PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
analgetika adalah zat yang bisa mengurangi rasa nyeri tanpa mengurangi
kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2015). Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional
menimbulkan nyeri/sakit kepala atau membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri
yang dapat ditoleransi seseorang berbeda –beda karena nyeri merupakan suatu perasaan
subyektif(Sherwood, 2012)
.
Analgesik senyawa yang pada dosis terapetik meringankan atau menekan rasa nyeri
tanpa memiliki kerja anastesi umum. analgesik berasal dari kata Yunani an- (“tanpa”)
Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa
kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor
atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang
zat ini merangsang, reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas dikulit,
selaput lendir dan jaringan lain. $ari tempat ini rangsang dialirkan melalui syaraf
ketalamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa
sebagai nyeri (Anief, 1995). obat analgesik- antipiretik serta obat anti- inflamasi
obat sangatberbeda secara kimia. walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki
banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. &rototip obat golongan ini
adalah aspirin, karena itu obat golongan ini sering disebut juga sebagai obat mirip
2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan suatu
masalah, yaitu:
ANALGETIK Narkotik
Nyeri adalah suatu gejala yang berfungsi untuk melindungi dan memberikan
infeksi-infeksi kuman, dan kejang otot. Sehingga sesungguhnya rasa nyeri berguna
sebgai “alarm” bahwa ada yang salah pada tubuh. Misalnya, saat seseorang tidak
sengaja menginjak pecahan kaca, dan kakinya tertusuk, maka ia akan merasakan
rasa nyeri pada kakinya dan segera ia memindahkan kakinya. Tetapi adakalanya
nyeri yang merupakan pertanda ini dirasakan sangat menggangu apalagi bila
reseptor nyeri pada ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir,dan jaringan, lalu
dialirkan melalui saraf sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP) melalui sumsum
tulang belakang ke talamus dan ke pusat nyeri di otak besar (rangsangan sebagai
nyeri).
Penggolongan Nyeri
1. Nyeri akut : nyeri yang tidak berlangsung lama. Berdasarkan sumber nyeri,
Nyeri permukaan: sumbernya adalah luka luar, iritasi bahan kimia, dan
Nyeri somatis dalam: biasanya bersumber dari luka/iritasi dari dalam tubuh,
Nyeri viseral: nyeri ini berasal dari organ-organ besar dalam tubuh, seperti hati,
2. Nyeri kronis: nyeri ini berlangsung sangat lama, bisa menahun, yang kadang
kanker dan arthritis. Salah satu tipe nyeri akut adalah neuropathic pain yang
disebabkan oleh suatu kelainan di sepanjang suatu jalur saraf. Suatu kelainan
akan mengganggu sinyal saraf, yang kemudian akan diartikan secara salah oleh
otak. Nyeri neuropatik bisa menyebabkan suatu sakit dalam atau rasa terbakar
sumber yang dapat menyebabkan nyeri neuropati ini adalah herpes zoster, dan
phantom limb pain, dimana seseorang yang lengan atau tungkainya telah
diamputasi merasakan nyeri pada lengan atau tungkai yang sudah tidak ada.
anestetika lokal.
- Blokade pusat nyeri pada SSP dengan analgetika sentral (narkotika) atau
anestetika umum.aa
analgetik narkotika disebut juga analgetik opoida (mirip opiat) adalah obat-obat
opioid khas di SSP, hingga persepsi nyeri dan respon emosional terhadap nyeri
mensintesis zat-zat endorfin, yang juga bekerja melalui reseptor opioid tersebut.
Endorfin (morfine endogen) adalah kelompok polipeptida yang terdapat d CCS dan
dapat menimbulkan efek yang menyerupai efek morfin. Zat-zat ini dapat dibedakan
untuk menduduki sisa-sisa reseptor nyeri yang belum ditempati endorfin. Tetapi
atas dasar mekanisme kerjanya, obat-obat ini dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu :
Mekanisme kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan mengenai
potensi dan lama kerjanya, efek samping dan resiko akan kebiasaan dengan
ketergantungan fisik.
Agonis kuat
a. Fenantren
dalam pengobatan nyeri hebat. Heroin adalah agonis yang kuat dan bekerja
cepat.
b. Fenilheptilamin
Metadon mempunyai profil sama dengan morfin tetapi masa kerjanya sedikit
lebih panjang. Dalam keadaan nyeri akut, potensi analgesik dan efikasinya
paling tidak sebanding dengan morfin. Levometadil asetat merupakan turunan
c. Fenilpiperidin
Meperidin dan Fentanil adalah yang paling luas digunakan diantara opioid
d. Morfinan
a. Fenantren
kurang dibanding morfin, atau efek sampingnya membatasi dosis maksimum yang dapat
diberikan untuk memperoleh efek analgesik yang sebanding dengan morfin, penggunaan
dengan kombinasi dalam formulasi-formulasi yang mengandung aspirin atau asetaminofen dan
obat-obat lain.
b. Fenilheptilamin
c. Fenilpiperidin
Difenoksilat dan metabolitnya, difenoksin digunakan sebagai obat diare dan tidak untuk
Nalbufin adalah agonis kuat reseptor kapa dan antagonis reseptor mu. Pada dosis tinggi terjadi
depresi pernafasan.
Buprenorfin adalah turunan fenantren yang kuat dan bekerja lama dan merupakan suatu agonis
parsial reseptor mu. Penggunaan klinik lebih banyak menyerupai nalbufin, mendetoksifikasi
b. Morfinan
Butorfanol efek analgesik ekivalen dengan nalbufin dan buprenorfin, tetapi menghasilkan efek
c. Benzomorfan
Pentazosin adalah agonis reseptor kapa dengan sifat-sifat antagonis reseptor mu yang lemah.
Dezosin adalah senyawa yang struktur kimianya berhubungan dengan pentazosin, mempunyai
aktivitas yang kuat terhadap reseptor mu dan kurang bereaksi dengan reseptor kappa,
4. Antagonis Opioid
Nalokson dan Naltrekson merupakan turunan morfin dengan gugusan pengganti pada posisi N,
mempunyai afinitas tinggi untuk berikatan dengan reseptor mu, dan afinitasnya kurang
berikatan dengan reseptor lain. Penggunan utama nalokson adalah untuk pengobatan keracunan
akut opioid, masa kerja nalokson relatif singkat, sedangkan naltrekson masa kerjanya panjang,
untuk program pengobatan penderita pecandu. Individu yang mengalami depresi akut akibat
kelebihan dosis suatu opioid, antagonis akan efektif menormalkan pernapasan, tingkat
Bila digunakan sebagai analgesik, obat-obat ini dapat mednuduki salah satu
reeptor.
mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak atau hanya sedikit mengaktivasi
pada rasa nyeri hebat, (seperti pada kanker) ada banyak penyakit yang disertai rasa
nyeri, yang terkenal adalah influenza dan kejang-kejang otot atau organ artose, dan
rema, migren. Untuk gangguan – gangguan ini tersedia obat khas. Tetapi yang
paling hebat dan mencemaskan adalah rasa sakit pada kanker, walaupun sebetulnya
WHO telah menyusun suatu program penggunaan analgetik untuk nyeri hebat,
seperti pada kanker, yang menggolongkan obat dalam tiga kelas yaitu :
Tujuan utama dari program ini adalah untuk menghindari resiko kebiasaan dan
3. Ganiswarna. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
4. http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/analgetic-dan-obat-obatnya/
1.
Latief . S. A, Suryadi K. A, dan dachlan M. R, petunjuk praktis Anestesiologi, edisi II, bagian
Anestesiologi dan terapi intensif FK UI, Jakarta, Juni, 2001, hal 77-83, 161.
Sardjono, santoso dan hadi rosmiati farmakologi dan terapi, bagian farmakologi FK-UI,