Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita ke orang lain. Penularan TB disebabkan oleh Myobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru-paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Penularan kuman terjadi melalui udara. Hal ini disebabkan kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dat tahan berhai-hari sampai berbulan-bulan. Bila pertikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel di jalan nafas atau paru-paru. Partikel yg masuk ke alveolar ukurannya kurang dari 5 mikro. Apabila bakteri dalam jumlah bermakna berhasil menembus mekanisme petahanan sistem pernafasan dan berhasil menempati saluran nafas bawah, maka penderita akan mencetuskan sistem imun dan peradangan yang kuat. Karena respon yang hebat ini, yang terutama diperantarai oleh sel T maka hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita tuberkulosis aktif. Yang bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap infeksi tuberkulosis aktif dan hanya terjadi pada masa infeksi aktif. Karena basil Myobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila sudah mengisolasi saluran nafas bawah, maka tujuan respon imun adalah lebih untuk mengepung dan mengisolasi basil. Respon seluler diperantarai sel T dan makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut. Kompleks basil, makrofag, sel T dan jaringan parut disebut tuberkel. Tuberkel mengalami kalsifikasi dan kemudian disebut kompleks Gohn yang dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-X thorax. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan mengalami perlunakan (pengkijuan) dan dapat memperoleh akses ke trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain. Bila kuman menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan berkembang biak di dalam sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan menjadi fokus primer dan basil tuberkulosis akan menyebar secara cepat melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional yang akan mengadakan reaksi eksudasi. Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil dan reaksi imun dan perdangan yang hebat. Edema interstitium dan pembentukan jaringan parut permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan karbondioksida sehingga pertukaran gas menurun. Pembentukan jaringan parut dan tuberkel juga mengurangi luas permukaan yang tersedia untuk difusi gas sehingga kapasitas difusi paru menurun dan penurunan compliance paru. Fokus primer, limfangitis, dan kelejar getah bening yang regional membentuk kompleks primer yang terjadi 2-10 minggu (6-8 minggu) setelah infeksi dan disertai reaksi hipersentitivitas. Kompleks primer ini selanjutnya menjadi : 1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat 2.sembuh dengan menimbulkan sedikit garis-garis fibrotik komplikasi dan menyebar secara : a. Perkontiuatum, yakni menyebar ke sekitarnya b. secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru disebelahnya c. secara hematogen ke organ tubuh lainnya. Pada anak yang mengalami lesi, dalam paru dapat terjadi dimana pun terutama di perifer dekat pleura, tetapi lebih banyak terjadi di lapang bawahparu dibanding lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke kalsifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen. Pada reaksi radang dimana leukosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe dan sirkulasi. Dalam beberap minggu limfosit T menjadi sensitive terhadap organisme TBC dan membebaskan limfokin yang merubah alveli yang terserang akan menjadi konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidka ada sisa nekrosis yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan baketri terus di fagosit atau berkembang biak dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral memeberikan gambaran yang relatif padat pada keju yang disebut nekrosis kaseosa. Gejala klinis yang timbul antara lain demam (subfebris kadang-kadang 40-41 C, seperti influenza), batuk,sesak nafas jika infiltrasi sudah setengah bagian paru, nyeri dada jika infiltrasi sudah ke pleura, malaise,anoreksia, badan kurus, sakit kepala, nyeri otot, meriang dan keringat saat malam hari.
B. TBC pada Dewasa
Sama seperti tuberkulosis pada anak-anak, umumnya tuberkulosis pada orang dewasa juga disebarkan melalui udara oleh Myobacterium tuberculosis. Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan menjadi droplet nuclei dalam udara. Penularan bakteri lewat udara disebut dengan airbone infection. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan akan memfagosit kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dankuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut fokus primer Gohn. Dari fokus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai kelenjar limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabakan terjadinya inflamasi di limfe dan kelenjar limfe yang terkena. Jika fokus primeer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika terjadi di apeks paru makayang terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan antara fokus primer, kelenjar limfe yang membesar (limfadenitis) dan limfe yang meradang (limfangitis). Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut masa inkubasi TB. Setelah berminggu-minggu proses infeksi, terjadi pertumbuhan logaritmik kuman TB sehingga jaringan tubuh yang awalnya belum tersensitivasi terhadap tuberculin, mengalami perkembangan sensitivitas. Pada saat terbentuknya kompleks primer inilah infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai dengan terbentuknya hipersensitivitas tuberculoprotein, yaitu timbulnya respon positif terhadap uji tuberculin. Selama masa inkubasi, uji tuberculin masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas seluler tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian individu dengan sistem imunitas yang baik, begitu sistem imun seluler berkembang, ploriferasi kuman TB terhenti. Namun sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB yang baru masuk ke alveoli akan segera dimusnahkan. Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di paru-paru biasanya mengalami resolusi sempurna dengan membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah memgalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhan biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat hidup menetap bertahun-tahun di kelenjar ini. Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi yang disebabkan fokus paru atau kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru. Kelenjar limfe akan membesar karena proses inflamasi dan bronkus akan terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal dapat mengakibatkan atelektasis. Inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan menyebabkan erosi pada dinding bronkus sehingga menyebabkan TB endobronkial atau membentuk fistula. Massa kiju dapat menyebabkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan gabungan pneumonitis dan atelektasis yang sering disebut sebagai lesi segmental kolaps- konsolidasi. Selama masa inkubasi sebelum terbentuknya imunitas seluler dapat terjadi penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen kuman TB menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer. Sedangkan pada penyebaran hematogen, kuman masuk kedalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang membuat TB disebut penyakit sistemik. Penyebaran hematogen adalah suatu fenomena yang akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskular dan tersebar ke berbagai organ tubuh. Organ yang sering dituju biasanya adalah organ dengan vaskularisasi baik seperti otak, tulang, ginjal, dan paru, terutama lobus atas paru atau apeks paru. DAFTAR PUSTAKA
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/retno.asti/material/patodiagklas.pdf diakses pada pukul
15:20 tanggal 4 Januari 2016.
https://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/02/tb-pada-anak.pdf diakses pada pukul 15:20