PUSKESMAS BAROS
0
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………..2
B. Tujuan Pedoman ……………………………………..2
C. Ruang Lingkup Pelayanan …………………………………….3
D. Batasan Operasional …………………………………..3
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ……………………………………7
B. Distribusi Ketenagaan ……………………………………9
C. Jadual Kegiatan, ………………………
10
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
………………………………….11
B. Standar Fasilitas
………………………………….11
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN……………………………14
BAB V LOGISTIK ………………………………..….15
BAB VI KESELAMATAN PASIEN…………………………………..18
BAB VII KESELAMATAN KERJA……………………………………20
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU…………………………………...21
BAB IX PENUTUP …………………………………...24
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di Indonesia.
Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan
status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem
pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan mayarakat
Pelayanan kesehatan bermutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien
menjadi strategi utama bagi organisasi pelayanan kesehatan di Indonesia, agar tetap eksis di
tengah persaingan global yang semakin kuat. Salah satu strategi yang paling tepat dalam
mengantisipasi adanya persaingan terbuka adalah melalui pendekatan mutu paripurna yang
berorientasi pada proses pelayanan yang bermutu, dan hasil pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan keinginan pelanggan atau pasien .
Bahwa dimensi mutu tersebut menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayanan
kesehatan,maupun penyelenggara pelayanan kesehatan, .
Kepuasan pasien merupakan salah satu indiktor kualitas pelayanan. Dan banyaknya
kunjungan pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan
kepuasan pelanggan yang diperoleh berdasar pengalaman sebelumnya.
Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal organisasi Puskesmas yauit
berupa penilaian Kinerja Puskesmas mencakup Managemen Sumber Daya Tenaga, alat, obat
keuangan dan system informasi managemen Puskesmas.
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan managemen resiko
dilaksanakan secara berkesinambungan , maka perlu dilaksanakan penilaian oleh pihak eksternal
dngan menggunakan standar yang telah ditetapkan melalui mekanisme akreditasi
Akreditasi Puskesmas adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada
Puskesmas, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan. Adapun tujuan akreditasi
Puskesmas adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan promotif, preventif dan
upaya pelayanan klinis dasar, sehingga kebutuhkan masyarakat Indonesia tentang
kesehatan terpenuhi.
B. TUJUAN PEDOMAN:
Tersedianya pedoman bagi Kepala Puskesmas ,penanggung jawab dan pelaksana
pelayanan Puskesmas, dalam melakukan pelayanan di Puskesmas. Sehingga pelayanan
2
dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana serta memperolah hasil sesuai dengan yang
diharapkan
3
Yang dimaksud dengan Pelayanan kesehatan perseorangan adalah pelayanan yang
ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan
keluarga.
Sedangkan Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat
4
Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan kesehatan yg dilaksanakan diluar
gedung berupa pendekatan promotif, preventif. Yang meliputi kegiatan Upaya Program
5
5. Upaya Program Perbaikan Gizi
Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program pokok Puskesmas
yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan
Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY),
Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan
dan masyarakat
Kegiatan Upaya Program dilaksanakan mulai dari perencanaan Program, pelaksanaan
dan evaluasi (Plan: rencana; Do: Melaksanakan; Chek/Study: Analisa hasil; Action:
Perubahan/perbaikan)
E. LANDASAN HUKUM:
1. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
6
BAB II.
STANDAR KETENAGAAN
7
DATA KETENAGAAN PUSKESMAS BAROS
8
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN. PUSKESMAS BAROS
NO Puskesmas
Jenis Tenaga Wajib Yang ada
1 Dokter Umum 1 2
2 Dokter Gigi 1 1
3 Apoteker 0 1
5 Perawat (S1-Ners) 0 1
6 Tenaga Promkes 1 1
7 Epidemioligis (DIV) 1 -
8 Bidan (DIII)/DIV 4 21
9 Bidan D1 9
10 Perawat (DIII) 6 5
11 Sanitarian (DIII) 1 1
14 Asisten Apoteker 1 1
Ka TU 1
Staf administrasi 3
9
6 Imunisasi Catin Senin s/d Sabtu
7 MTBS Senin s/d Sabtu
10
BAB III.
STANDAR FASILITAS
TOILET TOILET
KARYAWAN UMUM
RUANG
RUANG GIGI
AKUPRESURE
RUANG KIA
RUANG KAPUS/
SEKRETARIAT
RUANG BP / UMUM
RUANG
AKREDITASI
RUANG
RUANG
AKREDITASI
MTBS
RUANG
LAHAN PARKIR
RUANG OBAT
PEGAWAI
PENDAFTARAN
LAHAN PARKIR
PASIEN
GUDANG RUANG UGD
PERALATAN
LAHAN PARKIR
AMBULAN
LAHAN PARKIR
MOBIL TAMAN 11 RUANG
HIJAU PONED /
BERSALIN
PINTU PINTU
UPTD
MASUK MASUK
PUSKESMAS
UTAMA BAROS UTAMA
12
B. Standar Fasilitas
Surat keputusan Menkes Nomor Nomor 128/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas memiliki fungsi sebagai
pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama meliputi pelayanan
kesehatan perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public
goods). Terlihat bahwa puskesmas dan jaringannya merupakan ujung tombak dinas
kesehatan dalam upaya mewujudkan target SPM kesehatan di kabupaten/kota.
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:
13
Fasilitas pelayanan yang ada di Puskesmas Baros meliputi :
2. Pengobatan
4. Fasilitas Pemeriksaan IVA oleh tenaga terlatih dan Klinik IMS yang merupakan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas yang bersifat upaya inovasi, yakni
upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan
kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam
rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
14
mengambil nomor urut pendaftaran, agar pelayanan menjadi teratur sesuai dengan nomer
urut yang diperoleh.
15
BAB V
LOGISTIK
Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuan atau seni serta
proses mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat kesehatan.Tujuan dari manajemen
logistik adalah tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah
maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien. Dengan demikian manajemen logistik
dapat dipahami sebagai proses penggerakkan dan pemberdayaan semua sumber daya
yang dimiliki dan atau potensial untuk dimanfaatkan, untuk operasional, secara efektif dan
efisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah pengelolaan logistik sudah memadai adalah
dengan menilai apakah sering terjadi keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak
tersedia, berapa kali frekuensinya, berapa banyak persediaan yang menganggur (idle
stock) dan berapa lama hal itu terjadi. Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak
atau tidak dapat dipakai lagi.
16
B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan (dapat
berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang terbaru),
sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran untuk pengadaaan bahan logistik tersebut.
C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Gudang Farmasi Kabupaten
berdasarkan usulan kebutuhan obat dari Puskesmas.
D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang
sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus dicek
kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan
barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK) atau purchase
order (PO).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau, noda dan
sebagainya yang mengindikasikan tingkat kualitas bahan.
3. Kesesuaian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan (BAP)
barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada beberapa jenis
barang logistik, yang biasanya tidak langsung disimpan digudang, akan tetapi diterimakan
langsung kepada pengguna. Yang penting adalah bahwa mekanisme ini harus diatur
sedemikian rupa sehingga tercipta internal check (saling uji secara otomatis) yang
memadai, yang ditetapkan oleh yang berwenang (Pimpinan).
Ada beberapa teori tentang pengendalian persediaan logistik, namun dalam penerapannya
harus hati-hati. Misalnya saja untuk menerapkan teori pengendalian persediaan ada
beberapa syarat, antara lain:
17
5. Membudayakan pelaksanaan kerja yang tertib dan sehat
6. Reward dan punishment system yang konsisten dan konsekuen
7. Tersedia gudang dan pengelolaan yang memadai
8. Anggaran yang cukup.
Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama (durasi) waktu
penyediaan sejak pesanan diterima rekanan/supplier sampai barang diterima oleh
Puskesmas (ini disebut Lead Time) dan berapa kebutuhan barang selama periode tersebut.
Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out). Khusus di puskesmas
seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO), mana yang mempunyai
mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus dikeluarkan terlebih dahulu, tidak
tergantung kapan diterimanya digudang.
E. Pendistribusian
Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus ditetapkan
prosedur yang baku pendistribusian bahan logistik,meliputi :
1. Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab mengenai kebenaran dan kewajaran
permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun penyerahannya. Hal
ini sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau pengeluaran yang tidak perlu.
2. Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab menyetujui permintaan dan
pengeluaran barang dari gudang.
F. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab bendahara barang atas bahan
atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku,
penghapusan barang diperlukan karena :
18
2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan harus
disetor ke kas Negara.
19
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Solusi: Mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Misal :
*) Pasien menerima obat yang sebenarnya kontra indikasi tetapi tdk timbul reakasi.
**) Obat dengan lethal overdosis akan diberikan tetapi diketahui staf lain
dan membatalkannya sebelum obat dikonsumsi pasien.
***)Obat dengan lethal overdosis diberikan tetapi diketahui secara dini dan diberikan
antidotum-nya
BAB VII
21
KESELAMATAN KERJA
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 Puskesmas perlu
dikelola dengan baik.Agar penyelenggaraan K3 Puskesmas lebih efektif, efisien dan
terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di Puskesmas, baik bagi pengelola
maupun karyawan Puskesmas.
22
penempatan staf, pendanaan serta implemen- tasi program.Fungsi terakhir ialah fungsi
pengawasan yang meliputi penataan dan evaluasi hasil kegiatan serta pengendalian.
23
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan pada saat yang tepat oleh
mereka yang bertanggungjawab melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali hal-hal yang
berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin dapat
mempebaikinya.
Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting. Definisikan secara
operasional masalah yang dipilih, misalnya,bagaimana staf mengetahui bahwa
hal yang diidentifikasi merupakan masalah?Bagaimana staf mengetahui bahwa
masalah sudah terpecahkan, dengan caramenentukan kriteria keberhasilan
pemecahan masalah.
Langkah 2 : Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek.
24
Tentukan di mana dan kapan masalah muncul. Pahami proses terjadinya
masalah.
Langkah 3 :Tentukan sebab masalah yang pokok
Tentukan faktor-faktor yang menimbulkan masalah dan keterkaitannya
denganmasalah.Gunakan metode untuk mengetes hipotesis tentang sebab-
sebab yang mungkin menimbulkan masalah tersebut.Kumpulkan data untuk
mengetes hipotesis dan untuk menentukan faktor penyebab yang paling
dominan.
Langkah 4 :Identifikasi semua solusi yang mungkin. Berfikirlah secara kreatif untuk
menangani sebab-sebab masalah yang mungkin dapat diatasi.
Langkah 5 : Pilih solusi yang dapat dilaksanakan.
Analisalah cara-cara pemecahan masalah yang mungkin dilaksanakan, dikaji
dari aspek kriteria keberhasilan memecahkan masalah, biaya yang diperlukan,
kemungkinan solusi dapat dilaksanakannya, atau kriteria lainnya.
Langkah 6 : Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan PDCA
25
Di Puskesmas Baros kegiatan akreditasi dimulai dari penyusunan dokumen berupa
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Kebijakan, implemenasi dokumen sampai
dilaksanakan audit internal, audit eksternal, tinjauan manajemen dan self assessment untuk
pengendalian mutu pelayanan.
26
BAB IX.
PENUTUP
Pelayanan kesehatan bermutu berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien. ,
Dimensi mutu tersebut menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayanan
kesehatan,maupun penyelenggara pelayanan kesehatan, .
Kepuasan pasien merupakan salah satu indiktor kualitas pelayanan. Dan banyaknya
kunjungan pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan kesehatan .
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga pelayanan.
Namun ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah, sebaran,
mutu dan kualifikasi, sistem pengembangan karir, dan kesejahteraan tenaga pelaksana
pelayanan. Permasalahan yang muncul menimbulkan persepsi rendahnya kualitas
pelayanan, yang berawal dari kesenjangan antara aturan dan standar yang ada dengan
pelaksanaan pelayanan yg tidak bisa menyesuaikan
Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yg aman dan bermutu,
managemen resiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam
pengelolaan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Pedoman ini menyampaikan hasil kajian ketenagaan sarana dan pengendalian mutu
pelayanan puskesmas, agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara
optimal perlu dikelola dg baik, baik kinerja pelayanan proses pelayanan
maupun sumberdaya yg digunakan.
27