Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional dan Kepribadian


Perkembangan berlangsung seumur hidup setiap individu memiliki kecepata dan
kualitas perkembangan yang berbeda. Perkembangan berlangsung secara berangsur-
angsur sedikit demi sedikit dan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju
yang lebih khusus.
Dalam penyeseuai diri terhadap lingkungan, remaja mulai memperhatikan berbagai
nilai dan norma pergaulan yang berbeda dengan norma yang berlaku dikeluarganya. Ia
mulai memahami nilai dan norma pergaulan dalam kelompok remaja, kelompok, anak,
kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Kehidupan sosial pada jenjang usia remaja
biasanya ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional, mereka dapat
mengalami sikap hubungan social yang tertutup ataupun bersifat terbuka seiring
berjalannya waktu. Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badsi dan
tekanan”, suatu masa dimana ketengangan emosi meninggi sebagai sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan
perempuan berada dibawah tekanan social dan menghadapi kondisi baru, sedangkan
selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-
keadaan itu.
Pandangan Erik Erikson (1950,1968) teori Erikson telah diperkenalkan ditahap kelima
perkembangan remaja, tahap yang dialami individu dimasa remaja yaitu tahap identitas
versus kebingungan identitas (identity versus confusion). Menurut Erikson, dimasa ini
remaja harus memutuskan siapakah dirinya, bagaimanakah dirinya, tujuan apakah yang
hendak diraihnya. Pencarian identitas yang berlangsung dimasa remaja ini juga disertai
oleh berlangsungnya moratorium psikososial (psychosicial moratorium), istilah yang
digunakan oleh Erikson untuk merujuk pada kesenjangan antara keamanan kanak-kanak
dan otonomi orang dewasa. Pada periode ini remaja bereksperimen dengan berbagai
peran dan kepribadian. Pada suatu waktu mereka ingin mengejar sebuah karier (sebagai
contoh menjadi seorang pengacara) dan karier dilain waktunya (dokter, actor, guru,
pengusaha dll). Remaja yang berhasil mengatasi konflik identitas akan tumbuh dengan
penghayatan mengenal diri sendiri dan dapat diterima. Remaja yang tidak berhasil
mengatasi krisis identitas akan mengalami apa yang disebut Erikson sebagai kebingungan
identitas. Kebingungan ini dapat berdampak ke dalam dua bentuk: menarik diri,
mengisolasi diri dari kawan sebaya dan keluarga, atau mereka meleburkan diri kedalam
dunia kawan sebaya dan kehilangan identitasnya ditengah crowd-nya. Menurut
MARCIA, status individu dalam perkembangan identitasnya dapat dibagi menjadi empat
status yaitu ;
1) Difusi Identias (identity diffusion) status yang belum pernah mengalami krisis
ataupun membuat komitmen apapun. Remaja belum mempunyai pengalaman
dalam suatu krisis, tetapi telah menunjukkan sedikit perhatian atau komitmen
terhadap pilihan pekerjaan, agama, politik, dan peran gender.
2) Penyitaan Identitas (identity foreclosure) status individu yang telah membuat
komitmen namun tidak pernah mengalami krisis. Identitas ini sering kali terjadi
jika orang tua menurunkan komitmen pada remajanya, biasanya secara otoriter,
sebelum remaja tersebut memiliki kesempatan untuk mengekplorasi berbagai
pendekatan, ideologis, dan pekerjaannya sendiri.
3) Moratorium Identitas (identity moratorium) adalah status individu yang berada
dipertengahan krisis namun yang komitmennya tidak ada atau hanya
didefinisikan secara kabur. Beberapa orang yang berada dalam status
moratorium mengalami krisis yang berkelanjutan, sehingga mereka mengalami
kebingungan, tidak stabil, dan tidsk puas. Individu dengan status moratorium
juga menghindari berhadapan dengan masalah, dan mereka memiliki
kecendrungan untuk menunda sampai situasi memaksa sebuah tindakan harus
dilakukan.
4) Pencapaian Identitas (identity achievement) adalah status individu yang telah
mengalami krisis dan membuat komitmen. Pada status ini mereka telah
menyelesaikan krisis identitas mereka secara berhatai-hati mengevaluasi
sejumlah alternatif dan pilihan, dan telah menyimpulkan untuk memutuskan
sendiri setiap pilihan yang akan dilakukan.

B. Remaja yang Beranjak Dewasa


Konsesus yang berkembangan adalah bahwa kunci perubahan dalam identitas terjadi
ketika remaja beranjak deasa (usia 18 hingga 25 tahun) atau selanjutnya, dan bukan
dimasa remaja (Cote, 2009; Juang & Syed, 2010; Kroger, 2007; Luycky dkk, 2008).
Sebagai contoh Alan Waterman (1985, 1999) menemukan bahwa sejak tahun-tahun
pertama sekolah menengah atas hingga tahun terakhir masa kuliah, jumlah individu yang
tergolong pencapaian identitas meningkat, sedangkan individu yang tergolong difusi
identitas menurun. Jadi, mahasiswa tingkat atas cenderung tergolong mencapai identitas
dibandingkan mahasiswa tingkat baru atau siswa sekolah menengah atas. Sebaliknya,
masih banyak anak remaja yang termasuk difusi identitas . perekmbangan mental ini
terutama berlaku untuk pilihan vokasional. Dalam hal keyakinan/religiusitas dan ideoligi
politik,lebih sedikit mahasiswa yang telah mencapai status pencapaian identitas; sebagian
besar masih dicirikan dengan penyitaan dan difusi. Jadi, waktu perkembangan identitas
tergantung pada dimensi-dimensi yang terkait.
Meta-analisis terbaru terhadap 124 penelitian mengungkapkan bahwa status
moratorium identitas berkembang secara stabil hingga usia 19 tahun dan kemudian
menurun; pencaoaian identitas berkembang selama masa remaja akhir dan dewas awal;
status penitaan dan difusi menurun selama masa sekolah menengah namun berfluktuasi
dimasa remaja akhir dan masa dewasa awal (Kroger, Martinussen, & Marcia, 2010).
Sebagaian besar individu masih belum mencapai identitasnya ketika awal dewasa.

C. Profil Perkembangan dan Pola Pertumbuhan


1. Pertumbuhan dan ciri-ciri fisik
 Tinggi badan dan berat badan bervariasi secara signifikan dari satu anak ke
anak lain; bentuk tubuh dan proporsi dipengaruhi oleh factor keturunan dan
lingkungan pada akhir fase ini tinggi badan adalah tiga kali lipat dari panjang
lahir.
 Anak perempuan lebih dahulu mengalami pertumbuhan pesat awal pubertas,
tumbuh lebih tinggi danberat badannya melebihi anak laki-laki pada tahap ini;
bias bertambah tingginya sampai 3,5 inci (8,75 cm) dan naik berat badannya
sampai 20 pon (9,07 kg) dalam satu tahun; periode tumbuh pesat ini berakhir
sekitar umur dua belas tahun untuk anak perempuan; pertumbuhan anak laki-
laki lebih lambat (Kaplowitz, Slora, Wasserman, Pedlow, Herman-Giddens,
2001).
 Perubahan badan menandai datangnya pubertas; pinggul yang melebar dan
payudara yang menonjol (anak perempuan), membesarnya testis dan penis
(anak laki-laki), munculnya rambut kemaluan.
 Menstruasi bisa mulai datang, beberapa anak mengeluarkan cairan dari vagina
lebih awal, bisa kesal apabila tidak tumbuh secepat anak lain.
 Ereksi spontan biasa terjadi pada anak laki-laki usia 11 dan 12 tahun, gambar,
kegiatan fisik, obrolan, dan lamunan dapat menjadi pemicu kejadian ini
beberapa anak mulai mengeluarkan cairan air mani.
 Masa otot dan kekuatan meningkat terutama pada anak laki-laki; anak
perempuan sering mencapai kekuatan otot secara maksimal pada usia 12 tahun.
 Pstus tubuh semakin tegak; bertambah ukuran dan panjang tulang
menyebabkan bahu, tulang belikat, tulang rusuk, dan tulang bahu kelihatan
lebih menonjol.
 Keluhan pusing dan penglihatan yang buram bukan hal yang aneh bila
mengalami masalah penglihatan; beban yang semakin berat dari tugas sekolah
(tulisan yang kecil, pemakaina computer, menulis secara terus menerus) bisa
menyebabkan beberapa anak harus memeriksakan matanya.
2. Perkembangan motoric
 Melakukan gerakan yang lebih halus dan lebih terkoordinasi; namun
pertumbuhan pesat yang secara cepat dapat menyebabkan kecerobohan yang
bersifat sementara.
 Senang berpatisispasi dalam suatu kegiatan, seperti menari, karate, sepak bola,
senam, berenang, atau permainan yang terorganisir dimana keterampilan yang
semakin baik bisa ditunjukkan dan diuji.
 Berkonsebtrasi dalam melakukan usaha untuk meningkatkan kemampuan
motoric halus melalui berbagai aktivitas; membangun sesuatu dalam ukuran
minim, merakit roket, menggmabr, melakukan pekerjaan tangan dengan bahan
kayu, memasak, menjait, menghasilkan karya seni dan melakukan prakarya,
menulis surat, atau bermain alat music; pada tahap ini keterampilan motorik
kasarnya telah sempurna.
 Perlu menyalurkan energy yang berlebihan dan terbentuk selama disekolah;
menyukai olahraga beregu, bersepeda, bermain ditaman, kursus menari,
berjalan-jalan bersama teman.
 Mempunyai energy yang berlimpah tetapi juga cepat lelah.
 Menggunakan kekuatan yang semakin besar untuk berlari lebih cepat,
melompat lebih tinggi, menendang atau memukul bola lebih akurat, dan
bergulat dengan teman.
3. Perkembangan konseptual-kognitif
 Mulai berfikir dengan cara lebih abstrak; kemampuan memori yang lebih
panjang memampukan anak untuk dapat mengingat kemali hal yang sudah lam
terjadi dengan lebih baik; sekarang mampu mengingat informasi yang disimpan,
sehinggan tidak lagi harus bergantung hanya pada suatu peristiwa untuk
memahami sesuatu.
 Berhasil mengurutkan, mengatur dan mengelompokkan karena kapasistas
memori jangka panjang yang lebih baik; keterampilan ini dibutuhkan untuk
memecahkan masalah matematis yang rumit.
 Menerima pemikiran bahwa masalah bisa diselesaikan dengan lebih dari satu
solusi, sering memecahkan masalah dengan berbicara keras kepada dirinya
sendiri.
 Menyukai tantangan, pemecahan masalah, penelitian, dan pengujian terhadap
solusi yang memungkinkan; mencari informasi di ensiklopedia, internet dan
kamus.
4. Perkembangan berbicara dan berbahasa
 Menyelesaikan sebagian besar perkembangan bahasa pada akhir fase ini; hanya
sedikit perbaikan masih diperlukan selama beberapa tahun mendatang.
 Senang berbicara dan beragementasi, sering tidak berhenti, dengan siapapun
yang mau mendengarkan .
 Menggunakan struktur bahasa yang lebih panjang dan kompleks.
 Menjadi pendengar yang suka berfikir.
5. Perkembangan personal-sosial
 Senang mengorganisir permainan keompok tetapi bisa mengubah aturan ketika
permainan sedang berlangsung.
 Melihat image diri sanagt penting; biasanya mendefinisikan diri sendiri dari
penampilannya, barang miliknya, atau kegiatannya; bisa juga membandingkan
dengan orang dewasa yang di kaguminya (urberg, 1992).
 Meniru pakaian, gaya rambut, dan sikap dari tokoh olahraga dan selebritis
yang popular.

Anda mungkin juga menyukai