Anda di halaman 1dari 5

PATOFISOLOGI TUBERCULOSIS PADA ANAK DAN DEWASA

RESUME

Resume ini disusun untuk memenuhi tugas blok 9 sistem pernafasan

Dosen Pengampu : Arianti, M.Kep., Ns., Sp., Kep.MB

DISUSUN OLEH:

Dini Aldila Aisa (20140320064)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2015/2016


Patofisiologi TBC pada Anak dan Dewasa

A. TBC pada Anak


Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara
khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit
ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita ke orang lain. Penularan TB
disebabkan oleh Myobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru-paru
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain.
Penularan kuman terjadi melalui udara. Hal ini disebabkan kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap
dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet,
ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dat tahan
berhai-hari sampai berbulan-bulan. Bila pertikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan
menempel di jalan nafas atau paru-paru. Partikel yg masuk ke alveolar ukurannya kurang
dari 5 mikro. Apabila bakteri dalam jumlah bermakna berhasil menembus mekanisme
petahanan sistem pernafasan dan berhasil menempati saluran nafas bawah, maka
penderita akan mencetuskan sistem imun dan peradangan yang kuat. Karena respon yang
hebat ini, yang terutama diperantarai oleh sel T maka hanya sekitar 5 % orang yang
terpajan basil tersebut menderita tuberkulosis aktif. Yang bersifat menular bagi orang lain
adalah mereka yang mengidap infeksi tuberkulosis aktif dan hanya terjadi pada masa
infeksi aktif.
Karena basil Myobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila sudah
mengisolasi saluran nafas bawah, maka tujuan respon imun adalah lebih untuk
mengepung dan mengisolasi basil. Respon seluler diperantarai sel T dan makrofag.
Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan jaringan fibrosa membungkus
kompleks makrofag basil tersebut. Kompleks basil, makrofag, sel T dan jaringan parut
disebut tuberkel. Tuberkel mengalami kalsifikasi dan kemudian disebut kompleks Gohn
yang dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-X thorax. Sebelum ingesti bakteri selesai,
bahan mengalami perlunakan (pengkijuan) dan dapat memperoleh akses ke trakeobronkus
dan menyebar melalui udara ke orang lain.
Bila kuman menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan berkembang biak di dalam
sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan menjadi fokus primer
dan basil tuberkulosis akan menyebar secara cepat melalui saluran getah bening menuju
kelenjar regional yang akan mengadakan reaksi eksudasi.
Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil dan reaksi imun dan
perdangan yang hebat. Edema interstitium dan pembentukan jaringan parut permanen di
alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan karbondioksida sehingga
pertukaran gas menurun. Pembentukan jaringan parut dan tuberkel juga mengurangi luas
permukaan yang tersedia untuk difusi gas sehingga kapasitas difusi paru menurun dan
penurunan compliance paru.
Fokus primer, limfangitis, dan kelejar getah bening yang regional membentuk
kompleks primer yang terjadi 2-10 minggu (6-8 minggu) setelah infeksi dan disertai
reaksi hipersentitivitas. Kompleks primer ini selanjutnya menjadi :
1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
2.sembuh dengan menimbulkan sedikit garis-garis fibrotik komplikasi dan menyebar
secara :
a. Perkontiuatum, yakni menyebar ke sekitarnya
b. secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru disebelahnya
c. secara hematogen ke organ tubuh lainnya.
Pada anak yang mengalami lesi, dalam paru dapat terjadi dimana pun terutama di
perifer dekat pleura, tetapi lebih banyak terjadi di lapang bawahparu dibanding lapangan
atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke
kalsifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen. Pada reaksi
radang dimana leukosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan memfagosit bakteri
namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe dan sirkulasi. Dalam
beberap minggu limfosit T menjadi sensitive terhadap organisme TBC dan membebaskan
limfokin yang merubah alveli yang terserang akan menjadi konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidka
ada sisa nekrosis yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan baketri terus di
fagosit atau berkembang biak dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi
lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral memeberikan gambaran yang
relatif padat pada keju yang disebut nekrosis kaseosa.
Gejala klinis yang timbul antara lain demam (subfebris kadang-kadang 40-41 C,
seperti influenza), batuk,sesak nafas jika infiltrasi sudah setengah bagian paru, nyeri dada
jika infiltrasi sudah ke pleura, malaise,anoreksia, badan kurus, sakit kepala, nyeri otot,
meriang dan keringat saat malam hari.

B. TBC pada Dewasa


Sama seperti tuberkulosis pada anak-anak, umumnya tuberkulosis pada orang dewasa
juga disebarkan melalui udara oleh Myobacterium tuberculosis. Penularan tuberculosis
paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan menjadi droplet nuclei dalam
udara. Penularan bakteri lewat udara disebut dengan airbone infection. Masuknya kuman
TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus
akan akan memfagosit kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus makrofag tidak
mampu menghancurkan kuman TB dankuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman
TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya membentuk koloni di tempat
tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut fokus primer Gohn.
Dari fokus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe
regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai kelenjar limfe ke lokasi fokus primer.
Penyebaran ini menyebabakan terjadinya inflamasi di limfe dan kelenjar limfe yang
terkena. Jika fokus primeer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang
akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika terjadi di apeks paru
makayang terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan
antara fokus primer, kelenjar limfe yang membesar (limfadenitis) dan limfe yang
meradang (limfangitis).
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks
primer secara lengkap disebut masa inkubasi TB. Setelah berminggu-minggu proses
infeksi, terjadi pertumbuhan logaritmik kuman TB sehingga jaringan tubuh yang awalnya
belum tersensitivasi terhadap tuberculin, mengalami perkembangan sensitivitas. Pada saat
terbentuknya kompleks primer inilah infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal
tersebut ditandai dengan terbentuknya hipersensitivitas tuberculoprotein, yaitu timbulnya
respon positif terhadap uji tuberculin. Selama masa inkubasi, uji tuberculin masih negatif.
Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas seluler tubuh terhadap TB telah terbentuk.
Pada sebagian individu dengan sistem imunitas yang baik, begitu sistem imun seluler
berkembang, ploriferasi kuman TB terhenti. Namun sejumlah kecil kuman TB dapat tetap
hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB yang baru
masuk ke alveoli akan segera dimusnahkan.
Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di paru-paru biasanya mengalami
resolusi sempurna dengan membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah memgalami
nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis
dan enkapsulasi, tetapi penyembuhan biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan
paru. Kuman TB dapat hidup menetap bertahun-tahun di kelenjar ini.
Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi yang disebabkan fokus paru atau
kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan
pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah
lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan
paru. Kelenjar limfe akan membesar karena proses inflamasi dan bronkus akan terganggu.
Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal dapat mengakibatkan atelektasis.
Inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan menyebabkan erosi pada dinding
bronkus sehingga menyebabkan TB endobronkial atau membentuk fistula. Massa kiju
dapat menyebabkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan gabungan
pneumonitis dan atelektasis yang sering disebut sebagai lesi segmental kolaps-
konsolidasi.
Selama masa inkubasi sebelum terbentuknya imunitas seluler dapat terjadi
penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen kuman TB menyebar ke
kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer. Sedangkan pada penyebaran
hematogen, kuman masuk kedalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Adanya penyebaran hematogen inilah yang membuat TB disebut penyakit sistemik.
Penyebaran hematogen adalah suatu fenomena yang akut yang biasanya menyebabkan
tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga
banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskular dan tersebar ke berbagai organ tubuh.
Organ yang sering dituju biasanya adalah organ dengan vaskularisasi baik seperti otak,
tulang, ginjal, dan paru, terutama lobus atas paru atau apeks paru.
DAFTAR PUSTAKA

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/retno.asti/material/patodiagklas.pdf diakses pada pukul


15:20 tanggal 4 Januari 2016.

https://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/02/tb-pada-anak.pdf diakses pada pukul 15:20


tanggal 4 Januari 2016.

Anda mungkin juga menyukai