Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL KEPERAWATAN HIV/AIDS

“Evidence Based Nursing Practice Pada Kasus Penyalahgunaan NAPZA”

Dosen Pembimbing : Nikmatul Fadilah, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh :
EFRIZAL FIKRI H P27820821019
KONSEP NAPZA Jenis-jenis
Napza
 NAPZA adalah singkatan dari narkotika, Napza dibagi dalam 3 jenis, yaitu
psikotropika, dan zat adiktif lainnya, meliputi
zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi 1. narkotika,
menimbulkan perubahan fungsi fisik dan
psikis, serta menimbulkan ketergantungan. 2. psikotropika dan
 NAPZA berpengaruh pada kerja otak (susunan 3. bahan adiktif lainnya
saraf pusat) dan sering menyebabkan
kertergantungan. Akibatnya, kerja otak berubah
(meningkat atau menurun). Demikian pula
dengan fungsi vital organ tubuh lain (jantung,
peredaran darah, pernapasan, dan lain-lain).
FA K TO R YA N G M E M P E N G A R U H I
P E N YA L A H G U N A A N

PENGGUNAAN NAPZA

• Penyalagunaan NAPZA dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal dan faktor eksternal.
Penelitian menyebutkan faktor-faktor penyalahgunaan NAPZA diantaranya adalah faktor pendorong
diantaranya faktor dari dalam diri sendiri seperti kepribadian, fisik, dan faktor dari luar seperti faktor
permasalahan keluarga, faktor sosial dengan lingkungan atau pergaulan dan terakhir dengan sedikit
penalaran penelitifaktor kemudahan memperoleh NAPZA, lingkungan (keluarga, sekolah, teman, dan
masyarakat), faktor individu itu sendiri.
• 1. Faktor Individual 2. Faktor Lingkungan
• a. faktor kepribadian a. Lingkungan Keluarga
• b. faktor usia b. Lingkungan pergaulan
• c. Pandangan atau pengertian yang keliru tentang NAPZA
• d. Religiusitas yang rendah
DAMPAK
PENYALAHGUNAAN
NAPZA

1. Gangguan fungsi otak yang meliputi sistem syaraf (neurologis)


• Penggunaan NAPZA secara 2. Keracunan (Intoksikasi)
berlebihan dapat mengakibatkan 3. Overdosis (OD)
dampak secara psikologis 4. Gangguan perilaku/mental-sosial, sikap acuh tak acuh, sulit
maupun kesehatan. Dampak mengendalikan diri, mudah tersinggung, marah, menarik diri
dari pergaulan, hubungan dengan keluarga dan sesama
penyalahgunaan NAPZA secara terganggu.
lebih jelas antara lain: 5. Gangguan kesehatan,
6. Kendornya nilai-nilai, mengendornya nilai-nilai kehidupan
agama, sosial, budaya, seperti perilaku seks bebas
7. Keuangan dan hukum,
ANALISIS
JURNAL
1. Jurnal 1

Judul : Karakteristik Individu Pengguna Dan Pola Penyalahgunaan Napza Pada Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan

Maninjau

Tahun : Juni 2016

Penerbit : Jurnal Kesehatan Medika Saintika, e-ISSN : 2540-9611

Author : Ratna Indah Sari Dewi


Abstrak :

Penyalahgunaan Narkoba adalah pemakaian Narkoba diluar indikasi medik, tidak dengan resep dokter dan pemakaiannya bersifat patologik

(menimbulkan kelainan) dan menimbulkan hambatan dalam aktivitas dirumah, sekolah atau kampus, tempat kerja dan lingkungan sosial. Fenomena

penyalahgunaan Napza merupakan fenomena gunung es, dimana yang tampak dipermungkaan lebih kecil di bandingkan dengan yang tidak

tampak. Bila ditemukan satu pemakai Napza ada 10 orang lainnya yang tidak diketahui. Jumlah pemakai Napza di Indonesia dari tahun ke

tahun terus meningkat. Penyalahgunaan Napza dapat terjadi pada semua golongan umur, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Desain

penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

Populasi penelitian ini adalah seluruh narapidana kasus Napza di Rumah Tahanan sebanyak 96 orang. Sampel di ambil dengan cara total sampling

yaitu seluruh populasi dijadikan sampel pada saat pengumpulan data penelitian. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden pengguna napza

terbanyak berada pada usia dewasa (87,5%) hal ini disebabkan karena pada usia dewasa telah memiliki pekerjaan sendiri dan berpenghasilan tetap,

selain itu sering kali orang dewasa menjadikan napza sebagai pelarian dari masalah dan responden penggunaan napza pada usia remaja (12,5%) hal ini

disebabkan karna sifat remaja yang labil hingga mudah terpengaruh ajakan teman-teman sebaya. pemakai napza terbanyak berada pada tingkat

pendidikan SD dan SMP. Pengguna napza yang memiliki pekerjaan dan berpenghasilan sendiri sehingga peluang untuk memperoleh napza lebih besar.
PROBLEM/ Jumlah pemakai Napza di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 1980-an hanya terdapat 80.000 sampai 130.000 kasus
POPULATIO penyalahgunaan Napza, namun pada saat ini telah meningkat menjadi sekitar 5 juta kasus penyalahgunaan Napza. Menurut Direktorat
N pelayanan rehabilitasi sosial korban narkoba, dalam kurun tiga tahun terjadi peningkatan 400%. Narapidana yang kasus Napza di
antaranya melakukan penyalahgunaan Napza yang dilatarbelakangi oleh faktor-faktor diantaranya rasa ingin tahu yang kuat, coba-
coba, karna pergaulan agar diakui atau diterima dalam satu kelompok, faktor ketergantungan, penyalahgunaan napza pada situasi
tertentu misalnya kesepian, stress, dan lain-lain. Populasi penelitian ini adalah seluruh narapidana kasus Napza di Rumah Tahanan
Maninjau sebanyak 96 orang.

INTERVENTI Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
ON objektif. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran karakteristik individu pengguna dan pola penyalahggunaan Napza. Pengumpulan
data dilakukan secara bertahap. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang telah diisi oleh responden dikumpulkan dan
dicek kelengkapannya. Data sekunder diperoleh dari Lembaga Permasyarakatan sebagai tempat penelitian. Analisis data menggunakan analisis
univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian yang menggunakan distribusi frekuensi
COMPARISO Tidak ada pembanding
N
OUTCOMES Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 16 orang responden didapatkan bahwa responden pengguna napza terbanyak berada
pada usia dewasa (87,5%) hal ini disebabkan karena pada usia dewasa telah memiliki pekerjaan sendiri dan berpenghasilan tetap, selain itu
sering kali orang dewasa menjadikan napza sebagai pelarian dari masalah dan responden penggunaan napza pada usia remaja (12,5%) hal ini
disebabkan karna sifat remaja yang labil hingga mudah terpengaruh ajakan teman-teman sebaya. Sedangkan untuk pemakaian napza
pada usia anak-anak dan lanjut usia tidak terdapat pada Lembaga Permasyarakatan ini. Hasil penelitian dari 16 orang responden di dapatkan
bahwa masing-masingnya responden pemakai napza terbanyak berada pada tingkat pendidikan SD dan SMP, hal ini disebabkan karena pada
usia ini mereka memiliki rasa ingin tau yang besar dan ingin mencoba sesuatu yang baru. Sebagian kecil lagi berada pada pendidikan SMU, hal
ini disebabkan karena mereka berada pada masa pencarian jati diri. Tentang pekerjaan responden, dapat dilihat bahwa kesemua responden
bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, hal ini disebabkan karena mereka mampu memiliki dan mendapatkan napza dengan
penghasilannya sendiri. Dari hasil penelitian didapatkan responden yang berpenghasilan sendiri lebih mudah dan leluasa untuk
mendapatkan napza dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja serta tidak mempunyai cukup penghasilan untuk memiliki napza.
Jenis napza yang digunakan di dapatkan responden pengguna jenis napza golongan Narkotika dan Zat adiktif masing-masingnya lebih banyak, hal ini
disebabkan karena jenis napza ini mudah didapatkan dan peredarannyapun banyak dikalangan masyarakat, selain itu harganya juga mudah
didapatkan oleh masyarakat ekonomi rendah. Selain mudah didapatkan dengan harga yang relatif murah penggunaan napza golongan ini juga lebih
mudah dibandingkan dengan napza golongan lainnya.
Pembahasan jurnal 1 :
Penggunaan napza pada usia dewasa lebih banyak jika dibandingkan dengan usia remaja, hal ini disebabkan karena
orang dewasa banyak beranggapan menggunakan napza sebagai pelarian dari masalah. Sedangkan untuk usia remaja lebih
sedikit, hal ini disebabkan karna pada masa ini pengguna napza belum memiliki pekerjaan sendiri sehingga untuk
mendapatkan napza sebih sulit. Pengguna napza berdasarkan pendidikan responden banyak berada pada tingkat
pendidikan SD dan SMP, hal ini disebabkan karena pada saat ini mereka berada pada masa pencarian jati diri dan sifat
mereka yang energik serta rasa ingin tahu yang besar menjadikan mereka mudah terpengaruh ajakan teman sebaya serta
lingkungan yang tidak baik dan kurang mendukung. Menurut penelitian Kusumastuti et al (2017), pengaruh konformitas
teman sebaya yang begitu kuat dengan adanya keterlibatan kegiatan yang kurang bermanfaat sehingga membuat remaja
berisiko penyalahgunaan NAPZA; remaja yang diawali dengan berperilaku merokok, mengonsumsi minum-minuman keras
dan lingkungan keluarga maupun teman sebaya sangatlah berpengaruh terjadinya perilaku penyalahgunaan NAPZA.
Pemakaian jenis napza terbanyak berada pada golongan narkotika dan zat adiktif, ini disebabkan karna napza jenis ini lebih
mudah didapat dan luas peredarannya dimasyarakat. Penggunaan napza terbanyak berada pada pemakaian multiple drug ,
hal ini disebabkan karena pengguna napza tidak puas dengan satu jenis zat saja dan rasa ingin tahu yang besar hingga
pengguna ingin mencoba napza jenis lainnya.
2. Jurnal 2
Judul : Faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza Terhadap Kekambuhan Pasien Pengguna Napza Di Rumah Sakit
Provinsi Sumatera Selatan
Tahun : Desember 2019
Penerbit : Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang, eISSN 2654-3427
Author : Trilia, Eva Rusmini

Abstrak :
Penyalahgunaan NAPZA saat ini sudah menjadi permaslahan dunia, terdapat sekitar 13,2 juta pengguna narkoba di dunia.
Adapun faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA yaitu faktor kepribadian, faktor lingkungan, faktor keluarga, dan faktor
teman sebaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-fator penyebab penyalahgunaan NAPZA dengan
kekambuhan pada pasien pengguna NAPZA di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. Metode: Jenis penelitian
ini adalah observasional analitik dengan desain potong lintang, jumlah sampel 33 pasien pengguna NAPZA, Analisis data
menggunakan uji statistik chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan proporsi tertinggi pasien pengguna NAPZA di RS.
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan adalah umur 25-44 tahun (dewasa) (57,6%), pendidikan Menengah (Sma/smk)
(48,5%), pekerjaan wiraswasta (51,5%), kepribadian introvert (57,6%), lingkungan tidak sehat (54,5%), keluarga harmonis
(54,5%), teman sebaya pecandu (51,5%), dan kekambuhan (60,6%). Hasil uji statistik menunjukkan 2 variabel yang
berhubungan dengan kekambuhan yaitu faktor lingkungan (p=0,003) dan faktor teman sebaya (p=0,008), sedangkan 2 variabel
lainnya tidak berhubungan dengan kekambuhan yaitu faktor kepribadian (p=0,284) dan faktor keluarga (p=0,172). Kesimpulan:
Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit agar memperkuat program yang ada di pusat rehabilitasi, yang mampu membekali
pasien untuk meningkatkan motivasi pasien penyalahguna NAPZA agar mereka tetap bertahan tanpa menggunakan NAPZA.
PROBLEM/
POPULATIO Penyalahgunaan narkotika dan obatobatan terlarang (Narkoba) saat ini sudah menjadi gaya hidup masyarakat. Pemakainya tidak lagi memandang dari status
N
sosial. Dari orang dewasa sampai anak-anak, dari kaya sampai yang miskin sudah mengenal dan menggunakan narkotika dan obat-obatan terlarang. Salah satu

faktor penyebab kekambuhan pada penyalahguna NAPZA adalah Kepribadian yang tidak tahan perubahan. 12 mereka berpotensial kambuh dan cenderung tidak

disiplin. Hal-hal yang sebelumnya sudah berusaha keras ia lakukan atau hindarkan, kembali lagi ia langgar dan tidak adanya dukungan atau bimbingan dari

keluarga. Populasi penelitian ini adalah 33 pasien pengguna NAPZA di Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar.

INTERVENTI
ON Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain potong lintang yang dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap suatu obyek

penelitian yang diduga berhubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data

menggunakan uji statistik chisquare.

COMPARISO
N Tidak ada pembanding

OUTCOMES
Hasil penelitian menunjukkan proporsi tertinggi pasien pengguna NAPZA di RS. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan adalah umur 25-44 tahun (dewasa) (57,6%),

pendidikan Menengah (Sma/smk) (48,5%), pekerjaan wiraswasta (51,5%), kepribadian introvert (57,6%), lingkungan tidak sehat (54,5%), keluarga harmonis (54,5%), teman

sebaya pecandu (51,5%), dan kekambuhan (60,6%). Hasil uji statistik menunjukkan 2 variabel yang berhubungan dengan kekambuhan yaitu faktor lingkungan (p=0,003) dan

faktor teman sebaya (p=0,008), sedangkan 2 variabel lainnya tidak berhubungan dengan kekambuhan yaitu faktor kepribadian (p=0,284) dan faktor keluarga (p=0,172).

Lingkungan dan teman sebaya merupakan faktor yang signifikan menyebabkan kekambuhan pada pengguna NAPZA.
Pembahasan jurnal 2 :
Lingkungan dan teman sebaya merupakan faktor yang signifikan menyebabkan kekambuhan pada pengguna NAPZA. Perlu diberikan penyuluhan
pengetahuan tentang napza dan hal-hal yang dapat menyebabkan penyalahgunaan napza dan kekambuhan nya, agar bisa mengurangi angka
pecandu dan kekambuhan, dan juga dapat memperkuat program yang telah ada di pusat rehabilitasi, yang mampu membekali pasien untuk
mengatasi trigger factor serta meningkatkan motivasi pasien penyalahguna NAPZA agar mereka tetap bertahan tanpa menggunakan NAPZA.
Kekambuhan itu sangat tinggi terjadi pada mereka yang sudah kecanduan. Stigma negatif lainnya, seringkali berasal dari keluarga pasien
misalnya melalui perkataan sebagai pemicu sehingga pasien akan kembali memakai narkoba. Proses rehabilitasi tidak serta merta membuat
seseorang langsung pulih dari narkoba. Keluarga yang utuh lebih sedikit menghasilkan penyalahgunaan narkoba dibandingkan dengan keluarga
yang berpisah (broken home). Menurut penelitian Saleh et al (2014), Remaja yang sedang menempuh pendidikan pada tingkat SMP
dikategorikan sebagai remaja awal yang memiliki ciri sedang mencari identitas diri dan ingin diakui eksistensinya oleh kelompok teman
sebayanya. Penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan oleh sebagian besar informan utama disebabkan oleh keinginan mereka untuk dapat
diterima dan diakui dalam kelompok sebaya mereka. Disini dibuktikan bahwa salah satu faktor penyebab remaja menyalahgunakan NAPZA
adalah akibat pengaruh dan bujukan teman sebaya (peer group) serta adanya tekanan atau ancaman dari teman. Menurut penelitian Dewi (2016),
pengguna napza berdasarkan pendidikan responden banyak berada pada tingkat pendidikan SD dan SMP, hal ini disebabkan karena pada saat
ini mereka berada pada masa pencarian jati diri dan sifat mereka yang energik serta rasa ingin tahu yang besar menjadikan mereka mudah
terpengaruh ajakan teman sebaya serta lingkungan yang tidak baik dan kurang mendukung.
3. Jurnal 3
Judul : Dinamika Kontrol Sosial Keluarga dan Teman Sebaya pada Remaja Berisiko Penyalahgunaan NAPZA
Tahun : 2017
Penerbit : Gadjah Mada Journal Of Psychology, ISSN: 2407-7798
Author : Hesti Kusumastuti, M. Noor Rochman Hadjam
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam dinamika kontrol sosial keluarga dan teman sebaya pada remaja yang
berisiko penyalahgunaan NAPZA. Metode penelitian kualitatif, yaitu menggunakan pengumpulan data wawancara dan observasi. Penelitian
berfokus pada informan yang berisiko penyalahgunaan NAPZA dengan kriteria sebagai berikut: (a) bersedia menjadi peserta, (b) jenis kelamin
terhadap laki-laki atau perempuan, (c) ± remaja berusia 15-18 tahun, (d) Remaja yang diindikasikan berisiko penyalahgunaan NAPZA. Hasil
penelitian ini adalah remaja yang berisiko penyalahgunaan NAPZA berawal dari perilaku merokok dan minum-minuman keras. Faktor risiko
yang tinggi menyebabkan remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA, yaitu konflik keluarga, model orang tua negatif, keterlibatan kegiatan
negatif dengan teman, dan konformitas teman. Hal ini didukung oleh lemahnya faktor perlindungan perilaku remaja terhadap risiko
penyalahgunaan narkoba. Kontrol keluarga lemah yang didukung oleh kontrol teman yang kuat akan meningkatkan tingkat risiko perilaku
penyalahgunaan NAPZA remaja. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol sosial keluarga dan teman sangat berpengaruh untuk mengurangi risiko
penyalahgunaan NAPZA remaja terutama dalam pencegahan.
PROBLEM/
POPULATION Penyalahgunaan NAPZA disebabkan karena faktor coba-coba pertama kali dari ajakan teman, remaja suka bersenang-senang dengan mengkonsumsi narkoba (pesta), dan

terdapat juga konflik keluarga ayah dan ibu dengan kondisi keluarga yang bercerai. Partisipan yang merupakan pecandu NAPZA berawal dari berperilaku minum-minuman

keras dan merokok yang dilakukan ±2 kali dalam satu minggu pesta minuman keras setiap pulang sekolah. Dapat disimpulkan bahwa faktor keluarga yang kurang harmonis

disebabkan perceraian orang tua dan faktor teman sebaya yang memiliki kedekatan yang kuat, hal ini dapat menimbulkan remaja dapat terjerumus untuk melakukan perilaku

penyalahgunaan NAPZA. Kasus yang terjadi pada penyalahgunaan NAPZA di Indonesia khususnya di kota Solo mayoritas pada usia remaja. Hal ini dikarenakan remaja mudah

dipengaruhi untuk mencoba menggunakan NAPZA dan sebagai salah satu cara untuk pencarian identitas yang masih labil. Berdasarkan fenomena-fenomena di atas dapat

disimpulkan bahwa di Kota Solo banyak terjadi kasus penyalahgunaan NAPZA yang terjadi dalam setiap tahunnya. Kasus pengguna penyalahgunaan NAPZA di Kota Solo

mayoritas usia remaja. Remaja menjadi pengguna NAPZA di Kota Solo bersama temannya dan salah satu anggota keluarga ikut terlibat didalamnya. Penyebab dari remaja

menjadi pengguna NAPZA dikarenakan faktor coba-coba, bujukan teman, dan senang-senang. Penyalahgunaanan narkoba yang dilakukan oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh

kurang kuatnya kontrol sosial lingkungan terhadap orang itu. Kontrol sosial berpotensi menentukan perilaku seseorang sesuai dengan norma sosial di lingkungan tersebut.

Konteks ini juga menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai kontrol sosial yang kuat maka orang itu tidak akan melakukan penyimpangan yang menyalahi norma. Penelitian

ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berisiko penyalahgunaan NAPZA Kota Solo.

INTERVENTION
Peneliti menggunakan perspektif IPA (Interpretative Phenomenological Analysis). IPA berfokus pada pengujian mendetail tentang pengalaman yang dialami individu. IPA merupakan

pendekatan kualitatif, eksperensial, dan psikologis yang terbentuk oleh konsep-konsep dari area filsafat pengetahuan yaitu fenomenologi, hermeneutika, dan idiografi. IPA menghubungkan

ketiga hal tersebut dengan intelektualitas fenomenologi, hermeneutika, dan psikologi tentang pengalaman subjektif dan personal /ideografik. Kontrol sosial yang menjadi variabel dalam

penelitian ini merupakan istilah untuk memahami makna pada remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA. Bagaimana remaja yang berisiko penyalahgunaan NAPZA dapat dipengaruhi oleh

kontrol sosial (keluarga dan teman sebaya) yang dialaminya. Remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA tersebut akan dimaknai secara berbeda dikarenakan peneliti untuk mengetahui

dinamika kontrol sosial keluarga dan teman sebaya.


COMPARISON Tidak ada pembanding

OUTCOMES Berdasarkan hasil analisis pada kuesioner tertutup dan wawancara mendalam, sekaligus dengan pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan

pada penelitian bahwa Dinamika Kontrol Sosial Keluarga dan Teman Sebaya Pada Remaja Berisiko Penyalahgunaan NAPZA dapat dideskripsikan

sebagai berikut: Kontrol sosial dalam keluarga yang tidak harmonis (broken) dapat membuat remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA melakukan

pelanggaran atau perilaku yang dapat berlanjut terutama ketika kelekatan antara anak dengan anggota keluarga merenggang; kelekatan dalam

keluarga dengan remaja yang ditunjukkan dengan intensitas orang tua berkomunikasi lewat saluran telepon atau dunia internet membuat kelekatan

antara orang tua dengan remaja lebih rendah daripada berkomunikasi pertemuan secara fisik; kontrol sosial pada remaja berisiko penyalahgunaan

NAPZA pada keluarga yang tidak harmonis (broken) sudah tidak memiliki peran di dalamnya; pengaruh konformitas teman sebaya yang begitu

kuat dengan adanya keterlibatan kegiatan yang kurang bermanfaat sehingga membuat remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA; remaja yang

diawali dengan berperilaku merokok, mengonsumsi minum-minuman keras dan lingkungan keluarga maupun teman sebaya sangatlah berpengaruh

terjadinya perilaku penyalahgunaan NAPZA. Pada kontrol teman sebaya dengan remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA memiliki ikatan yang

kuat terhadap empat aspek tersebut. Hal ini disebabkan oleh kuatnya faktor risiko yaitu adanya konformitas antar teman sebaya untuk melakukan

kegiatan yang kurang bermanfaat dan konflik yang terjadi dalam keluarga mengakibatkan remaja berperilaku penyalahgunaan NAPZA. Hal ini

menyebabkan remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA.


Pembahasan jurnal 3 :
Dinamika kontrol sosial keluarga dan teman sebaya pada remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA memilki empat aspek yang
berperan di dalamnya, antara lain: kelekatan, komitmen, keterlibatan dan keyakinan yang masing-masing berhubungan satu sama
lain. Pada kontrol keluarga keempat aspek dari kontrol sosial tersebut lemah yang didukung adanya permasalahan dalam
keluarga dan kontrol keluarga kurang berperan dalam membentuk ikatan yang kuat antara keluarga dan remaja. Hal ini
disebabkan oleh lemahnya faktor proteksi dalam keluarga. Selanjutnya, pada kontrol teman sebaya dengan remaja berisiko
penyalahgunaan NAPZA memiliki ikatan yang kuat terhadap empat aspek tersebut. Hal ini disebabkan oleh kuatnya faktor risiko
yaitu adanya konformitas antar teman sebaya untuk melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat dan konflik yang terjadi dalam
keluarga yang mengakibatkan remaja berperilaku penyalahgunaan NAPZA. Hal ini menyebabkan remaja berisiko
penyalahgunaan NAPZA. Hal ini selaras dengan tugas perkembangan remaja yang kurang mencapai fungsi yang maksimal
dalam perkembangannya, remaja lebih memiliki ikatan yang kuat dengan teman dan menimbulkan konformitas antar teman
sebaya. Konformitas antar teman sebaya dengan melakukan perilaku kurang bermanfaat yaitu minum-minuman keras, merokok,
dan sampai menggunakan pil ekstasi, hal ini berperan besar dalam membentuk perilaku remaja berisiko penyalahgunaan
NAPZA. Menurut penelitian Suradi (2017), keluarga merupakan komponen yang sangat penting dalam proses rehabilitas sosial
korban penyalahgunaan NAPZA di lembaga rehabilitasi sosial, maupun setelah korban kembali ke keluarga dan lingkungan
sosialnya. Keluarga sebagai sistem sumber informal, diharapkan dapat memberikan perhatian, kasih sayang, penghargaan, dan
perlakuan yang mampu memotivasi korban mampu berfungsi sosial. Berfungsi sosial ini ditandai dengan kemampuan korban
dalam memecahkan masalah, melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan mengakses sistem sumber untuk kehidupan yang lebih
baik. Menurut penelitian Trilia dan Eva Rusmini (2019), Keharmonisan keluarga yang buruk dapat menjadi faktor seseorang
menjadi pengguna napza. Individu yang komunikasi keluarganya buruk berpeluang 5 kali lebih besar untuk menyalahgunakan
napza. Risiko kambuh pada pasien pengguna narkoba sangat mungkin terjadi bila ia berada pada fase kecanduan. Beragam faktor
pencetus kekambuhan juga berperan, salah satunya stigma negatif dari berbagai pihak termasuk keluarga.

Anda mungkin juga menyukai