getah, atau sumber botani lainnya, yang digunakan oleh lebah untuk menutupi atau
memperbaiki celah pada sarangnya.
Pada dasarnya komposisi kimiawi dari propolis bisa bervariasi tergantung dari mana bahannya
dikumpulkan oleh lebah. Dalam penelitian dari lebah yang mengumpulkan madu dari poplar
(Populus spp., section Aigeiros), diambil kesimpulan kemiripan bahan ini, yaitu pinocembrin,
pinobanksin and its 3-O-acetate, chrysin, galangin, prenyl esters of caffeic and ferulic acids, dan
lain-lain[1]. Namun pohon yang berbeda akan menghasilkan komposisi berbeda pula.
Ada banyak jenis propolis yang tersebar di seluruh dunia, hal ini disebabkan hampir di
semua daerah terdapat lebah. Dalam perkembangannya, ada 3 wilayah
penghasil propolis terbesar di dunia yaitu Australia / New Zealand, China / Taiwan,
dan Brazil. Ketiga daerah ini mampu menghasilkan propolis dalam jumlah besar dengan
jenis propolis yang berbeda beda.
Propolis tersedia di pasaran dalam bentuk yang sudah ditabletkan, kapsul atau berupa cairan. Penggunaan
propolis sebagai suplemen makanan cukup satu atau dua tablet/kapsul sehari atau setara dengan 250 mg –
500 mg. Cara lain konsumsi propolis yang efektif (terutama yang berupa cairan) adalah dengan
mencampurnya ke dalam madu.
• Lebih dari 180 phytochemicals ada di dalam propolis antara lain flavonids, berbagai turunan asam orbanic,
phytosterols, terpenoids dlsb. Zat-zat ini terbukti memiliki berbagai sifat anti-inflamatory, antimicrobial,
• Flavonids yang ada dalam propolis selain bersifat antioxidant yang mencegah infeksi, juga menumbuhkan
jaringan. Kandungan pimia propolis yang meningkatkan tumbuhnya jaringan tersebut antara lain adalah sebagai
akibat dari sifat tissue strengthening dan regenerative effect dari quercetin, kaemferol, epigenin dan luteolin.
• Aktifitas antibiotic dari phytochemicals yang ada di dalam propolis antara lain disebabkan oleh berbagai turunan
asam organic seperti cinnamic, ferrulic, benzoic, caffeic, coumaric, terpenes dan turunan-tuirunn berikutnya
• Sifat antifungal yang ada di propolis yang dihasilkan oleh phytochemicals seperti flavonoids pinocembrin,
• Sifat antivius propolis yang berasal dari turunan-turunan asam organik seperti Caffeic Acid Phenethyl Ester
(CAPE).
Teh hitam
Teh hitam adalah sebutan untuk teh yang diproses dari daun tanaman teh
yang dipanggang atau dijemur terlebih dahulu, kemudian dilakukan proses
fermentasi. Oleh karena itu, warna daun teh yang dihasilkan terlihat
kehitam-hitaman. Sedangkan ketika teh ini diseduh, air teh yang dihasilkan
terlihat merah kecoklatan cenderung pekat. Teh hitam paling cocok
diminum pagi hari untuk menambah semangat beraktivitas.
Meskipun proses fermentasi menyebabkan kandungan antioksidan pada
teh hitam berkurang, namun di sisi lain proses tersebut juga menambah zat
theaflavins dan thearubiger yang berfungsi sebagai antibodi pada sistem
pencernaan. Kadar fluoride yang berguna untuk memperkuat tulang dan
gigi di teh hitam juga lebih banyak. Sedangkan untuk kandungan
kafeinnya, teh hitam menyimpan sekitar 42-72 mg kafein per cangkir.
Teh Hijau
Teh hijau diolah tanpa melalui proses pengeringan. Pembuatan teh hijau
juga mencegah dilakukannya proses fermentasi. Karenanya kadar
antioksidan teh hijau tetap utuh dan terjaga dengan baik. Perlu diketahui,
antioksidan merupakan senyawa yang sangat bagus untuk mencegah
risiko penyakit jantung, kanker, parkinson, dan alzheimer.
Jika dibandingkan dengan teh hitam, teh hijau mengandung fluoride dalam
jumlah yang lebih sedikit. Kadar kafein yang dimilikinya pun sangatlah
rendah hanya berkisar antara 9-50 mg per cangkir saji. Bila dilihat
manfaatnya, teh hijau lebih afdol kalau diminum pada malam hari untuk
menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
Perbedaan
Perbedaan-perbedaan teh hitam dan teh hijau antara lain :
* Teh hitam diolah melalui proses pengeringan dan fermentasi, sedangkan
teh hijau tidak.
* Teh hitam cocok diminum pagi hari dan teh hijau lebih tepat dinikmati
malam hari.
* Teh hitam mengandung kafein yang lebih tinggi daripada teh hijau.
* Kadar fluoride yang terdapat di teh hitam juga lebih banyak ketimbang teh
hijau.
* Teh hjau menyimpan antioksidan yang lebih melimpah dibandingkan
dengan teh hitam.
* Berbeda dengan teh hijau, teh hitam mengandung zat theaflavins dan
thearubiger.
Katekin (bahasa Inggris: catechin) adalah segolongan metabolit sekunder yang secara alami
dihasilkan oleh tumbuhan dan termasuk dalam golongan flavonoid. Senyawa ini memiliki
aktivitas antioksidan berkat karena gugus fenol yang dimilikinya. Strukturnya memiliki dua
gugus fenol(cincin-A dan -B) dan satu gugus dihidropiran (cincin-C). Karena memiliki lebih dari
satu gugus fenol, senyawa katekin sering disebut senyawa polifenol.
Katekin adalah kandungan utama pada polifenol yang dimiliki teh.