A. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional dan Kepribadian
Perkembangan berlangsung seumur hidup setiap individu memiliki kecepata dan kualitas perkembangan yang berbeda. Perkembangan berlangsung secara berangsur- angsur sedikit demi sedikit dan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju yang lebih khusus. Dalam penyeseuai diri terhadap lingkungan, remaja mulai memperhatikan berbagai nilai dan norma pergaulan yang berbeda dengan norma yang berlaku dikeluarganya. Ia mulai memahami nilai dan norma pergaulan dalam kelompok remaja, kelompok, anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Kehidupan sosial pada jenjang usia remaja biasanya ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional, mereka dapat mengalami sikap hubungan social yang tertutup ataupun bersifat terbuka seiring berjalannya waktu. Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badsi dan tekanan”, suatu masa dimana ketengangan emosi meninggi sebagai sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan social dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan- keadaan itu. Pandangan Erik Erikson (1950,1968) teori Erikson telah diperkenalkan ditahap kelima perkembangan remaja, tahap yang dialami individu dimasa remaja yaitu tahap identitas versus kebingungan identitas (identity versus confusion). Menurut Erikson, dimasa ini remaja harus memutuskan siapakah dirinya, bagaimanakah dirinya, tujuan apakah yang hendak diraihnya. Pencarian identitas yang berlangsung dimasa remaja ini juga disertai oleh berlangsungnya moratorium psikososial (psychosicial moratorium), istilah yang digunakan oleh Erikson untuk merujuk pada kesenjangan antara keamanan kanak-kanak dan otonomi orang dewasa. Pada periode ini remaja bereksperimen dengan berbagai peran dan kepribadian. Pada suatu waktu mereka ingin mengejar sebuah karier (sebagai contoh menjadi seorang pengacara) dan karier dilain waktunya (dokter, actor, guru, pengusaha dll). Remaja yang berhasil mengatasi konflik identitas akan tumbuh dengan penghayatan mengenal diri sendiri dan dapat diterima. Remaja yang tidak berhasil mengatasi krisis identitas akan mengalami apa yang disebut Erikson sebagai kebingungan identitas. Kebingungan ini dapat berdampak ke dalam dua bentuk: menarik diri, mengisolasi diri dari kawan sebaya dan keluarga, atau mereka meleburkan diri kedalam dunia kawan sebaya dan kehilangan identitasnya ditengah crowd-nya. Menurut MARCIA, status individu dalam perkembangan identitasnya dapat dibagi menjadi empat status yaitu ; 1) Difusi Identias (identity diffusion) status yang belum pernah mengalami krisis ataupun membuat komitmen apapun. Remaja belum mempunyai pengalaman dalam suatu krisis, tetapi telah menunjukkan sedikit perhatian atau komitmen terhadap pilihan pekerjaan, agama, politik, dan peran gender. 2) Penyitaan Identitas (identity foreclosure) status individu yang telah membuat komitmen namun tidak pernah mengalami krisis. Identitas ini sering kali terjadi jika orang tua menurunkan komitmen pada remajanya, biasanya secara otoriter, sebelum remaja tersebut memiliki kesempatan untuk mengekplorasi berbagai pendekatan, ideologis, dan pekerjaannya sendiri. 3) Moratorium Identitas (identity moratorium) adalah status individu yang berada dipertengahan krisis namun yang komitmennya tidak ada atau hanya didefinisikan secara kabur. Beberapa orang yang berada dalam status moratorium mengalami krisis yang berkelanjutan, sehingga mereka mengalami kebingungan, tidak stabil, dan tidsk puas. Individu dengan status moratorium juga menghindari berhadapan dengan masalah, dan mereka memiliki kecendrungan untuk menunda sampai situasi memaksa sebuah tindakan harus dilakukan. 4) Pencapaian Identitas (identity achievement) adalah status individu yang telah mengalami krisis dan membuat komitmen. Pada status ini mereka telah menyelesaikan krisis identitas mereka secara berhatai-hati mengevaluasi sejumlah alternatif dan pilihan, dan telah menyimpulkan untuk memutuskan sendiri setiap pilihan yang akan dilakukan.
B. Remaja yang Beranjak Dewasa
Konsesus yang berkembangan adalah bahwa kunci perubahan dalam identitas terjadi ketika remaja beranjak deasa (usia 18 hingga 25 tahun) atau selanjutnya, dan bukan dimasa remaja (Cote, 2009; Juang & Syed, 2010; Kroger, 2007; Luycky dkk, 2008). Sebagai contoh Alan Waterman (1985, 1999) menemukan bahwa sejak tahun-tahun pertama sekolah menengah atas hingga tahun terakhir masa kuliah, jumlah individu yang tergolong pencapaian identitas meningkat, sedangkan individu yang tergolong difusi identitas menurun. Jadi, mahasiswa tingkat atas cenderung tergolong mencapai identitas dibandingkan mahasiswa tingkat baru atau siswa sekolah menengah atas. Sebaliknya, masih banyak anak remaja yang termasuk difusi identitas . perekmbangan mental ini terutama berlaku untuk pilihan vokasional. Dalam hal keyakinan/religiusitas dan ideoligi politik,lebih sedikit mahasiswa yang telah mencapai status pencapaian identitas; sebagian besar masih dicirikan dengan penyitaan dan difusi. Jadi, waktu perkembangan identitas tergantung pada dimensi-dimensi yang terkait. Meta-analisis terbaru terhadap 124 penelitian mengungkapkan bahwa status moratorium identitas berkembang secara stabil hingga usia 19 tahun dan kemudian menurun; pencaoaian identitas berkembang selama masa remaja akhir dan dewas awal; status penitaan dan difusi menurun selama masa sekolah menengah namun berfluktuasi dimasa remaja akhir dan masa dewasa awal (Kroger, Martinussen, & Marcia, 2010). Sebagaian besar individu masih belum mencapai identitasnya ketika awal dewasa.
C. Profil Perkembangan dan Pola Pertumbuhan
1. Pertumbuhan dan ciri-ciri fisik Tinggi badan dan berat badan bervariasi secara signifikan dari satu anak ke anak lain; bentuk tubuh dan proporsi dipengaruhi oleh factor keturunan dan lingkungan pada akhir fase ini tinggi badan adalah tiga kali lipat dari panjang lahir. Anak perempuan lebih dahulu mengalami pertumbuhan pesat awal pubertas, tumbuh lebih tinggi danberat badannya melebihi anak laki-laki pada tahap ini; bias bertambah tingginya sampai 3,5 inci (8,75 cm) dan naik berat badannya sampai 20 pon (9,07 kg) dalam satu tahun; periode tumbuh pesat ini berakhir sekitar umur dua belas tahun untuk anak perempuan; pertumbuhan anak laki- laki lebih lambat (Kaplowitz, Slora, Wasserman, Pedlow, Herman-Giddens, 2001). Perubahan badan menandai datangnya pubertas; pinggul yang melebar dan payudara yang menonjol (anak perempuan), membesarnya testis dan penis (anak laki-laki), munculnya rambut kemaluan. Menstruasi bisa mulai datang, beberapa anak mengeluarkan cairan dari vagina lebih awal, bisa kesal apabila tidak tumbuh secepat anak lain. Ereksi spontan biasa terjadi pada anak laki-laki usia 11 dan 12 tahun, gambar, kegiatan fisik, obrolan, dan lamunan dapat menjadi pemicu kejadian ini beberapa anak mulai mengeluarkan cairan air mani. Masa otot dan kekuatan meningkat terutama pada anak laki-laki; anak perempuan sering mencapai kekuatan otot secara maksimal pada usia 12 tahun. Pstus tubuh semakin tegak; bertambah ukuran dan panjang tulang menyebabkan bahu, tulang belikat, tulang rusuk, dan tulang bahu kelihatan lebih menonjol. Keluhan pusing dan penglihatan yang buram bukan hal yang aneh bila mengalami masalah penglihatan; beban yang semakin berat dari tugas sekolah (tulisan yang kecil, pemakaina computer, menulis secara terus menerus) bisa menyebabkan beberapa anak harus memeriksakan matanya. 2. Perkembangan motoric Melakukan gerakan yang lebih halus dan lebih terkoordinasi; namun pertumbuhan pesat yang secara cepat dapat menyebabkan kecerobohan yang bersifat sementara. Senang berpatisispasi dalam suatu kegiatan, seperti menari, karate, sepak bola, senam, berenang, atau permainan yang terorganisir dimana keterampilan yang semakin baik bisa ditunjukkan dan diuji. Berkonsebtrasi dalam melakukan usaha untuk meningkatkan kemampuan motoric halus melalui berbagai aktivitas; membangun sesuatu dalam ukuran minim, merakit roket, menggmabr, melakukan pekerjaan tangan dengan bahan kayu, memasak, menjait, menghasilkan karya seni dan melakukan prakarya, menulis surat, atau bermain alat music; pada tahap ini keterampilan motorik kasarnya telah sempurna. Perlu menyalurkan energy yang berlebihan dan terbentuk selama disekolah; menyukai olahraga beregu, bersepeda, bermain ditaman, kursus menari, berjalan-jalan bersama teman. Mempunyai energy yang berlimpah tetapi juga cepat lelah. Menggunakan kekuatan yang semakin besar untuk berlari lebih cepat, melompat lebih tinggi, menendang atau memukul bola lebih akurat, dan bergulat dengan teman. 3. Perkembangan konseptual-kognitif Mulai berfikir dengan cara lebih abstrak; kemampuan memori yang lebih panjang memampukan anak untuk dapat mengingat kemali hal yang sudah lam terjadi dengan lebih baik; sekarang mampu mengingat informasi yang disimpan, sehinggan tidak lagi harus bergantung hanya pada suatu peristiwa untuk memahami sesuatu. Berhasil mengurutkan, mengatur dan mengelompokkan karena kapasistas memori jangka panjang yang lebih baik; keterampilan ini dibutuhkan untuk memecahkan masalah matematis yang rumit. Menerima pemikiran bahwa masalah bisa diselesaikan dengan lebih dari satu solusi, sering memecahkan masalah dengan berbicara keras kepada dirinya sendiri. Menyukai tantangan, pemecahan masalah, penelitian, dan pengujian terhadap solusi yang memungkinkan; mencari informasi di ensiklopedia, internet dan kamus. 4. Perkembangan berbicara dan berbahasa Menyelesaikan sebagian besar perkembangan bahasa pada akhir fase ini; hanya sedikit perbaikan masih diperlukan selama beberapa tahun mendatang. Senang berbicara dan beragementasi, sering tidak berhenti, dengan siapapun yang mau mendengarkan . Menggunakan struktur bahasa yang lebih panjang dan kompleks. Menjadi pendengar yang suka berfikir. 5. Perkembangan personal-sosial Senang mengorganisir permainan keompok tetapi bisa mengubah aturan ketika permainan sedang berlangsung. Melihat image diri sanagt penting; biasanya mendefinisikan diri sendiri dari penampilannya, barang miliknya, atau kegiatannya; bisa juga membandingkan dengan orang dewasa yang di kaguminya (urberg, 1992). Meniru pakaian, gaya rambut, dan sikap dari tokoh olahraga dan selebritis yang popular.