Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PRAKTIK MANAJEMEN PERSONALIA

Mata Kuliah : Praktik Manajemen Personalia


Dosen : Agus Sugiharto

Disusun oleh :
Sri Utanti (1706075230)

Perumahsakitan 2
Program Pendidikan Vokasi
Universitas Indonesia
1. Jenis-jenis Konflik
A. Jenis jenis konflik dibedakan dalam beberapa perspektif. antara lain :
1. Konflik intraindividu. Konflik ini dialami oleh individu dengan dirinya
sendiri karena adanya tekanan peran dan ekpektasi di luar berbeda dengan
keinginan atau harapannya.
2. Konflik antarindividu. Konflik yang terjadi antarindividu yang berada
dalam suatu kelompok atau antarindividu pada kelompok yang berbeda/
3. Konflik antarkelompok. Konflik yang bersifat kolektif antara satu
kelompok dengan kelompok lain.
4.. Konflik organisasi. Konflik yang terjadi antara unit organisasi yang
bersifat struktural maupun fungsional. Contoh : konflik antara bagian
pemasaran dengan bagian produksi.
B. Jenis Jenis konflik ditinjau dari jenisnya, yaitu :
1.Konflik Konstruktif
Pengertian Konflik konstruktif adalah konflik yang memiliki nilai positif
bagi pengembangan organisasi.
2. Konflik Destruktif
Pengertian Konflik Destruktif ialah konflik yang berdampak negatif bagi
pengembangan organisasi.
C. Jenis Jenis Konflik dari segi instansionalnya, yaitu :
1. Konflik kebutuhan individu dengan peran yang dimainkan dalam
organisasinya. Tidak jarang kebutuhan dan keinginan karyawan
bertentangan atau tidak sejalan dengan kebutuhan dan kepentingan
organisasi. Hal ini dapat memunculkan konflik.
2. Konflik peranan dengan peranan. Setiap karyawan dari organisasi
memiliki peran yang berbeda-beda dan ada kalanya perbedaan peran tiap
individu tersebut memunculkan konflik karena setiap individu berusaha
untuk memainkan peran tersebut dengan sebaik-baiknya.
3.Konflik individu dengan individu lainnya. Konflik ini seringkali muncul
apabila seorang individu berinteraksi dengan individu lain, disebabkan
oleh latarbelakang, pola tindak, pola pikir, kepribadian, persepsi, minat dan
sejumlah karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain.
D. Jenis Jenis Konflik ditinjau dari segi materi atau masalah yang menjadi
sumber konflik, yaitu :
1. Konflik tujuan. Adanya perbedaan tujuan antarindividu, kelompok
maupun organisasi bisa memunculkan konflik.
2. Konflik peranan. Setiap manusia memiliki peran lebih dari satu. Peran
yang dimainkan dengan jumlah yang banyak tersebut, seringkali
memunculkan konflik.
3. Konflik nilai. Nilai yang dianut seseorang seringkali tidak sejalan dengan
sistem nilai yang diatur oleh organisasi atau kelompok. Hal ini dapat
berpotensi untuk memunculkan konflik.
4. Konflik kebijakan. Konflik ini muncul karena seorang individu atau
kelompok tidak sependapat dengan kebijakan yang ditetapkan organisasi.
2. Sumber-sumber konflik
A. Interdependensi
Sewaktu organisasi melakukan diferensiasi, masing-masing sub unit
mengembangkan keinginan untuk mencapai otonomi. Mereka mengejar tujuan-
tujuan dan kepentingan yang dianggap lebih bernilai dibandingkan dengan
tujuan-tujuan sub unit lainnya atau organisasi yang ada sebagai keseluruhan.
B. Perbedaan-perbedaan dalam tujuan-tujuan dan prioritas
Perbedaan-perbedaan dalam orientasi sub unit mempengaruhi cara
masing-masing fungsi atau divisi memandang dunia. Hal tersebut
menyebabkan masing-masing sub unit mengejar tujuan-tujuan yang berbeda,
yang sering kali bersifat tidak konsisten atau tidak sesuai. Suatu tujuan-tujuan
menjadi tidak sesuai, maka muncullah potensi konflik. Hal itu karena tujuan-
tujuan sub unit mungkin menghalangi kemampuan sub unit lain untuk mencapai
tujuannya.
C. Faktor-faktor birokratik
Cara dengan apa hubungan-hubugan tugas berkembang di dalam
organisasi dapat pula menjadi sumber potensial konflik. Dengan
berlangsungnya waktu konflik dapat terjadi, karena ketidakkonsistenan status
antara kelompok-kelompok yang berbeda di dalam birokrasi organisasi yang
bersangkutan. Tipe klasik konflik birokratik terjadi antara fungsi-fungsi staf
dan garis. Sebuah fungsi garis langsung terlihat dalam produksi output
oraganisasi yang bersangkutan. Dalam sebuah perusahaan manufaktur,
kegiatan manufaktur merupakan fungsi garis.
D. Kriteria kinerja yang tidak sesuai
Kadaang-kadang konflik muncul antara sub unit- sub unit, hal tersebut
bukan disebabkan karena tujuan-tujuan mereka tidak sesuai satu sama lain,
akan tetapi karena cara organisasi mereka melaksanakan kegiatan monitoring,
evaluasi, dan memberikan imbalan-imbalan sub unit berbeda yang
menyebabkan mereka berkonflik. Bagian produksi dan bagian penjualan dapat
terlibat dalam konflik, apabila untuk mencapai tujuan penjualan yang
meningkat, departemen penjualan meminta bidang produksi untuk cepat
melaksanakan pesanan-pesanan para pembeli.
E. Persaingan untuk mencapai sumber daya yang langka
Tidak akan timbul konflik, jika tidak ada masalah kelangkaan sumber-
sumber daya yang perlu dibagi-bagi. Apabila sumber-sumber daya langka,
seperti biasanya dalam praktik kenyataan harus di ambil keputusan tentang
pilihan alokasi sumber-sumber daya. Sub unit harus bersaingan satu sama lain
untuk mencapai bagian mereka.
4. Akibat Konflik di Perusahaan atau organisasi
A. Akibat negatif dari adanya konflik.
a. Retaknya persatuan kelompok. Hal ini terjadi apabila terjadi pertentangan
antaranggota dalam satu kelompok.
b. Perubahan kepribadian individu. Pertentangan di dalam kelompok atau
antarkelompok dapat menyebabkan individu-individu tertentu merasa tertekan
sehingga mentalnya tersiksa.
c. Dominasi dan takluknya salah satu pihak. Hal ini terjadi jika kekuatan pihak-
pihak yang bertikai tidak seimbang, akan terjadi dominasi oleh satu pihak terhadap
pihak lainnya. Pihak yang kalah menjadi takluk secara terpaksa, bahkan terkadang
menimbulkan kekuasaan yang otoriter (dalam politik) atau monopoli (dalam
ekonomi).
d. Banyaknya kerugian, baik harta benda maupun jiwa, akibat kekerasan yang
ditonjolkan dalam penyelesaian suatu konflik.
B. Akibat positif dari adanya konflik.
a. Konflik dapat meningkatkan solidaritas di antara anggota kelompok, misalnya
apabila terjadi pertikaian antar-kelompok, anggota-anggota dari setiap kelompok
tersebut akan bersatu untuk menghadapi lawan kelompoknya.
b. Konflik berfungsi sebagai alat perubahan sosial, misalnya anggota-anggota
kelompok atau masyarakat yang berseteru akan menilai dirinya sendiri
dan mungkin akan terjadi perubahan dalam dirinya.
c. Munculnya pribadi-pribadi atau mental-mental masyarakat yang tahan uji
dalam menghadapi segala tantangan dan permasalahan yang dihadapi sehingga
dapat lebih men-dewasakan masyarakat.
d. Dalam diskusi ilmiah, biasanya perbedaan pendapat justru diharapkan untuk
melihat kelemahan-kelemahan suatu pendapat sehingga dapat ditemukan pendapat
atau pilihan-pilihan yang lebih kuat sebagai jalan keluar atau pemecahan suatu
masalah.

C. Dampak negatif dapat menyebabkan munculnya keadaan-keadaan yaitu


sebagai berikut:
1. Meningkatnya jumlah absensi
2. Banyak karyawan yang mengeluh
3. Banyak karyawan yang sakit-sakitan
4. Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri
5. Meningkatkan kecenderungan karyawan untuk keluar masuk

5. Langkah penyelesian konflik atasan dan bawahan


1. Biarkan Emosi Mereda Lebih Dulu
Masalah atau konflik tidak akan pernah bisa diselesaikan dengan baik ketika
pihak yang terlibat masih selalu mengedepankan emosi ketimbang nalar. Karena itu,
cara pertama untuk menyelesaikan konflik adalah meredakan emosi kedua belah
pihak terlebih dahulu. Biarkan tensi yang tinggi menjadi turun sebelum memulai
proses penyelesaian konflik. Tidak ada ukuran yang pasti berapa lama kondisi emosi
bisa turun. Bisa dalam hitungan jam, bisa juga butuh beberapa hari. Jika Anda
menjadi pihak yang terlibat konflik, manfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk
menurunkan emosi. Kalau memang perlu pergi dari situasi tersebut selama beberapa
waktu, lakukanlah. Intinya, jangan pernah mencoba berbicara ketika emosi masih
tinggi.

1. Cari Tahu Akar dari Konflik yang Muncul


Emosi yang sudah terkontrol menjadi syarat yang harus terpenuhi sebelum
melangkah ke tahap berikutnya. Untuk mengatasi konflik antara atasan dan
bawahan harus diketahui secara mendalam akar masalahnya. Saat melakukan
identifikasi, emosi mutlak sudah harus terkontrol. Jika emosi Anda masih tinggi,
akal sehat akan sulit muncul dan bekerja dengan baik. Coba telaah apa yang benar -
benar menjadi pemicu konflik. Apakah murni hanya terkait dengan pek erjaan, atau
sudah mulai menyangkut hubungan antarpribadi. Dengan mengetahui secara pasti
titik awal masalah yang timbul, Anda pun bisa mulai mencari cara terbaik agar
konflik bisa diselesaikan secara damai. Ingat, jangan pernah mengikutkan emosi
saat melakukan identifikasi konflik.
2. Bicarakan Secara Personal
Setelah kondisi mereda, minta waktu berbicara secara personal dengan
pimpinan. Pastikan waktu untuk melakukan pembicaraan ini mencukupi untuk
mengeluarkan semua yang Anda rasakan selama ini. Katakan dengan jujur tanpa
ditutup-tutupi. Jika berbicara dengan nada dan cara yang baik, pihak pimpinan pasti
akan mau mendengarkan. Saat melakukan pembicaraan ini, lakukan secara empat
mata. Tidak perlu ada saksi, karena ini bukan persidangan. Proses komunikasi
seperti ini sangat penting untuk mengatasi konflik antara atasan dan bawahan.
Bukan mustahil, konflik yang muncul ternyata hanya disebabkan oleh
kesalahpahaman akibat komunikasi yang buruk di antara kedua belah pihak.

3. Beri Kesempatan Setiap Pihak Mengutarakan Pendapatnya


Dalam proses pembicaraan antara atasan dengan bawahan, kedua pihak
harus mau mendengar apa pun pendapat, kritikan, dan saran yang dikatakan pihak
lain. Jika Anda seorang atasan, jangan munculkan ego sebagai seorang atasan.
Karena kepentingan pribadi hanya akan merusak proses pembicaraan ini. Jika Anda
seorang bawahan, dengarkan juga setiap pandangan dan kritikan yang diberikan
atasan Anda. Ini merupakan proses sharing pendapat yang harus dijauhkan dari
kepentingan pribadi. Hindari juga pandangan salah atau benar sepanjang proses
berbagi pendapat ini. Karena hal itu hanya akan memicu konflik berikutnya.

4. Fokus Terhadap Masalah Bukan Pribadi


Adu argumentasi sangat mungkin terjadi ketika atasan dan bawahan
melakukan pembicaraan untuk menyelesaikan konflik. Jangan pernah keluar dari
lingkaran masalah saat terjadi adu argumen. Fokuslah pada masalah yang harus
diselesaikan, bukan menyerang pihak lain secara pribadi. Salah satu kekurangan
yang terjadi di masyarakat kita adalah kerap menyerang pribadi ketimbang
menyelesaikan inti masalahnya saat melakukan adu argumentasi. Jangan sampai hal
itu terjadi ketika Anda dengan bawahan atau atasan melakukan proses untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi.

5. Negosiasi Ulang
Ketika proses pembicaran untuk mengatasi konflik antara atasan dan
bawahan tengah dilakukan, kemungkinan terjadinya deadlock masih cukup besar.
Jalan buntu ini bisa disebabkan kedua belah pihak tidak ada yang mau mengalah.
Karena itu, melakukan negosiasi ulang menjadi salah satu cara untuk bisa
menemukan solusi. Anda sebagai atasan menawarkan konsesi yang sedikit berbeda
tanpa mengurangi kepentingan pihak lain. Sebagai bawahan, Anda juga harus bisa
memberikan tawaran baru dengan sedikit mengurangi poin-poin yang sebelumnya
Anda sodorkan. Dengan saling mempertukarkan konsesi yang tidak merugikan,
proses penyelesaian konflik akan berlangsung dengan lebih lancar. Terutama ketika
keuntungan yang didapat kedua belah pihak sudah berimbang.

6. Mencari Solusi Bersama


Inti dari proses pembicaraan dalam mengatasi konflik antara atasan dan
bawahan adalah sama-sama mencari solusi terbaik. Baik pihak atasan maupun
bawahan harus mau menampung semua aspirasi dan pendapat yang muncul.
Setelah itu barulah sama-sama berpikir untuk mendapatkan solusi dengan
berpatokan dari pendapat kedua belah pihak. Usahakan tidak hanya mendapatkan
satu solusi dari konflik yang terjadi. Dapatkan solusi-solusi alternatif sebagai
cadangan andai solusi pertama tidak berjalan dengan baik. Butuh rasa saling
percaya yang besar dari kedua belah pihak agar bisa menjalankan solusi yang sudah
disepakati. Kepercayaan akan kembali menumbuhkan hubungan yang sehat di
antara atasan dengan bawahan.

7. Minta Bantuan Pihak Ketiga


Ada kalanya pembicaraan yang dilakukan akhirnya tidak menemukan solusi
seperti yang diharapkan. Baik atasan maupun bawahan sama-sama tidak ada yang
mau mengalah. Sama-sama kukuh dengan pendirian masing-masing. Saat itulah
dibutuhkan bantuan pihak ketiga atau mediator untuk menengahi. Melakukan
mediasi merupakan salah satu cara untuk mengatasi konflik antara atasan dan
bawahan. Pihak ketiga ini biasanya adalah staf atau pimpinan HRD di tempat
bekerja. Memanfaatkan mediator akan memberi pandangan baru yang bersifat
netral. Sehingga diharapkan ada solusi yang bisa menengahi konflik yang terjadi.

8. Terapkan Aturan yang Berlaku


Andaikan semua cara untuk mengatasi konflik antara atasan dan bawahan
sudah dilakukan tapi tak jua menemukan solusi, jalan terakhir tentunya dengan
melihat kembali ke aturan perusahaan. Dalam hal ini, pihak HRD yang akan
membantu menemukan aturan yang bisa menyelesaikan konflik. Memang ada
unsur pemaksaan ketika akhirnya aturan yang berlaku menjadi patokan terakhir.
Bisa jadi pihak atasan yang akhirnya harus tunduk kepada aturan, bisa juga malah
kedua belah pihak yang akhirnya harus pergi. Tapi setidaknya hal ini bisa
menghindarkan konflik berkelanjutan yang justru bisa merugikan perusahaan.
Dalam sebuah perusahaan, perbedaan pendapat sangat wajar terjadi. Karena tidak
ada isi kepala manusia yang sama. Upaya dalam mengatasi konflik antara atasan
dan bawahan justru harus dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja
karyawan. Manfaatkan konflik tersebut untuk menemukan berbagai cara yang
inovatif untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Itu yang lebih baik.

6. Langkan Penyelesaian Konflik dengan Rekan Kerja

1. Menghadapi rekan sekerja yang bermasalah dengan Anda memang tidak mudah.
Usahakan bersikap profesional dengan tetap ramah dan tenang. Bila konflik yang
terjadi sangat menguras pikiran, ajak rekan Anda berbicara untuk meluruskan
permasalahan.

2. Saat berbicara dengan rekan kerja yang memiliki masalah dengan Anda, fokuskan
pembicaraan pada permasalahan. Ingat, bahwa Anda mengajaknya berbicara
karena ingin menghindari pertengkaran yang lebih besar lagi, jadi hindari sikap
yang mengancam.

3. Buat suasana santai dalam pembicaraan. Hati-hati pada ekspresi wajah dan intonasi
suara Anda yang dapat mengubah suasana pembicaraan. Hal tersebut dapat
memperburuk suasana.

4. Dengarkan penjelasannya dengan cermat agar tidak terjadi salah paham. Dengan
begitu, ia akan menyampaikan semua apa permasalahannya dengan Anda tanpa ada
yang ditutupi. Pastikan Anda juga memahami posisinya.

5. Berikan respon dengan kalimat yang sopan dan tanpa emosi. Bersikaplah seolah-
olah Anda menerima apa yang ia telah sampaikan tanpa Anda merasa bersalah dan
lemah, sebagai contoh Anda dapat mengatakan, " Saya mengerti apa yang kamu
rasakan, saya juga merasa seperti itu….”
6. Setelah masig-masing pihak telah mengemukakan apa yang diinginkan, carilah
kesepakatan hingga tercapainya kesamaan tujuan.

7. Jika rekan kerja Anda sulit untuk berdiskusi, sebaiknya bicarakan dengan atasan
Anda. Hal tersebut perlu dilakukan agar atasan Anda dapat membantu
menyelesaikan masalah.

7. Manajemen Stres

1. Pengertian Manajemen Stres

Pengertian manajemen stress adalah kemampuan dalam menggunakan


sumber daya (manusia) secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan
mental dan emosional yang muncul karena tanggapan (respon). Tujuan manajemen
stress itu sendiri adalah untuk memperbaiki kualitas hidup individu itu agar menjadi
lebih baik.

2. Tujuan manajemen stress dalam organisasi adalah untuk:

a. Mengantisipasi kemungkinan munculnya penyebab stress


b. Mencegah terjadinya stress pada individu dan organisasi secara
keseluruhan
c. Mengelola stress agar tidak menimbulkan akibat yang lebih buruk
d. Memulihkan individu dan atau organisasi dari stress
3. Menurut Robbins, Dua Cara dalam Mengelola Stress, yaitu:

1) Melakukan Pendekatan Individual


Pendekatan individual sangat menentukan keberhasilan manajemen stress
di dalam organisasi. Beberapa pendekatan individual ini diantaranya:
a. Menerapkan manajemen waktu yang baik
b. Menambah waktu untuk berolah raga
c. Melatih diri untuk relaks/ santai
d. Memperluas networking/ bersosialisasi dan dukungan sosial
2) Melakukan Pendekatan Organisasional
Pendekatan organisasional dalam upaya mengelola stress di dalam
organisasi biasanya dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah:
a. Menciptakan iklim organisasional yang mendukung
b. Melakukan seleksi personil dan penempatan kerja yang lebih baik

c. Meminimalisir kemungkinan terjadinya konflik dan


mengklarifikasi peran organisasional
d. Menetapkan tujuan organisasi secara realistis
e. Mengadakan bimbingan konseling pada anggota
f. Mendesain ulang pekerjaan para anggota
g. Melakukan perbaikan komunikasi dalam organisasi

4. Tips Manajemen Stres Untuk Mengatasi Tekanan


a. Identifkasi Perilaku dan Kebiasaan yang Bisa Menyebabkan Stress

Stress di lingkungan kerja tidak hanya disebabkan karena tumpukan


pekerjaan yang tidak kunjung terselesaikan saja. Namun stress juga bisa
dilatarbelakangi karena permasalahan di rumah seperti sedang bertengkar
dengan teman atau anggota keluarga, dililit hutang atau permasalahan
pribadi lainnya.

Banyak teori psikologi mengatakan bahwa cara mengatasi stress


akibat tekanan permasalahan pribadi bisa diatasi dengan menulis atau
bercerita dengan orang lain. Manajer sumber daya manusia mungkin tidak
bisa memasuki kehidupan pribadi karyawannya, namun bisa diatasi dengan
mendekatkan diri untuk saling bertukar pikiran. Kedekatan secara
psikologis bisa membawa dampak besar untuk mengurangi beban pribadi.

b. Menyediakan Perlengkapan Olahraga di Perusahaan


Di beberapa perusahaan saat ini sudah menyediakan fasilitas fitness
secara cuma-cuma untuk karyawan. Cara ini bisa menjadi saran bagi
manajer untuk menyediakan fasilitas yang dapat membantu mengatasi
stress karyawan.
Dengan adanya tempat olahraga gratis maka juga bisa mengurangi
kebiasaan mengatasi stress yang tidak sehat seperti merokok. Olahraga juga
dipercaya sebagai cara mengatasi fokus dan konsentrasi agar tetap terjaga
selain itu juga berdampak positif bagi kesehatan.

c. Bersosialisasi Dengan Orang Lain


Seperti yang dijelaskan dalam pengertian manajemen stress bahwa
bertujuan untuk mengatasi tekanan dalam lingkungan kerja, maka dengan
memberikan pekerjaan secara tim bisa mengurangi stress dalam bekerja.
Dengan kerja tim berarti Anda akan berinteraksi dengan rekan kerja
Anda dan secara tidak langsung akan membentuk sosialisasi yang tinggi
dalam perusahaan.

d. Membiasakan Gaya Hidup Sehat


Jika perusahaan mewajibkan makan siang di kantor, sebaiknya
manajer memilih menu-menu makanan yang sehat. Memberikan makanan
yang baik dan layak untuk karyawan tentu saja secara tidak langsung
membantu meningkatkan konsentrasi dan fokus dalam bekerja.
Ini juga merupakan bentuk penghargaan atas kinerja dari sumber
daya perusahaan. Beberapa gaya hidup sehat ini diantaranya:
 Tidak merokok
 Tidak menggunakan obat-obatan terlarang
 Tidur secukupnya
 Tidak minum minuman keras terlalu banyak
 Makan makanan yang sehat
 Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu
 Menggunakan smartphone seperlunya
 Menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan baik
 Ikut serta dalam berbagai kegiatan, baik di tempat kerja
maupun di keluarga dan kerabat
 Tidak menyebabkan tekanan jiwa pada orang lain
e. Menerapkan 4A (Avoid, Alter, Adapt, Accept)
Kita bisa memprediksi apa saja penyebab stress di tempat kerja.
Misalnya deadline tugas atau pekerjaan yang tekanannya tinggi.
Tekanan pekerjaan seperti ini bisa dihadapi dengan menerapkan 4A
(avoid/ hindari, alter/ mengubah, adapt/ menyesuaikan, dan accept
(menerima).

 Hindari pekerjaan yang menyebabkan stress


 Mengubah respon terhadap penyebab stress
 Beradaptasi dengan pekerjaan penyebab stress
 Menerima hal yang tak bisa diubah

f. Menyediakan Waktu untuk Bersantai


Selain berolah raga, aktivitas bersantai dan bersenang-senang juga
dapat mengurangi stress yang dirasakan. Setiap orang pasti memiliki
kegiatan favorit yang mereka sukai, dengan melakukan kegiatan tersebut
diwaktu senggang maka stress dapat teralihkan.

Anda mungkin juga menyukai