Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN JURNAL GBS (GUILLAIN-BARRE SYNDROME)

Oleh :

BELLA RARA WAHYUDI

P27820820009

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
RINGKASAN JURNAL 1

A. RINGKASAN JURNAL
1) JUDUL
Guillain-Barre Syndrome : Penyakit Langka Beronset Akut yang Mengancam Nyawa
2) PENELITI
Fadlan Fadilah Wahyu
3) RINGKASAN JURNAL
Guillain-Barre Syndrome (GBS) adalah gangguann system syaraf yang dimediasi oleh
respon imun, beronset akut atau sub akut, dan biasanya ditandai dengan kelemahan
progresif daan ekstremitas, paresthesia ekstremitas, dan arefleksia relative atau
komplit. Tata laksana yang dapat dilakukan setelah diagnosis berhasil ditegakkan
antara lain adalah plasmapheresis, immunoglobulin dan steroid.
4) TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui tentang upaya untuk mendeteksi dini,pengobatan, serta upaya
rehabilitasi sehingga penatalaksanaan yang dilakukan menjadi optimal.
5) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan
Penelitian menggunakan studi litelatur, sehingga materi/penjelasan yang
disampaikan cukup ringkas
b) Kekurangan
Penelitian menggunakan studi litelatur dan belum dijelaskan salah satu kasus
yang terjadi.

B. METODE ANALISA PICO


1) PROBLEM
GBS merupakan penyakit autoimun dimana system imun dari penderita menyerang
system saraf perifer dan menyebabkan kerusakan pada sel saraf. Gejala penyakit ini
merupakan kelemahan dan kelumpuhan yang dapat berlangsung selama beberapa
minggu dan mencapai puncak gejala dalam 2-4 minggu. Masyarakat awam relative
memiliki pengetahuan yang minim terhadap penyakit ini bahkan ada yang belum
mengetahuinya. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya untuk mendeteksi
dini pengobatan serta rehabilitasinya.
2) INTERVENTION
Tata laksana GBS pada dasarnya tidak spesifik, beberapa terapi yaitu plasmapheresis
atau penggantian plasma mampu mengurangi relaps dengan cara menghilangkan
antibody dan factor imun yang berperan dalam kerusakan syaraf. Terapi
imunoglobin dalam dosis tinggi diadministrasi melalui injeksi intravena dengan
jumlah yang sedikit untuk membantu system imun melawan pathogen.
3) COMPARATION
Peneliti : Sudadi, Sri Rahardjo, Adi Hidayat , judul : Penatalaksanaan Guillain
Barre Syndrome di ICU
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa Plasma exchange memperbaiki
prognosis pada pasien dengan GBS secara dramatis. Gagal nafas
merupakan komplikasi GBS yang dapa mengancam kehidupan,
sebanyak 10-30% pasien GBS membutuhkan ventiasi mekanik.
Terapi segera menggunakan plasma exchange, bersamaan dengan
perawatan suportif umumnya akan sembuh sempurna.
4) OUTCOME
Hasil penelitian menunjukkan bahwa deteksi dini secara tepat dan cepat sangat
diperlukan dengan mengetahui factor risiko, gejala gejala klinis, dan penegakan
diagnosis sehingga terapi dapat dilakukan secepatnya untuk prognosis yang baik.
Serta penatalaksanaan plasma pheresis dapat mengurangi relaps dengan cara
menghilangkan antibody dan factor imun yang berperan dalam kerusakan syaraf.
Terapi imunoglobin dalam dosis tinggi diadministrasi melalui injeksi intravena
dengan jumlah yang sedikit untuk membantu system imun melawan pathogen.
RINGKASAN JURNAL 2

A. RINGKASAN JURNAL
1) JUDUL
Penatalaksanaan Guillain Barre Syndrome di ICU
2) PENELITI
Sudadi, Sri Rahardjo, Adi Hidayat
3) RINGKASAN JURNAL
Sindrom guillain barre merupakan polineuropati demielinisasi akut dengan berbagai
macam jenis. GBS sering dicetuskan oleh infeksi termasuk infeksi campylobacter
jejuni, cytomegalovirus, virus herpes simpleks dan infeksi saluran nafas.
4) TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien diabetes melitus terhadap perawatan
paliatif : tingkat terendah pada dimensi tampilan fisik.
5) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan
Membahas tentang penatalaksanaan sindrom guillain barre yang ada di ICU
dengan lengkap yaitu salah satunya teknik plasmaperesis
b) Kekurangan
Pembahasan tentang tatalaksana penanganan yang di ICU hanya ada
plasmaperesisi selebihnya adalah keadaan pasien yang berada di ICU

B. METODE ANALISA PICO


1) PROBLEM
Penelitian ini merupakan laporan kasus dari ruangan ICU dengan pasien yang
mengalami sindrom Guillain Barre dan tata laksana dalam menangani sindrom ini
dengan berbagai metode.
2) INTERVENTION
Plasmaperesis adalah salah satu tindakan untuk membuang dan mengembalikan
komponen plasma dari sirkulasi darah. Selama plasma peresis terdapat 3 prosedur,
yaitu dicontinous flow centrifugation, continuous flow centrifugation, filtrasi
plasma. Plasmapheresis sangat berharga pada GBS, pada 2 penelitian besar
memperlihatkan penurunan kebutuhan pasien terhadap ventilasi mekanik,
mengurangi durasi ventilasi mekanik pada pasien yang membutuhkan, mengurangi
waktu untuk pemulihan motoric dan waktu untuk berjalan sendiri tanpa asisten.
Plasma peresis sebaiknya dilakukan sedini mungkin dari onset kelemahan.
Plasmapheresis juga memiliki resiko dan komplikasi yaitu menyebabkan perdarahan
saat insersi kateter intravena dengan jarum besar, trauma paru, dan mudah untuk
infeksi.
3) COMPARATION
Peneliti : Fadlan Fadilah Wahyu (2018) , judul : Guillain Barre Sindrom:
Penyakit Langa Beronset yang Mengancam Nyawa.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa deteksi dini secara tepat dan
cepat sangat diperlukan dengan mengetahui factor risiko, gejala gejala
klinis, dan penegakan diagnosis sehingga terapi dapat dilakukan
secepatnya untuk prognosis yang baik.

4) OUTCOME
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Plasma exchange memperbaiki prognosis pada
pasien dengan GBS secara dramatis. Gagal nafas merupakan komplikasi GBS yang
dapa mengancam kehidupan, sebanyak 10-30% pasien GBS membutuhkan ventiasi
mekanik. Terapi segera menggunakan plasma exchange, bersamaan dengan
perawatan suportif umumnya akan sembuh sempurna.
RINGKASAN JURNAL 3

A. RINGKASAN JURNAL
1) JUDUL
Management of Guillain Barre Syndrome in Patient with Community Acquired
Pneumonia
2) PENELITI
Dendy Maulana, Reza Widianto Sudjud, Nurita Dian Kestriani Saragi Sitio, dan
Indriasari
3) RINGKASAN JURNAL
Sindrom Guiilain Barre sering dikaitkan dengan infeksi akut nonspesifik. Angka
kejadian kasus GBS yang berhubungan dengan infeksi ini berkisar 56%-80%.
Diagnosis GBS dibangun berdasarkan presentasi klinis, pemeriksaan konduksi saraf
dan analisis cairan cerebrospinal. Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru,
dengan onset gejala dikomunitas. Pathogen utama CAP adalah streptococcus
pneumonia dan staphylococcus aureus.
4) TUJUAN PENELITIAN
Untuk menentukan penatalaksanaan sindrom guillain barre pada pasien pneumonia
yang didapat dari komunitas
5) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan
Penelitian menggunakan laporan kasus dan diperjelas oleh penjelasan mengenai
kasus dan teori yang ada.
b) Kekurangan
Penulisan pada jurnal ini masih belum tertata rapi sempurna.

B. METODE ANALISA PICO


1) PROBLEM
Terdapat sebuah kasus yaitu laki laki berusia 41 tahun, disajikan dengan dyspnea
dan kelemahan pada tungkai atas dan bawah bilateral. Penelitian inii menentukan
tanda awal gagal nafas akut pada pasien, dilakukan intubasi dengan bantuan ventilasi
mekanik dan dirawat di ICU serta dengan penyakit GBS
2) INTERVENTION
Pasien didiagnosis GBS akibat infeksi saluran pernafasan atas 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit, kelemahan pada 4 tungkai yang menaik, dan kekuatan motorik
menurun sampai nol. Kegagalan pernafasan juga ditemukan karena keterlibatan otot
pernafsan. Terapi suportif juga diberikan dengan memasukkan ETT dan Ventilasi
mekanik. Pemberian PE dilakukan pada hari kedua dan ketiga berturut turut, diikuti
dengan interval 6 kali sehari. Pada hari ke delapan perawatan, bantuan pernafasan
minimal, kekuatan otot perlahan lahan naik menjadi 3 dan pada hari ke 10
perawatan, pasien diekstubasi.
3) COMPARATION
Peneliti : Sudadi, Sri Raharjo, Adi Hidayat (2017) , judul : Penatalaksanaan
Guillain Barre Syndrome di ICU

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa Plasma exchange memperbaiki


prognosis pada pasien dengan GBS secara dramatis. Gagal nafas
merupakan komplikasi GBS yang dapa mengancam kehidupan,
sebanyak 10-30% pasien GBS membutuhkan ventiasi mekanik.
Terapi
segera menggunakan plasma exchange, bersamaan dengan perawatan
suportif umumnya akan sembuh sempurna.

4) OUTCOME
Hasil penelitian menunjukkan manajemen agresif dari kegagalan pernafasan dengan
ventilasi mekanis yang tepat dan antibiotik pada pasien CAP menghasilkan keadaan
pasien yang lebih baik dan pemulihan yang lebih cepat. Penatalaksanaan gagal
anafas agresif dengan ventilasi mekanis dan pemberian terapi plasmaferesis 6 kali
memberikan kesembuhan yang baik dan cepat pada pasien dengan guillain barre
syndrome.
RINGKASAN JURNAL 4

A. RINGKASAN JURNAL
1) JUDUL
Laporan Kasus Penanganan Sindrom Guillain Barre dengan Terapi Plasmaferesis
2) PENELITI
Theresia
3) RINGKASAN JURNAL
Sindrom guillain barre merupakan sekumpulan sindrom yang termanifestasikan
sebagai inflamasi akut poliradikuloneuropati sebagai hasil dari kelemahan dan
penurunan reflex dengan berbagai variasi klinis yang ditemukan. Factor pemicu SGB
sebagian besar adalah infeksi saluran pernafasan atas atau infeksi saluran cerna.
4) TUJUAN PENELITIAN
Untuk memberikan informasi tentang sindrom guillain bare dan penanganannya
dengan plasmaferesis
5) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan
Jurnal ini telah lengap dengan materi dan pembhasan kasusnya.
b) Kekurangan
Jurnal ini belum dilengkapi perbandingan pengobatan, sehingga masih

C. METODE ANALISA PICO


1) PROBLEM
Terdapat sebuah kasus yaitu Tn X, disajikan dengan kelemahan kedua kaki
perubahan pada suara, sulit menelan, wajah mulai baal. Penelitian inii membahas
tentang penanganan GBS dengan menggunakan metode plasmapheresis

2) INTERVENTION
Metode plasmaphereses bertujuan untuk menghilangkan pathogen (zat
kimia,kompleks antibody, dan imun kompleks, antigen, dan toksin). Prosedur
plasmapheresis bukan hanya untuk penanganan SGB saja tetapi juga kondisi
autoimun yang lain
3) COMPARATION
Peneliti : Fadlan Fadilah Wahyu, judul : Guillain Barre Syndrom, penyakit
langka beronset akut yang mengancam nyawa
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa deteksi dini secara tepat dan
cepat sangat diperlukan dengan mengetahui factor risiko, gejala gejala
klinis, dan penegakan diagnosis sehingga terapi dapat dilakukan
secepatnya untuk prognosis yang baik. Serta penatalaksanaan plasma
pheresis dapat mengurangi relaps dengan cara menghilangkan antibody
dan factor imun yang berperan dalam kerusakan syaraf. Terapi
imunoglobin dalam dosis tinggi diadministrasi melalui injeksi
intravena dengan jumlah yang sedikit untuk membantu system imun
melawan pathogen.

4) OUTCOME
Sgb merupakan sekumpulan sindrom yang termanifestasikan sebagai inflamasi akut
poliradikuloneuropati akibat terbentuknya kompleks imun yang menimbulkan
berbagai deficit neurologis. Plasmapheresis merupakan salah satuintervensi
kolaboratif yang dapat menjadi pilihan penanganan kasus SGB.

Anda mungkin juga menyukai