Anda di halaman 1dari 28

PEDOMAN PELAYANAN UNIT KERJA

PUSKESMAS BAROS

0
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………..2
B. Tujuan Pedoman ……………………………………..2
C. Ruang Lingkup Pelayanan …………………………………….3
D. Batasan Operasional …………………………………..3
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ……………………………………7
B. Distribusi Ketenagaan ……………………………………9
C. Jadual Kegiatan, ………………………
10
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
………………………………….11
B. Standar Fasilitas
………………………………….11
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN……………………………14
BAB V LOGISTIK ………………………………..….15
BAB VI KESELAMATAN PASIEN…………………………………..18
BAB VII KESELAMATAN KERJA……………………………………20
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU…………………………………...21
BAB IX PENUTUP …………………………………...24

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang.
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di Indonesia.
Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan
status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem
pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan mayarakat
Pelayanan kesehatan bermutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien
menjadi strategi utama bagi organisasi pelayanan kesehatan di Indonesia, agar tetap eksis di
tengah persaingan global yang semakin kuat. Salah satu strategi yang paling tepat dalam
mengantisipasi adanya persaingan terbuka adalah melalui pendekatan mutu paripurna yang
berorientasi pada proses pelayanan yang bermutu, dan hasil pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan keinginan pelanggan atau pasien .
Bahwa dimensi mutu tersebut menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayanan
kesehatan,maupun penyelenggara pelayanan kesehatan, .
Kepuasan pasien merupakan salah satu indiktor kualitas pelayanan. Dan banyaknya
kunjungan pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan
kepuasan pelanggan yang diperoleh berdasar pengalaman sebelumnya.
Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal organisasi Puskesmas yauit
berupa penilaian Kinerja Puskesmas mencakup Managemen Sumber Daya Tenaga, alat, obat
keuangan dan system informasi managemen Puskesmas.
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan managemen resiko
dilaksanakan secara berkesinambungan , maka perlu dilaksanakan penilaian oleh pihak eksternal
dngan menggunakan standar yang telah ditetapkan melalui mekanisme akreditasi
Akreditasi Puskesmas adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada
Puskesmas, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan. Adapun tujuan akreditasi
Puskesmas adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan promotif, preventif dan
upaya pelayanan klinis dasar, sehingga kebutuhkan masyarakat Indonesia tentang
kesehatan terpenuhi.

B. TUJUAN PEDOMAN:
Tersedianya pedoman bagi Kepala Puskesmas ,penanggung jawab dan pelaksana
pelayanan Puskesmas, dalam melakukan pelayanan di Puskesmas. Sehingga pelayanan

2
dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana serta memperolah hasil sesuai dengan yang
diharapkan

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN’


Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat, untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dasar, menyeluruh, dan terpadu bagi seluruh masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok dan membina peran serta masyarakat.
Pengertian dari pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, dan terpadu disini, adalah
upaya pengobatan penyakit (kuratif), upaya pencegahan (preventif), upaya peningkatan
kesehatan (promotif), dan upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang ditujukan
kepada semua penduduk .
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi Puskesmas, yaitu:
a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.
c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat wilayah kerjanya.

Sedangkan unit pelaksana teknis fungsional Puskesmas dibagi menjadi:


a.Upaya kesehatan masyarakat
b.Upaya kesehatan perorangan

Dengan jaringan pelayanan puskesmas adalah:


a.Puskesmas pembantu
b.Puskesmas keliiling
c.Bidan di desa

D. BATASAN OPERASIONAL PELAYANAN UNIT KERJA


Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya
Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat

3
Yang dimaksud dengan Pelayanan kesehatan perseorangan adalah pelayanan yang
ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan
keluarga.
Sedangkan Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat

Adapun batasan operasional untuk Pelayanan Kesehatan Persorangan meliputi :


1. Pendaftaran Pasien.
Pendaftaran pasien adalah Pelayanan rutin untuk menertibkan urutan pelayanan dan
memudahkan mendapatkan informasi rekam medis bagi seluruh fasilitas pelayanan yang
tersedia di Puskesmas. Yang dimulai dari persiapan, kedatangan pasien sampai dengan
pengiriman kartu rekam medis ke masing2 unit pemeriksaan , kemudian mengembalikan
lagi kartu rekam medis kedalam tempat semula
2. Upaya Pengobatan adalah:
Layanan klinis adalah pelayanan klinis yang dilakukan untuk pasien dengan
melibatkan seluruh tim kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan klien. Dimulai
dari anamnesa sampai dengan tindakan dan pengobatan yang sesuai dengan
diagnosanya
Upaya Pengobatan, meliputi kegiatan di:
a. BP KIA, MTBS dan KB
b. BP Umum
c. BP Gigi
d. Klinik IVA
e. Klinik IMS
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium adalah salah satu sarana kesehatan yang melakukan
kegiatan pemeriksaan guna menunjang diagnose suatu penyakit, berdasarkan rujukan dari
unit pemeriksaan .yang dimulai dari kedatangan pasien atas rujukan dari unit pelayanan
sampai dengan diperoleh hasil laboratorium pasien
4. Kefarmasian
Kefarmasian adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi
kebutuhan obat yang meliputi aspek teknis dan non teknis mulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pelayanan, pengendalian obat,
pencatatan dan pelaporan

4
Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan kesehatan yg dilaksanakan diluar
gedung berupa pendekatan promotif, preventif. Yang meliputi kegiatan Upaya Program

1. Upaya program KIA


Adalah adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak
prasekolah.
Upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu

2. Upaya Program P2P


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit
menular/infeksi. untuk melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan
jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk mengurangi dampak sosial
dan ekonomi akibat penyakit menular.
Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah demam berdarah dengue,
diare, filaria, kusta, tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi.
Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, penyakit jantung dan kanker.

3. Upaya Program Kesling


Kesehatan lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan puskesmas
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat.,untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

4. Upaya Program Promkes


Promkes adalah salah satu program puskesmas yang berfokus pada pelayanan
preventif dan promotif kepada masyarakat. kegiatannya meliputi penyuluhan kesehatan
dan pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). diantara kegiatannya juga
meliputi pembinaan desa siaga kesehatan, kerjasama lintas sektor dan program dalam
merumuskan kebijakan bersama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

5
5. Upaya Program Perbaikan Gizi
Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program pokok Puskesmas
yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan
Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY),
Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan
dan masyarakat
Kegiatan Upaya Program dilaksanakan mulai dari perencanaan Program, pelaksanaan
dan evaluasi (Plan: rencana; Do: Melaksanakan; Chek/Study: Analisa hasil; Action:
Perubahan/perbaikan)

E. LANDASAN HUKUM:
1. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi


dan Tata Kerja Departemen Kesehatan

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistim


Kesehatan Nasional

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/ Menkes/SK/11/2004 tentang Kebijakan


Dasar Puskesmas

5. Peraturan Pemerintah no.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

6
BAB II.
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan) merupakan tatanan yang
menghimpun berbagai upaya perencanaan. Pendidikan, dan pelatihan, serta
pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Yang dimaksud dengan kualifikasi SDM.,
sama halnya dengan job spesifikasi , adalah minimal golongan/jabatan, masa kerja
minimal, pendidikan minimal, pengalaman kerja,nilai performance (kinerjanya), dan
standar kompetensi .
Secara umum kebijakan tentang tenaga kesehatan, khususnya yang berkaitan
dengan kualitas atau mutu, antara lain dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP)No.32
Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam PP ini antara lain dinyatakan:
1)Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang kesehatan
yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3); dan
2)Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21) .
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga pelayanan.
Ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah, sebaran, mutu
dan kualifikasi Sumber Daya Manusianya
Untuk Puskesmas Baros, Kualifikasi Sumber Daya Manusia sudah sesuai, walaupun
masih ada beberapa tenaga yg belum melanjutkan ke jenjang yang diharapkan. Namun
masih akan terus diupayakan agar semua tenaga mencapai kualitas seperti yg diharapkan.

7
DATA KETENAGAAN PUSKESMAS BAROS

8
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN. PUSKESMAS BAROS
NO Puskesmas
Jenis Tenaga Wajib Yang ada

1 Dokter Umum 1 2

2 Dokter Gigi 1 1

3 Apoteker 0 1

4 Tenaga Kesmas (S1) 1 1

5 Perawat (S1-Ners) 0 1

6 Tenaga Promkes 1 1

7 Epidemioligis (DIV) 1 -

8 Bidan (DIII)/DIV 4 21

9 Bidan D1 9

10 Perawat (DIII) 6 5

11 Sanitarian (DIII) 1 1

12 Nutrisionis (Ahli Gizi/ DIII) 1 2

13 Perawat Gigi (DIII) 1 1

14 Asisten Apoteker 1 1

15 Analis Kesehatan (DIII) 1 1

16 Tenaga Pendukung/ Juru (SMK Kes) 1 6

Ka TU 1

Staf administrasi 3

C. JADUAL KEGIATAN PUSKESMAS BAROS


Puskesmas Baros buka pelayanan setiap hari kerja Senin sampai Sabtu;

No JENIS PELAYANAN BUKA HARI


1 BP Umum Senin s/d Sabtu
2 KIA Senin s/d Sabtu

3 KB Suntik Senin s/d Sabtu

4 KB inplan, IUD Kamis

5 Imunisasi Bayi Senin

9
6 Imunisasi Catin Senin s/d Sabtu
7 MTBS Senin s/d Sabtu

8 BP Gigi Senin s/d Kamis

9 Laboratorium Senin s/d Sabtu

10 Apotik/Obat Senin s/d Sabtu


11 Konseling Sanitasi Selasa
12 Konseling Gizi Rabu
13 Klinik IVA/IMS Selasa
14 PRolanis Kamis
16 Persalinan 24 Jam
17 Posyandu Tgl 5 s/d 26
UKGS Rabu- Sabtu

10
BAB III.

STANDAR FASILITAS

A. Denah Gedung dan Ruang

LABORATORIUM PUSKESMAS AULA JASMINE


PUSKESMAS
BAROS BAROS
MUSHOLLA

TOILET TOILET
KARYAWAN UMUM

RUANG
RUANG GIGI
AKUPRESURE

RUANG KIA
RUANG KAPUS/
SEKRETARIAT
RUANG BP / UMUM

RUANG
AKREDITASI
RUANG
RUANG
AKREDITASI
MTBS
RUANG
LAHAN PARKIR
RUANG OBAT
PEGAWAI
PENDAFTARAN

LAHAN PARKIR
PASIEN
GUDANG RUANG UGD
PERALATAN

LAHAN PARKIR
AMBULAN

LAHAN PARKIR
MOBIL TAMAN 11 RUANG
HIJAU PONED /
BERSALIN
PINTU PINTU
UPTD
MASUK MASUK
PUSKESMAS
UTAMA BAROS UTAMA

Jl. Raya Pandeglang-Serang KM.12 Baros Kabupaten Serang

12
B. Standar Fasilitas
Surat keputusan Menkes Nomor Nomor 128/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas memiliki fungsi sebagai
pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama meliputi pelayanan
kesehatan perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public
goods). Terlihat bahwa puskesmas dan jaringannya merupakan ujung tombak dinas
kesehatan dalam upaya mewujudkan target SPM kesehatan di kabupaten/kota.
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:

1. Upaya Kesehatan Wajib


Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.

Upaya kesehatan wajib/ UKM esensial tersebut adalah:


a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

2. Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan lansia
i. Upaya Pembinaan kesehatan Tradisional

13
Fasilitas pelayanan yang ada di Puskesmas Baros meliputi :

1. Upaya kesehatan wajib/ UKM esensial adalah:


a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

2. Pengobatan

3. Upaya kesehatan pengembangan adalah:


a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
c. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

3. Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya


pencatatan dan pelaporan merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya
wajib dan upaya pengembangan Puskesmas Baros.

4. Fasilitas Pemeriksaan IVA oleh tenaga terlatih dan Klinik IMS yang merupakan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas yang bersifat upaya inovasi, yakni
upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan
kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam
rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana pelayanan adalah pengaturan pelayanan. Sedangkan Tata Pelayanan


di Puskesmas Baros diawali dengan pelayanan di loket pendaftaran, dimana pasien

14
mengambil nomor urut pendaftaran, agar pelayanan menjadi teratur sesuai dengan nomer
urut yang diperoleh.

a. Tata laksana pelayanan di loket pendaftaran:


 Bagi pasien lama (pasien yang sudah pernah berobat ke Puskesmas),
pendaftaran dilakukan dengan menunjukkan Kartu berobat Puskesmas Baros.
 Bagi pasien baru (pasien yang belum pernah berobat ke Puskesmas) pendaftaran
dilakukan dengan menunjukkan kartu Jaminan Kesehatan Nasional(JKN) atau
kartu identitas lainnya (KTP/SIM).
 Untuk pasien dengan kasus kegawatdaruratan langsung dibawa ke ruang
tindakan untuk mendapatkan penanganan. Salah satu anggota keluarga atau
yang mengantarkan pasien dapat mengurus pendaftaran.
 Bagi pasien JKN harus menunjukkan kartu JKN sebagai bukti kepesertaan.

Petugas pendaftaran mengambil Rekam Medis berdasarkan nomer urut dan


identitas pasien. Bagi pasien umum (tidak memiliki kartu JKN) setelah mendapatkan Rekam
medis, pasien diminta untuk membayar retribusi. Kemudian pasien diminta menunggu di
depan ruang pelayanan yang dituju (BP Umum, BP Gigi, KIA/KB, MTBS, Imunisasi, Klinik
IMS, Pemeriksaan IVA). Bagi pasien umum dengan tindakan, maka setelah dilakukan
tindakan wajib membayar retribusi tindakan sesuai Perda.

b. Pemeriksaan kesehatan pasien dilakukan di unit pelayanan masing-masing, sesuai


dengan tujuan pemeriksaan.

 Bila dari pemeriksaan awal diperlukan pemeriksaan penunjang diagnostik, maka


pasien diberikan rujukan internal ke Laboratorium. Setelah dilakukan pemeriksaan
penunjang, pasien kembali ke unit pelayanan sebelumnya untuk mendapatkan
resep sesuai dengan diagnosis penyakit.
 Bila diperlukan konsultasi ke unit pelayanan terkait, maka pasien diberikan
rujukan internal ke unit pelayanan terkait (misal: pasien dari BP Gigi dengan
Hipertensi, maka dikonsultasikan ke BP Umum)
 Bila dari pemeriksaan awal diperlukan untuk pemeriksaan lanjutan ke Rumah
Sakit, maka pasien diberikan rujukan eksternal ke Rumah Sakit yang dituju.
 Bila pasien tidak mendapatkan rujukan internal maupun eksternal, maka pasien
mendapatkan resep untuk mengambil obat di ruang obat.

15
BAB V
LOGISTIK

Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuan atau seni serta
proses mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat kesehatan.Tujuan dari manajemen
logistik adalah tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah
maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien. Dengan demikian manajemen logistik
dapat dipahami sebagai proses penggerakkan dan pemberdayaan semua sumber daya
yang dimiliki dan atau potensial untuk dimanfaatkan, untuk operasional, secara efektif dan
efisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah pengelolaan logistik sudah memadai adalah
dengan menilai apakah sering terjadi keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak
tersedia, berapa kali frekuensinya, berapa banyak persediaan yang menganggur (idle
stock) dan berapa lama hal itu terjadi. Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak
atau tidak dapat dipakai lagi.

Manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan:


A. Perencanaan Kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar kebutuhan
bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya untuk satu tahun.
Ada dua cara pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat, yaitu:

1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata


dipergunakan dalam periode waktu yang lalu :
a). Jumlah sisa/persediaan pada awal periode
b). jumlah pembelian pada periode waktu
c). jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode
e).membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan kinerja
yang dicapai.
f) membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya frekuensi
barang yang diminta ‘habis’ atau tidak ada persediaan, jumlah barang yang
menumpuk, serta penyebab terjadinya keadaan tersebut.

2. Dengan melihat program kerja yang akan datang:


a). membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksana kegiatan pada
periode waktu yang akan datang, yang berorientasi kepada program pelayanan, pola
penyakit, target kinerja pelayanan
b). Memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisai bahan, ataupun
kebijakan dalam pengadaan. (Untuk obat misalnya ada Formularium, untuk
pengadaan di Puskesmas)
c). menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan awal, baik meliputi
jenis, jumlah maupun spesifikasi logistik.
d). memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang.

16
B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan (dapat
berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang terbaru),
sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran untuk pengadaaan bahan logistik tersebut.

C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Gudang Farmasi Kabupaten
berdasarkan usulan kebutuhan obat dari Puskesmas.

D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang
sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus dicek
kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan
barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK) atau purchase
order (PO).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau, noda dan
sebagainya yang mengindikasikan tingkat kualitas bahan.
3. Kesesuaian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO

Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan (BAP)
barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada beberapa jenis
barang logistik, yang biasanya tidak langsung disimpan digudang, akan tetapi diterimakan
langsung kepada pengguna. Yang penting adalah bahwa mekanisme ini harus diatur
sedemikian rupa sehingga tercipta internal check (saling uji secara otomatis) yang
memadai, yang ditetapkan oleh yang berwenang (Pimpinan).

Fungsi penyimpanan ini sangat menentukan kelancaran distribusi. Beberapa


keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah :

1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan


memperkirakan kebutuhan secara akurat
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga bahan
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap dipakai
5. Untuk mempercepat pendistribusian

Ada beberapa teori tentang pengendalian persediaan logistik, namun dalam penerapannya
harus hati-hati. Misalnya saja untuk menerapkan teori pengendalian persediaan ada
beberapa syarat, antara lain:

1. Kebutuhan bahan dapat diperkirakan dan dihitung dengan pasti.


2. Kesinambungan pemasok dapat dijamin
3. System informasi logistik yang terintegrasi dalam system informasi manajemen ,
memadai
4. Pengawasan internal (internal auditor) berjalan dengan baik dan konsekuen

17
5. Membudayakan pelaksanaan kerja yang tertib dan sehat
6. Reward dan punishment system yang konsisten dan konsekuen
7. Tersedia gudang dan pengelolaan yang memadai
8. Anggaran yang cukup.

Metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan di Puskesmas adalah


dengan memperhatikan sifat barang/obat, apakah termasuk barang vital, esensial atau
normal (VEN system), digabungkan dengan apakah barang tersebut termasuk fast atau
slow moving. Kombinasi kedua metode ini selama periode tertentu kemudian dihitung
kebutuhan atau penggunaannya akan diketahui rata-rata penggunaan perbulan, dan juga
fluktuasi permintaannya. Dari perhitungan itu secara empiris, dapat ditentukan berapa
besar jumlah :

1. Persediaan minimal/jenis barang per bulan


2. Persediaan maksimal/jenis barang per bulan
3. Persediaan pengaman (iron stock/idle stock)

Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama (durasi) waktu
penyediaan sejak pesanan diterima rekanan/supplier sampai barang diterima oleh
Puskesmas (ini disebut Lead Time) dan berapa kebutuhan barang selama periode tersebut.

Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out). Khusus di puskesmas
seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO), mana yang mempunyai
mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus dikeluarkan terlebih dahulu, tidak
tergantung kapan diterimanya digudang.

E. Pendistribusian

Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus ditetapkan
prosedur yang baku pendistribusian bahan logistik,meliputi :

1. Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab mengenai kebenaran dan kewajaran
permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun penyerahannya. Hal
ini sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau pengeluaran yang tidak perlu.
2. Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab menyetujui permintaan dan
pengeluaran barang dari gudang.
F. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab bendahara barang atas bahan
atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku,
penghapusan barang diperlukan karena :

1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali


2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date)
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain

Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :

1. Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam

18
2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan harus
disetor ke kas Negara.

Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan, yang


tembusannya dikirim ke instansi yang berkompeten.

19
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan tindakan


yang tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang
terbaik untuk mencapai luaran klinis yang optimum. (The Canadian Patient Safety
Dictionary, October 2003). Keselamatan pasien menghindarkan pasien dari cedera/cedera
potensial dalam pelayanan yang bertujuan untuk membantu pasien.

Tujuan Patient Safety terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas.,


meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat,
menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan) di Puskesmas, terlaksananya program-
program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (kejadian tidak diharapkan)

Sistem Patient Safety


 Assesment Resiko
 Identifikasi dan Pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
 Pelaporan dan analisa insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko

Solusi: Mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

Adverse Event /KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)


Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien
karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (ommission) ketimbang
daripada “underlying disease” atau kondisi pasien (KPP-RS). KTD yang tidak dapat dicegah
(unpreventable adverse event) yaitu suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan yang mutakhir.

Near miss/ KNC (Kejadian Nyaris Cedera)


Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (ommission), yang dpt mencederai pasien
tetapi cedera serius tidak terjadi karena keberuntungan*), karena pencegahan**) atau
karena peringanan***)

Misal :
*) Pasien menerima obat yang sebenarnya kontra indikasi tetapi tdk timbul reakasi.
**) Obat dengan lethal overdosis akan diberikan tetapi diketahui staf lain
dan membatalkannya sebelum obat dikonsumsi pasien.
***)Obat dengan lethal overdosis diberikan tetapi diketahui secara dini dan diberikan
antidotum-nya

Tujuh standar keselamatan pasien


1. Hak pasien: Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat informasi ttg
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan KTD
2. Mendidik pasien dan keluarga: Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya
tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan: Puskesmas menjamin
kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan
20
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien: Puskesmas harus mendisain proses baru
atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien: Pimpinan
mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi melalui penerapan tujuh langkah menuju KPRS. Pimpinan menjamim
berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien dan
program menekan atau mengurangi KTD. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan
komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan ttg keselamatan pasien. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang
adekuat untuk mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta
meningkatkan keselamatan pasien. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas
kontribusinya dalam meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien Puskesmas memiliki proses pendidikan,
pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
keselamatan pasien secara jelas Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien:
Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal. Transmisi data dan
informasi harus tepat waktu dan akurat

Tujuh langkah menuju keselamatan pasien


1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien: Ciptakan kepemimpinan dan
budaya yang terbuka dan adil
2. Pimpin dan dukung staf anda: Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas
tentang keselamatan pasien
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko: Kembangkan sistem dan proses
pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi dan kajian hal yang potensial
bermasalah
4. Kembangkan sistem pelaporan: Pastikan staf agar dengan mudah dapat melaporkan
kejadian/insiden, serta Puskesmas mengatur pelaporan kepada KKPRS
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien: Kembangkan cara-cara komunikasi
yang terbuka dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien: dorong staf untuk
melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu
timbul
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien: Gunakan informasi
yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan sistem pelayanan.

BAB VII
21
KESELAMATAN KERJA

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23


dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus dilaksanakan di
semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan sedikitnya 10 orang. Jika
memperhatikan dari isi pasal diatas, maka jelaslah bahwa Puskesmas termasuk dalam
kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak
kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas, tetapi
juga terhadap pasien maupun pengunjung Puskesmas.

Potensi bahaya di Puskesmas, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi


bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Puskesmas, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik,
dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya,
gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas
mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di Puskesmas, para pasien maupun
para pengunjung yang ada di lingkungan Puskesmas.

Dalam pekerjaan sehari-hari petugas kesehatan selalu dihadapkan pada bahaya-


bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik, peralatan listrik maupun
peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam Puskesmas atau
instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak
(obat– obatan).
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik .
3. Bahaya radiasi .
4. Luka bakar .
5. Syok akibat aliran listrik .
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit. Pada umumnya bahaya tersebut dapat
dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan
serta penerapan disiplin kerja. Pada kesempatan ini akan dikemukakan manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas / instansi kesehatan.

Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 Puskesmas perlu
dikelola dengan baik.Agar penyelenggaraan K3 Puskesmas lebih efektif, efisien dan
terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di Puskesmas, baik bagi pengelola
maupun karyawan Puskesmas.

Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya, dengan


mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak
kelalaian atau kesalahan ( malpraktek) serta mengurangi penyebaran langsung dampak
dari kesalahan kerja.Proses manajemen keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium
seperti proses manajemen umumnya adalah penerapan berbagai fungsi manajemen, yaitu
perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan. Fungsi perencanaan meliputi
perkiraan / peramalan, dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan sasaran yang akan
dicapai, menganalisa data, fakta dan informasi, merumuskan masalah serta menyusun
program. Fungsi berikutnya adalah fungsi pelaksanaan yang mencakup pengorganisasian

22
penempatan staf, pendanaan serta implemen- tasi program.Fungsi terakhir ialah fungsi
pengawasan yang meliputi penataan dan evaluasi hasil kegiatan serta pengendalian.

23
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai
mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada
pelayanan kesehatan diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan. Penjaminan mutu pelayanan
kesehatan dapat diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen kendali mutu. Salah
satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check,
Action) yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous improvement)
atau kaizen mutu pelayanan kesehatan.
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan mengidentifikasikannya
dalam tiga kegiatan:
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan
produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan
antara kinerja aktual dan tujuan.
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu
pada upaya peningkatan mutu

Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan pada saat yang tepat oleh
mereka yang bertanggungjawab melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali hal-hal yang
berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin dapat
mempebaikinya.
Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting. Definisikan secara
operasional masalah yang dipilih, misalnya,bagaimana staf mengetahui bahwa
hal yang diidentifikasi merupakan masalah?Bagaimana staf mengetahui bahwa
masalah sudah terpecahkan, dengan caramenentukan kriteria keberhasilan
pemecahan masalah.
Langkah 2 : Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek.

24
Tentukan di mana dan kapan masalah muncul. Pahami proses terjadinya
masalah.
Langkah 3 :Tentukan sebab masalah yang pokok
Tentukan faktor-faktor yang menimbulkan masalah dan keterkaitannya
denganmasalah.Gunakan metode untuk mengetes hipotesis tentang sebab-
sebab yang mungkin menimbulkan masalah tersebut.Kumpulkan data untuk
mengetes hipotesis dan untuk menentukan faktor penyebab yang paling
dominan.
Langkah 4 :Identifikasi semua solusi yang mungkin. Berfikirlah secara kreatif untuk
menangani sebab-sebab masalah yang mungkin dapat diatasi.
Langkah 5 : Pilih solusi yang dapat dilaksanakan.
Analisalah cara-cara pemecahan masalah yang mungkin dilaksanakan, dikaji
dari aspek kriteria keberhasilan memecahkan masalah, biaya yang diperlukan,
kemungkinan solusi dapat dilaksanakannya, atau kriteria lainnya.
Langkah 6 : Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan PDCA

Ada empat langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif, yaitu:


a. Merencanakan (PLANN) : Sebelum dilaksanakan solusi, perlu ditentukan tujuan
dan apa kriteria keberhasilan. Pimpinan harus memutuskan “siapa, apa, dimana, dan
bagaimana” solusi akan dilaksanakan. Pada tahap ini, diperlukan penjelasan tentang
berbagai asumsi, dan dipikirkan tentang kemungkinan adanya penolakan dari pihak yang
dijadikan sasaran.Di sini harus sudah diputuskan tentang data yang harus dikumulkan
untuk memantau keberhasilan pelaksanaan solusi masalah.
b. Pelaksanaan (DO) : Melaksanakan solusi sering melibatkan pelatihan, termasuk
proses pengumpulan data/informasi untuk memantau perubahan yang terjadi, dan
mengamati tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan solusi. Amati bagamana solusi
tersebut dilaksanakan.Buat catatan tentang segala sesuatu yang dianggap menyimpang
dari kesepakatan.Setiap masalah atau kesalahan yang muncul dalamproses ini harus
diartikan sebagai kesempatan untuk membuat perbaikan.
c. Cek (CHECK) : Amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa yang
diperoleh dari tindakan yang sudah dilakukan.
d. Bertindak (ACTION) : Ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan pelajaran yang
diperoleh dari tindakan yang sudah diambil:”Lanjutkan proses solusi, atau hentikan, atau
ulang kembali tindakan dari awal dengan tujuan melakukan modifikasi”.

25
Di Puskesmas Baros kegiatan akreditasi dimulai dari penyusunan dokumen berupa
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Kebijakan, implemenasi dokumen sampai
dilaksanakan audit internal, audit eksternal, tinjauan manajemen dan self assessment untuk
pengendalian mutu pelayanan.

Adapun jadwal terlampir:

JADWAL KEGIATAN AUDIT INTERNAL PUSKESMAS BAROS

KEGIATAN WAKTU KETERANGAN


NO

26
BAB IX.
PENUTUP
Pelayanan kesehatan bermutu berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien. ,
Dimensi mutu tersebut menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayanan
kesehatan,maupun penyelenggara pelayanan kesehatan, .
Kepuasan pasien merupakan salah satu indiktor kualitas pelayanan. Dan banyaknya
kunjungan pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan kesehatan .
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga pelayanan.
Namun ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah, sebaran,
mutu dan kualifikasi, sistem pengembangan karir, dan kesejahteraan tenaga pelaksana
pelayanan. Permasalahan yang muncul menimbulkan persepsi rendahnya kualitas
pelayanan, yang berawal dari kesenjangan antara aturan dan standar yang ada dengan
pelaksanaan pelayanan yg tidak bisa menyesuaikan
Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yg aman dan bermutu,
managemen resiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam
pengelolaan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Pedoman ini menyampaikan hasil kajian ketenagaan sarana dan pengendalian mutu
pelayanan puskesmas, agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara
optimal perlu dikelola dg baik, baik kinerja pelayanan proses pelayanan
maupun sumberdaya yg digunakan.

27

Anda mungkin juga menyukai