KASUS
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS
(PPOK)
Disusun Oleh:
S1 KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas Keperawatan
Medikal Bedah I “ Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) ” sesuai waktu yang
telah ditentukan. Tugas ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
memenuhi tugas Medikal Bedal I di semester III Program Studi S1 Keperawatan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................................4
1.4 Manfaat....................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5
2.1 Definisi.....................................................................................................................5
2.2 Etiologi.....................................................................................................................6
2.3 Klasifikasi................................................................................................................6
2.4 Patofisiologi.............................................................................................................6
2.6.8 EKG..................................................................................................................9
2.7 Penatalaksanaan.....................................................................................................10
2.7.1 Tujuan Intervensi Medis..................................................................................10
BAB III............................................................................................................................13
PENGKAJIAN.................................................................................................................13
BAB IV............................................................................................................................29
PENUTUP.......................................................................................................................29
4.1 Kesimpulan............................................................................................................29
4.2 Saran......................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau chronic obstructie airway
disease (COAD) adalah istilah yang saling menggantikan. Gangguan progresif
lambat kronis ditandai oleh obstruksi saluran pernafasan yang menetap atau
sedikit reversibel, tidak seperti obstruksi saluran pernafasan reversibel pada
asma (Davey, 2002:181). The Asia Pacific CPOD Roundtable Group
memperkirakan jumlah penderita PPOK sedang berat di negara-negara Asia
Pasific mencapai 56,6 juta penderita dengan angka pravalensi 6,3 persen
(Kompas, 2006). Merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular
yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya
pajanan faktor resiko seperti faktor pejamu yang diduga berhubungan dengan
kejadian PPOK semakin banyaknya jumlah perokok khususnya pada
kelompok usia muda, serta pencemaran udara di dalam ruangan maupun di
luar ruangan dan di tempat kerja. Menurut World Health Organization (WHO),
PPOK menempati urutan ke-4 dan ke-5 bersama HIV/AIDS sebagai penyebab
kematian utama di negara maju dan berkembang. Di tahun 2004, terhitung 64
juta orang menderita PPOK di seluruh dunia dan di tahun 2005, 3 juta orang
meninggal karena PPOK. Di Amerika Serikat, PPOK menyebabkan masalah
kesehatan berat dan beban ekonomi bahkan diperkiran pada tahun 2020 akan
menjadi penyebab kematian ke-3 terbanyak pada pria maupun wanita.
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok
penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM
& PL di 5 rumah sakit provinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan
PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti
asma bronkial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%). Untuk Indonesia,
penelitian COPD Working Group tahun 2002 2 di 12 negara Asia Pasifik
menunjukkan estimasi prevalens PPOK Indonesia sebesar 5,6%.
1.2 Rumusan Masalah
1.1.1 Apa definsi dari PPOK ?
1.1.2 Apa penyebab adanya masalah PPOK ?
1.1.3 Bagaimana patofisiologi PPOK ?
1.1.4 Apa saja manifestasi klinis PPOK?
1.1.5 Apa saja klasifikasi PPOK?
1.1.6 Bagaimana penatalaksanaan PPOK ?
1.1.7 Bagaimana fokus pengkajian dari PPOK ?
1.1.8 Apa saja diagnosa keperawatan dari PPOK ?
1.1.9 Bagaimana intervensi dari PPOK ?
1.3 Tujuan
1.2.1 Mengetahui definisi PPOK
1.2.2 Mengetahui penyebab dari masalah PPOK
1.2.3 Mengetahui paofidiologi PPOK
1.2.4 Mengetahui manifestasi klinis PPOK
1.2.5 Mengetahui klasifikasi PPOK
1.2.6 Bisa melaksanakan/melakukan PPOK
1.2.7 Mengetahui fokus pengkajian dari PPOK
1.2.8 Mengetahui diagnosa keperawatan dari PPOK
1.2.9 Mengetahui intervensi dari PPOK
1.4 Manfaat
1.3.1 Agar pembaca dapat memahami PPOK
1.3.2 Agar pembaca tahu dan mengerti tentang PPOK
1.3.3 Dan agar pasien serta keluarga dapat mengetahui penyakit PPOK
sebagaimana yang seharusnya, untuk mencapai suatu derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk
sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi
utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal
dengan COPD adalah : Bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asma
bronchial (S Meltzer, 2001 : 595). Tetapi dalam suatu Negara, yang termasuk
didalam COPD adalah emfisema paru- paru dan Bronchitis Kronis. Nama lain
dari COPD adalah “Chronic Obstructive Airway Disease ” dan “Chronic
Obstructive Lung Diseases (COLD)”. PPOK merupakan penyakit yang
meliputi:
1. Bronkitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mukus yang
berlebihan dalam bronkus dan dimanifestasikan dalam bentuk batuk kronis
serta membentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun minimal 2 tahun
berturut – turut.
2. Emfisema
Perubahan anatomi parenkim paru ditandai dengan pelebaran dinding
alveolus, duktus alveolar dan destruksi dinding alveolar.
3. Asma Bronkial
Suatu penyakit ditandai dengan tanggapan reaksi yang meningkat dari
trakhea dan bronkhus terhadap berbagai macam rangsangan dengan
manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh penyempitan
menyuruh dari saluran pernafasan.
2.2 Etiologi
Faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK) adalah :
1. Kebiasaan merokok, polusi udara
2. Paparan debu, asap, dan gas – gas kimiawi akibat kerja
3. Riwayat infeksi saluran nafas
4. Bersifat genetik
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronis PPOK ada dua yaitu :
1. Emfisema
Suatu keadaan abnormal pada anatomi paru dengan adanya kondisi klinis
berupa melebarnya saluran udara bagian distal bronkiolus terminal yang
disertai dengan kerusakan dinding alveoli. Kondisi ini merupakan tahap
terakhir proses mengalami kemajuan dengan lambat selama beberapa
tahun. pada kenyataanya, klien mengalami gejala emfisema, fungsi paru
sudah sering mengalami kerusakan permanen (irreversible) yang disertai
dengan Bronkhitis Obstruksi Kronis. Kondisi ini merupakan penyebab
utama kecacatan. Secara klinik penderita emfisema disebut pink puffer,
biasanya berusia diatas 50 tahun. Karena pelebaran saluran nafas bagian
distal, dada penderita terlihat membusung (barrel chest), ditandai oleh
dysepnea, dan penurunan kapasitas ekspirasi. Karena hipoksemia kronik,
maka lama – lama terjadi hipertensi pulmoner dan kor pulmonale.
2. Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mukus yang
berlebihan dalam brokus dan dimanefestasikan dalam bentuk – bentuk
kronis serta membentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun minimal 2
tahun berturut – turut. Secara patologi disebabkan oleh hipersekresi mukus
karena hiperplasia kelenjar mukus. Terjadi kelainan ini dipengaruhi oleh
faktor eksogen dan endogen.
2.4 Patofisiologi
Obstruksi jalan napas menyebabkan reduksi aliran udara yang beragam
bergantung pada penyakit. Pada bronkhitis kronis dan bronkhiolitis, terjadi
penumpukan lendir dan sekresi yang sangat banyak sehingga menyumbat
jalan napas. Pada emfisema, obstruksi pada pertukaran oksigen dan
karbondioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh
overekstensi ruang udara dalam paru. Pada asma, jalan napas bronkhial
menyempit dan membatasi jumlah udara yang mengalir ke dalam paru.
Protokol pengobatan tertentu digunakan dalam semua kelainan ini, meski
patofisiologi dari masing-masing kelainan ini membutuhkan pendekatan
spesifik. PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi
genetik dengan lingkungan. Merokok, polusi udara, dan paparan di tempat
kerja (terhadap batubara, kapas, dan padi-padian) merupakan faktor risiko
penting yang menunjang terjadinya penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi
dalam rentang lebih dari 20-30 tahun. PPOK juga ditemukan terjadi pada
individu yang tidak mempunyai enzim yang normal untuk mencegah
penghancuran jaringan paru oleh enzim tertentu. PPOK merupakan kelainan
dengan kemajuan lambat yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
menunjukkan awitan (onset) gejala klinisnya seperti kerusakan fungsi paru.
PPOK sering terjadi simptomatik selama tahun-tahun usia baya, tetapi
insidennya meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Meskipun aspek-
aspek fungsi paru tertentu seperti kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi
paksa (FEV) menurun sejalan dengan peningkatan usia, PPOK dapat
memperburuk perubahan fisiologi yang berkaitan dengan penuaan dan
mengakibatkan obstruksi jalan napas, misalnya pada bronkhitis serta
kehilangan daya pengembangan (elastisitas) paru misalnya pada emfisema.
Oleh karena itu, terdapat perubahan tambahan dalam rasio ventilasi perfusi
pada klien lansia dengan PPOK.
4) FVC awal normal (Normal: kira-kira sama dengan VC yaitu sekitar 4600
ml) menurun pada bronkhitis dan asma
2.6.8 EKG
Kelainan EKG yang paling awal terjadi adalah rotasi clock wise jantung,
bila sudah terdapat kor pulmonal, terdapat deviasi aksis ke kanan dan P-
pulmonal pada hantaran II, III. Dan aVf. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio
R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S kurang dari 1, sering terdapat
RBBB inkomplet.
2.7 Penatalaksanaan
2. Higiene paru.
3. Latihan.
5. Diet.
PENGKAJIAN
TANDA GEJALA
b. Sirkulasi
TANDA GEJALA
c. Integritas Ego
TANDA GEJALA
TANDA GEJALA
e. Hygiene
TANDA GEJALA
f. Pernafasan
TANDA GEJALA
g. Keamanan
TANDA GEJALA
h. Seksualitas
TANDA GEJALA
i. Interaksi Sosial
TANDA GEJALA
Engram (2000) menambahkan pengkajian data dasar pada pasien dengan Penyakit
Paru Obstruksi Kronis adalah :
a. Riwayat atau adanya faktor-faktor penunjang :
1) Merokok produk tembakau (faktor-faktor penyebab utama).
2) Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.
3) Riwayat alergi pada keluarga.
4) Riwayat asma pada masa kanak-kanak.
b. Riwayat atau adanya faktor-faktor yang dapat mencetuskan eksaserbasi,
seperti alergen (serbuk, debu, kulit, serbuk sari, jamur) stress emosional, aktivitas
fisik berlebihan, polusi udara, infekasi saluran nafas, kegagalan program
pengobatan yang dianjurkan.
c. Pemeriksaan fisik yang berdasarkan pengkajian sistem pernafasan
(Apendiks A) yang meliputi :
1) Manifestasi klasik dari Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah :
a) Peningkatan dispnea (paling sering ditemukan).
b) Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal,
mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).
c) Penurunan bunyi nafas.
d) Takipnea.
e) Ortopnea.
2) Gejala – gejala menetap pada proses penyakit dasar :
a) Asma
(1) Batuk (mungkin produktif atau non produktif) dan perasaan dada seperti
terikat.
(2) Mengi saat inspirasi dan ekspirasi, yang sering terdengar tanpa stetoskop.
(3) Pernafasan cuping hidung.
(4) Ketakutan dan diaforesis.
b) Bronkitis
(1) Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang biasanya
terjadi pada pagi hari dan sering diabaikan oleh perokok (disebut batuk perokok).
(2) Inspirasi ronkhi kasar (crackles) dan mengi.
(3) Sesak nafas.
c) Bronkitis (Tahap Lanjut)
(1) Penampilan sianosis (karena polisitemia yang terjadi akibat dari hipoksemia
kronis)
(2) Pembengkakan umum atau penampilan “puffy” (disebabkan oleh udema
asistemik yang terjadi sebagai akibat dari kor pulmonal), secara klinis, pasien ini
umumnya disebut “blue bloaters”.
d) Emfisema
(1) Penampilan fisik kurus dengan dada “barrel chest” (diameter toraks anterior
posterior meningkat sebagai akibat hiperinflasi paru-paru).
(2)Fase ekspirasi memanjang.
e) Emfisema (Tahap Lanjut)
(1) Hipoksemia dan hiperkapnia tetapi tak ada sianosis pasien ini sering
digambarkan secara klinis sebagai “pink puffers“.
(2) Jari-jari tabuh.
d. Pemeriksaan diagnostik :
1) Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan PaCO2 tinggi.
2) Sinar X dada menunjukkan hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan
bendungan pada area paru-paru.
3) Pemeriksaan fungsi pru menunjukkan peningkatan kapasitas paru-paru total
(KPT) dan volume cadangan paru (VC), penurunan kapasitas vital (KV), dan
volume ekspirasi kuat (VEK).
4) Jumlah Darah Lengkap menunjukkan peningkatan hemoglobin, hematokrit, dan
jumlah darah merah (JDM).
5) Kultur sputum positif bila ada infeksi.
6) Esei imunoglobin menunjukkan adanya peningkatan IgE serum
(Immunoglobulin E) jika asma merupakan salah satu komponen dari penyakit
tersebut.
b. Hasil pemeriksaan gas darah arteri stabil tetapi tidak harus nilai-
nilai yang normal karena perubahan kronis dalam kemapuan
pertukaran gas dari paru.
a. Berhenti merokok
b. Berhenti merokok
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem pernafasan , saluran nafas atas ialah rongga hidung , sinus
paranasal , faring dan laring . Kelainan pada saluran nafas atas , terutama
infeksi merupakan kejadian yang paling sering ditemukan , tetapi umumnya
tidak merupakan penyakit yang berat.
Penyakit paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan
untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai
oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang
dikenal dengan COPD adalah : Bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan
asthma bronchiale (S Meltzer, 2001 : 595). Tetapi dalam suatu Negara, yang
termasuk didalam copd adalah emfisema paru- paru dan Bronchitis Kronis.
Nama lain dari copd adalah “Chronic obstructive airway disease ” dan
“Chronic Obstructive Lung Diseases (COLD)”.
4.2 Saran
1. Untuk dapat berhasil dan berdayaguna, asuhan keperawatan yang diberikan
pada klien PPOK perlu motivasi untuk tetap berusaha membuat cacatan
perkembangan dari klien dan melanjutkan tindakan keperawatan.
2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan perlu adanya hubungan
interpersonal yang terbuka antara mahasiswa, perawat, pasien atau keluarga
pasien, dokter maupun tim kesehatan lainnya, sehingga terjalin kerjasama
dalam peningkatan mutu keperawatan.,
DAFTAR PUSTAKA
Fahrudin, Rudi. 2014. Pengantar Ilmu Penyakit dan Penunjang Medis 2 (Patologi
2). Jakarta: Pilar Media.
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
West, Jhon B. 2010 Patofisiologi Paru Esensial Edisi 6 Jakarta : EGC