondisi klinis, pasien dengan TB paru
sering mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang
dialaminya.
Perawat juga perlu menanyakan kondisi pemukiman pasien
bertempat tinggal. Hal ini penting mengungat TB paru sangat rentan
dialami oleh mereka yang bertempat tinggal di pemukiman padat dan

10
kumuh karena populasi bakteri TB paru lebih mudah hidup di tempat
yang kumuh dengan pentilasi dan pencahayaan sinar mathari yang
kurang.
TB paru merupakan penyakit yang pada umumnya menyerang
masyarakat miskin karena tidak sanggup meningkatkan daya tahan tubuh
non spesifik dan mengkonsumsi makanan kurang bergizi. Selain itu, juga
karena ketidak sanggupan membeli obat, ditambah lagi kemiskinan
membuat individu nya diharuskan bekerja secara fisik sehingga
memprsulit penyembuhan penyakitnya.
Pasien TB paru kebanyakan berpendidikan rendah, akibatnya mereka
sering kali tidak menyadari bahwa penyembuhan penyakit dan kesehatan
merupakan hal yang penting. Pendidikan yang rendah sering kali
menyebabkan seseorang tidak dapat meningkatkan kemampuannya untuk
mencapai taraf hidup yang baik. Padahal, taraf hidup yang baik amat
dibutuhkan untuk penjagaan kesehatan umumnya dan dalam menghadapi
infeksi.
c. Data Dasar Pengkajian Pasien
Data tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena.
1) Aktifitas/ Istirahat
Gejala:
(a) Kelelahan umum dan kelemahan
(b) Nafas pendek karena kerja
(c) Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil,
dan / berkeringat.
(d) Mimpi buruk
Tanda:
(a) Takikardia, Takipnea/ dispnea pada keja
(b) Kelelahan otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjut)
2) Integritas Ego
Gejala:
(a) Adanya/faktor stres lama
(b) Masalah keuangan, rumah

11
(c) Perasaan tak berdaya/ tak ada harapanPopulasi budaya/ etnik:
amerika asli atau, Imigran dari amerika tengah, asia tenggara,
indian.
Tanda:
(a) Menyangkal (khususnya selama tahap dini)
(b) Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.
3) Makanan/Cairan
Gejala:
(a) Kehilangan nafsu makan
(b) Tak dapat mencerna
(c) Penurunan berat badan
Tanda:
(a) Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik
(b) Kehilangan otot/hilang lemak subkutan
4) Nyeri /Kenyamanan
Gejala: Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda:
(a) Berhati-hati pada area yang sakit
(b) Perilaku distraksi, gelisah
5) Pernafasan
Gejala:
(a) Batuk, produktif/tak produktif
(b) Nafas pendek
Tanda:
(a) Peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit Luas/fibrosis
parenkin paru dan pleura)
(b) Pengembangan pernafasan tak simetri (efusi pleura)
(c) Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan Pleura/penebalan
pleural). Bunyi nafas : menurun/tak ada secara
bilateral/unilateral. (efusi pleural/Pneumotoraks).
(d) Bunyi nafas tubuler dan/bisikan pektoral diatas lesi luas. Krekels
tercatat diatas

12
(e) Aspek paru selama inspirasi cepat setelah batuk
(f) Pendek ( krekels postusik)
6) Karakteristik sputum:
(a) Hijau/purulen, mukoid
(b)Kuning/bercak darah
(c) Deviasi trakeal (penyebab bronkogenik)
(d)Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata,
(e) Perubahan mental (tahap lanjut)

3. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan adanya eksudat
dalam alveoli dan penurunan fungsi permukaan paru.
b) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
peningkatan sputum dan penurunan usaha untuk batuk.
c) Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan peradangan
dan kelelahan.
d) Perubahan temperatur tubuh: hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi.
e) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan panas dan
kekurangan intake cairan akibat kelelahan.
f) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan, kelelahan dan dispnea.
g) Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan
dengan penurunan daya tahan tubuh orang lain yang ada di sekitar
penderita.
h) Manajemen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang proses penyakit.
i) Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan keletihan, perubahan
status nutrisi dan demam.

13
4. Intervensi
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya eksudat
dalam alveoli dan penurunan fungsi permukaan paru.
Hasil yang diharapkan: Tidak ada sesak nafas, pertukaran gas
adekuat, AGD dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Observasi frekuensi, irama, dan Sebagai acuan untuk tindakan
kedalaman pernafasan tiap 4 jam. selanjutnya.
Beri posisi tidur yang nyaman (semi Meningkatkan ekspansi paru.
fowler).
Observasi tanda sianosis pada kulit, Mengevaluasi keadekuatan oksigen.
membran mukosa dan kuku.
Beri kesempatan istirahat yang cukup. Mengurangi kebutuhan energi.
Kolaborasi dengan dokter dalam Pemenuhan kebutuhan oksigenisasi
pemberian oksigen. yang adekuat.
Kolaborasi dengan medis untuk Untuk mengevaluasi keberhasilan
pemberian AGD dan foto thoraks. adekuatan.

b) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan


peningkatan sputum dan penurunan usaha untuk batuk.
Hasil yang diharapkan: Meningkatkan kebersihan jalan nafas yaitu
dengan berkurangnya sekresi dan perbaikan usaha pasien untuk
batuk.
Intervensi Rasional
Anjurkan pasien minum 8 gelas air/2 Yakinkan pasien bahwa air
liter air perhari (selain susu) untuk melembabkan pernafasan.
pengenceran sekresi sedangkan susu
dapat meningkatkan sekresi.
Yakinkan pasien bahwa air Kelembaban membantu sekresi serta
melembabkan pernafasan. memungkinkan jalan nafas lebih besar.
Anjurkan pasien untuk batuk efektif dan Teknik batuk yang tepat menjadi cara
nafas dalam. untuk mengeluarkan sputum.

14
Anjurkan pasien untuk istirahat antara Istirahat dan berganti posisi membantu
interval batuk dan untuk merubah posisi untuk mengurangi kelelahan
setiap 12 jam bila memungkinkan. menyeluruh dan pengeluaran sputum,
memasukkan O2 untuk regenerasi
dalam sel.
Jelaskan pada pasien maksud Ekspektoransia menolong untuk
penggunaan ekspektoransia jika melonggarkan jalan nafas dan
ditemukan. pengeluaran sekret.
Observasi karakteristik sputum yang Sputum normal adalah encer dan
keluar, perubahan warna, bau berwarna putih bening bila bercampur
konsistensi/jumlah. Laporkan segera darah, purulen dapat menunjukkan
kalau ada perubahan. komplikasi.

c) Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan peradangan


dan kelelahan.
Hasil yang diharapkan: Meningkatkan oksigenisasi yang adekuat
dengan memperbaiki/memperkecil kecemasan pasien dan
memperbesar hati pasien untuk istirahat adekuat.

Intervensi Rasional
Observasi adanya tanda distres Tanda dan gejala ini dapat menjadi
pernafasan seperti: jumlah pernafasan, tanda yang serius dan komplikasi
retraksi sternal dan intercosta, nafas tuberkulosis, perikarditis dan
faring, segera lapor dokter bila ada peritonitis.
tanda tersebut.
Kaji nyeri dan kecemasan pasien. Peningkatan nyeri dan cemas dapat
membuat pasien merasa sesak:
mengurangi ekspansi paru dan dapat
menyebabkan atelektasis, hipoksia.
Ajarkan pasien menelan dada dengan Dengan menekan dada dapat
bantal/turgor sewaktu batuk untuk mengurangi nyeri.
mengurangi nyeri.

15
Jelaskan pasien maksud dan tujuan dari Analgetik membantu mengurangi nyeri
analgetik. dan membantu pasien untuk dapat
ekspansi paru yang penuh saat bernafas.
Jelaskan pasien maksud dan tujuan obat Penekanan pada batuk mengurangi
penekan batuk. frekuensi batuk sehingga pasien dapat
istirahat nyaman.

d) Perubahan temperatur tubuh: hipertermi berhubungan dengan proses


infeksi.
Hasil yang diharapkan: Mencegah, mengontrol panas.
Intervensi Rasional
Ajarkan pasien untuk menggunakan Penggunaan termometer penting untuk
termometer dan membaca hasil dengan memonitor panas tubuh.
tepat.
Anjurkan pasien untuk banyak minum Peningkatan suhu, penurunan urin
dan jelas pasien dan keluarga bila ada output dan gelisah, kebutuhan cairan
tanda dehidrasi, mulut kering, kehausan bertambah besar pada saat panas dan
yang hebat. metabolisme tubuh meningkat.
Jelaskan pada pasien maksud dan Antipiretik bekerja pada pusat
tujuan pemberian antipiretik. hipotalamus untuk regulasi pengaturan
suhu tubuh.
Jelaskan maksud dan tujuan pemberian Anti TBC mencegah pertumbuhan
antituberkulosa. mikroorganisme.
Anjurkan pasien mencari bantuan Pengobatan ini dapat menggunakan
medik bila panas untuk mendapatkan mikroorganisme penyebab.
antipiretik dan antibiotik.
e) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan panas dan
kelelahan.
Hasil yang diharapkan: Membuat pasien mencapai pemenuhan
jumlah cairan yang normal
Intervensi Rasional
Anjurkan pasien dan keluarga untuk Indikasi defisit volume cairan.

16
mengenal tanda dehidrasi.
Anjurkan pasien banyak minum jika Intake cairan yang adekuat dapat
tidak ada kontraindikasi. mengembalikan status hidrasi.
Sediakan air minum yang dibutuhkan. Kebutuhan yang diperlukan apa bila
tersedia memudahkan untuk terpenuhi.
Ukur pemasukan dan pengeluaran Kebutuhan terpenuhi atau tidak dapat
dalam 24 jam. dilihat dari pemantauan yang tepat.
Laporkan pada dokter bila ada tanda- Memungkinkan memenuhi kebutuhan
tanda dehidrasi untuk kolaborasi cairan yang kurang atau hilang.
pemberian cairan intravena.

f) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


penurunan nafsu makan, kelelahan dan dispnea.
Hasil yang diharapkan: Mempertahankan intake nutrisi adekuat.
Intervensi Rasional
Monitor BB pasien saat diit, Indikasi insufisiensi protein kalori yang
kekurangan BB yang drastis. menyebabkan malnutrisi dan
menurunkan pertahanan tubuh.
Menentukan diet pasien sesuai Karena kecelakaan kurang nafsu
makanan kesukaan dan evaluasi serta makan, pasien dapat kehilangan intake
catat hasil. kalori untuk energinya.

Beri makan sedikit-sedikit makanan Makan sekali banyak dapat


tinggi kalori dan protein; akan sedikit- menyebabkan distensi lambung dan
sedikit sangat bermanfaat. penekanan diafragma. Diet tinggi kalori
dan protein membangun pertumbuhan
jaringan dan mengganti jaringan yang
rusak sehingga menambah pertahanan
tubuh dan memberi energi.
Instruksikan pasien untuk istirahat Kelelahan dapat mengurangi semangat
sebelum makan. pasien untuk makan.
Jelaskan bahwa asupan nutrisi yang Pengertian yang cukup dapat memberi

17
cukup sangat penting bagi kekuatan semangat dan menambah kemauan.
tubuh.

g) Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan


dengan penurunan daya tahan tubuh orang lain yang ada di sekitar
penderita.
Hasil yang diharapkan: Dapat mencegah dan menurunkan
penyebaran infeksi, Pasien dan keluarga melakukan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang nyaman.
Intervensi Rasional
Ajarkan pasien cara membuang sputum Mencegah penyebaran kuman ke orang
yang benar. lain.
Dorong pemasukan nutrisi yang Dengan nutrisi yang adekuat membantu
adekuat bagi orang yang ada di sekitar meningkatkan daya tahan tubuh.
penderita.
Beri penyuluhan kepada orang-orang Dengan olah raga teratur dapat
yang berada atau selingkungan dengan meningkatkan daya tahan tubuh
penderita untuk menjaga aktivitas serta terhadap penularan TBC.
olah raga teratur.
Anjurkan segera periksa ke dokter jika Penemuan kasus dini dapat mencegah
mengalami tanda/gejala TBC. penularan dan komplikasi lebih lanjut.

h) Manajemen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan kurang


pengetahuan tentang proses penyakit.
Hasil yang diharapkan:
(1) Pasien mengatakan pemahaman proses penyakit.
(2) Melakukan perilaku atau perubahan pola hidup.
(3) Mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi/intervensi
Intervensi Rasional
Identifikasi gejala yang harus Dapat menunjukkan kemajuan atau
dilaporkan ke perawat, contoh batuk pengaktifan ulang penyakit atau efek
darat, nyeri dada, demam, kesulitan obat yang memerlukan evaluasi lanjut.

18
bernafas, kehilangan pendengaran,
vertigo.
Jelaskan dosis obat, frekuensi Meningkatkan kerjasama dalam
pemberian, alasan pengobatan yang program pengobatan dan mencegah
lama. penghentian obat sesuai perbaikan
kondisi pasien.
Kaji efek samping pengobatan Mencegah/menurunkan
misalnya mulut kering, konstipasi, ketidaknyamanan sehubungan dengan
gangguan penglihatan, sakit kepala, terapi dan meningkatkan kerjasama dan
hipertensi ortostatik. program pengobatan.
Tekankan pentingnya mempertahankan Memenuhi kebutuhan metabolik,
protein tinggi dan diet karbohidrat dan membantu meminimalkan kelemahan
pemasukan cairan adekuat. dan meningkatkan penyembuhan.
Tekankan kebutuhan untuk tidak Kombinasi INH dan alkohol telah
minum alkohol sementara minum INH. menunjukkan peningkatan insiden
hepatitis.
Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah Efek samping utama menurunkan
memulai dan kemudian tiap bulan penglihatan, tanda awal menurunnya
selama minum ethambutol. kemampuan untuk melihat warna hijau.
Ajarkan bagaimana TB ditularkan Pengetahuan dapat menurunkan resiko
(khususnya dengan inhalasi organisme penularan atau reaktivasi ulang.
udara tetapi dapat juga menyebar
melalui faeces atau urin bila infeksi dan
bahaya reaktivasi.
Anjurkan pasien untuk tidak merokok. Merokok dapat meningkatkan disfungsi
pernafasan atau bronkitis.

i) Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan keletihan, perubahan status


nutrisi dan demam.
Hasil yang diharapkan: Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap
aktivitas yang dapat diukur dengan: kebutuhan aktivitas sehari-hari
terpenuhi, pasien mampu mandiri setelah bebas demam

19
Intervensi Rasional
Observasi tanda-tanda vital. Untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
Kaji kemampuan pasien untuk Menentukan intervensi yang tepat.
beraktivitas.
Berikan aktivitas dan istirahat yang Mengurangi kebutuhan metabolisme.
cukup.
Bantu pasien memenuhi kebutuhan Bantuan sangat diperlukan dalam
aktivitasnya sehari-hari sesuai dengan kondisi lemah.
tingkat keterbatasan pasien.
Letakkan barang-barang di tempat Akan membantu pasien untuk
mudah dijangkau. memenuhi kebutuhan sendiri tanpa
dibantu oleh orang lain.
Kaji keluhan pasien. Untuk mengidentifikasi masalah pasien.

20
5) Implementasi
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya eksudat dalam
alveoli dan penurunan fungsi permukaan paru.
IMPLEMENTASI
1. Mengobservasi frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan tiap 4 jam.
2. Memberi posisi tidur yang nyaman (semi fowler).
3. Mengobservasi tanda sianosis pada kulit, membran mukosa dan kuku.
4. Memberi kesempatan istirahat yang cukup.
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen.
6. Berkolaborasi dengan medis untuk pemberian AGD dan foto thoraks.

b) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan


peningkatan sputum dan penurunan usaha untuk batuk.
IMPLEMENTASI
1. Menganjurkan pasien minum 8 gelas air/2 liter air perhari (selain susu)
untuk pengenceran sekresi sedangkan susu dapat meningkatkan sekresi.
2. Meyakinkan pasien bahwa air melembabkan pernafasan.
3. Menganjurkan pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam.
4. Anjurkan pasien untuk istirahat antara interval batuk dan untuk merubah
posisi setiap 12 jam bila memungkinkan.
5. Menjelaskan pada pasien maksud penggunaan ekspektoransia jika
ditemukan.
6. Mengobservasi karakteristik sputum yang keluar, perubahan warna, bau
konsistensi/jumlah. Laporkan segera kalau ada perubahan.

c) Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan peradangan


dan kelelahan.
IMPLEMENTASI
1. Mengobservasi adanya tanda distres pernafasan seperti: jumlah
pernafasan, retraksi sternal dan intercosta, nafas faring, segera lapor dokter
bila ada tanda tersebut.

21
2. Mengkaji nyeri dan kecemasan pasien.
3. Ajarkan pasien menelan dada dengan bantal/turgor sewaktu batuk untuk
mengurangi nyeri.
4. Menjelaskan pasien maksud dan tujuan dari analgetik.
5. Menjelaskan pasien maksud dan tujuan obat penekan batuk.

d) Perubahan temperatur tubuh: hipertermi berhubungan dengan proses


infeksi.
IMPLEMENTASI
1. Menganjarkan pasien untuk menggunakan termometer dan membaca
hasil dengan tepat.
2. Menganjurkan pasien untuk banyak minum dan jelas pasien dan keluarga
bila ada tanda dehidrasi, mulut kering, kehausan yang hebat.
3. Menjelaskan pada pasien maksud dan tujuan pemberian antipiretik.
4. Menjelaskan maksud dan tujuan pemberian antituberkulosa.
5. Menganjurkan pasien mencari bantuan medik bila panas untuk
mendapatkan antipiretik dan antibiotik.
e) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan panas dan
kekurangan intake cairan akibat kelelahan.
IMPLEMENTASI
1. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dehidrasi.
2. Menganjurkan pasien banyak minum jika tidak ada kontraindikasi.
3. Menyediakan air minum yang dibutuhkan.
4. Mengukur pemasukan dan pengeluaran dalam 24 jam.
5. Melaporkan pada dokter bila ada tanda-tanda dehidrasi untuk kolaborasi
pemberian cairan intravena.

f) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


penurunan nafsu makan, kelelahan dan dispnea.
IMPLEMENTASI
1. Memonitor BB pasien saat diit, kekurangan BB yang drastis.
2. Menentukan diet pasien sesuai makanan kesukaan dan evaluasi serta catat

22
hasil.
3. Memberi makan sedikit-sedikit makanan tinggi kalori dan protein; akan
sedikit-sedikit sangat bermanfaat.
4. Menginstruksikan pasien untuk istirahat sebelum makan.
5. Menjelaskan bahwa asupan nutrisi yang cukup sangat penting bagi
kekuatan tubuh.

g) Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan dengan


penurunan daya tahan tubuh orang lain yang ada di sekitar penderita.
IMPLEMENTASI
1. Mengjarkan pasien cara membuang sputum yang benar.
2. Mendorong pemasukan nutrisi yang adekuat bagi orang yang ada di sekitar
penderita.
3. Memberi penyuluhan kepada orang-orang yang berada atau selingkungan
dengan penderita untuk menjaga aktivitas serta olah raga teratur.
4. Menganjurkan segera periksa ke dokter jika mengalami tanda/gejala TBC.

h) Manajemen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan kurang


pengetahuan tentang proses penyakit.
IMPLEMENTASI
1. Mengidentifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat, contoh batuk
darat, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran,
vertigo.
2. Menjelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, alasan pengobatan yang
lama.
3. Mengkaji efek samping pengobatan misalnya mulut kering, konstipasi,
gangguan penglihatan, sakit kepala, hipertensi ortostatik.
4. Menekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet
karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat. Rujuk untuk pemeriksaan
mata setelah memulai dan kemudian tiap bulan selama minum ethambutol.
5. Mengajarkan bagaimana TB ditularkan (khususnya dengan inhalasi
organisme udara tetapi dapat juga menyebar melalui faeces atau urin bila

23
infeksi dan bahaya reaktivasi.
6. Menganjurkan pasien untuk tidak merokok.
7. Menekankan kebutuhan untuk tidak minum alkohol sementara minum
INH.

i) Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan keletihan, perubahan


status nutrisi dan demam.
IMPLEMENTASI
1. Mengobservasi tanda-tanda vital.
2. Mengkaji kemampuan pasien untuk beraktivitas.
3. Memberikan aktivitas dan istirahat yang cukup.
4. Membantu pasien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai
dengan tingkat keterbatasan pasien.
5. Meletakkan barang-barang di tempat mudah dijangkau.
6. Mengkaji keluhan pasien.

6) Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan
criteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.Kemampuan yang harus
dimiliki perawata pada tahap ini adalah memahami respom terhadap
intervensi keperawatan. Kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang
tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan-
tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri
dari 2 kegiatan yaitu:
(a) Evaluasi formasi
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi
dengan respon segera.
(b) Evaluasi sumatif
Merupakan rekaptulasi dari hasil obsevasi dan analisis status pasien
pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap
perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga sebagian alat ukur suatu

24
tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakah
tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai sebagian.
(c) ujuan tercapai
Tujuan dikatakan tercapai bila pasien telah menunjukan perubahan
kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
(d) Tujuan tercapai sebagian
Jujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tecapai
secara keseluruhan sehingga masih perlu dcari berbagai maslah atau
penyebabnya, sepert pasien dapat makan sendiri tetapi masih merasa
mual, setelah makan bahkan kadang-kadang muntah.
(e) Tujuan tidak tercapai
Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukan adanya perubahan
kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.
(f) Hasil yang diharapkan atau evaluasi pada asuhan keperawatan TBC
adalah:
(1) Pasien dapat mempertahankan efektifitas jalan napas dan pola
napas.
(2) Pasien melaporkan nyeri berkurang.
(3) Kebutuhan hidrasi pasien adekuat.
(4) Pasien mengalami peningkatan berat badan.
(5) Pasien dapat mendemostrasikan toleransi aktifitas dan ketaatan
sebagai strategi mempertahankan pemeliharaan kesehatan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Sudarth,2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :


EGC.

DepartemenKesehatanRepublik Indonesia,2006.Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis: Jakarta.

Hidayat,Alimul.2008.
Risetkeperawatandanteknikpenulisanilmiah.Jakarta:Salemba Medika.

Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gannguan


Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Prince, Syilvia Anderson. 2006. Patofisisologi: Konsep Klinis Proses-proses


penyakit. Jakarta: EGC

26

Anda mungkin juga menyukai