Dosen:
NURIYAH
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan 1
D. Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian leukimia limfoblastik akut 3
B. Etiologi leukimia limfoblastik akut 4
C. Morfologi dan fungsi sel darah putih 4
D. patofisiologi leukimia limfoblastik akut 4
E. Pencegahan dan Prognosis leukimia limfoblastik akut 5
F. Jenis – jenis Pemeriksaan Laboratorium 6
G. Analisis Artikel Jurnal..................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
dari sel yang tidak terkendali, dan sekitar 40% leukimia terjadi pada anak
(Widagdo, 2012). Leukimia limfoblastik akut itu sendiri adalah suatu penyakit
sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel leukemik dan penyebabkan
penekanan dan penggantian unsur sumsum yang normal (Price, 2009). Leukimia
limfoblastik Akut (LLA) adalah kasus keganasan yang paling banyak di temukan
pada anak-anak yang terdiri dari 80-85%. Puncaknya dari kasus LLA ini adalah
terjadi pada anak-anak berusia 2-4 tahun (Porth, 2005). Hampir dari semua kasus
leukemia pada anak-anak. Bahkan terpaparnya sinar radiasi juga telah dihubungkan
dengan meningkatnya angka kejadian LLA. Selain itu, menurut beberapa penelitian
dan deskripsi tentang berbagai tingkatan geografi dengan setiap kasus telah
bahwa setiap tahun penderita kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang,dan dari
jumlah tersebut sebesar 4% atau 250.000 penderita adalah anak-anak. Kasus yang
paling banyak untuk dijumpa di sekitar adalah penyakit LLA. American Cancer
Society (ACS) tahun 2014, memperkirakan di Amerika Serikat terdapat 6020 kasus
baru leukimia limfoblastik akut terhadap anak-anak dan orang dewasa. Kasus baru
terhadap penyakit LLA per tahun terjadi sebanyak kurang lebih 5000 di Eropa dan
kanker serviks dan prostat adalah 1.027.763 jiwa. Yayasan hematologi yasmia
adalah suatu yayasan yang menaungi penderita kanker kelainan darah yang terletak
di provinsi jawa tengah mengatakan bahwa jumlah pasien leukimia anak yang
mencapai lebih dari 100 orang anak yang menderita penyakit tersebut, sedangkan di
Yogyakarta insiden LLA sebesar 27,7%. Data ini terlihat lebih tinggi dibandingan
ditangani dengan serius melihat banyaknya anak yang terkena penyakit LLA.
Sampai sekarang pengobatan yang dilakukan pada pasien LLA adalah dengan
penyakit LLA dibagi menjadi beberapa tahap yaitu induksi remisi, konsolidasi atau
Leukemia akut pada anak-anak mencakup 30-40% dari keganasan pada anak
yang dapat terjadi pada semua umur, insidens terbesar terjadi pada usia 2-5 tahun
dengan insiden rata-rata 4-4,5 kasus per tahun per 100.000 anak dibawah umur
besar dari pada perempuan, terutama terjadi setelah usia pertama kehidupan.
Proporsi tersebut menjadi lebih dominan pada usia 6-15 tahun (Permono &
Widiaskara, 2010). Dari penyakit leukemia limfostik akut ini didapatkan pasien
memilik gejala awal yakni masuk ke dalam dua golongan terdapat resiko tinggi atau
resiko rendah. Resiko tinggi bila anak Usia <1 tahun atau > 10 tahun memiliki
mediastinum, cairan otak, atau testis. Resiko rendah apabila pasien LLA
4
baru tidak memiliki salah satu tanda yang terdapat pada resiko tinggi (Multasih &
Sutaryo, 2009).
Kira-kira 66% anak dengan LLA Secara keseluruhan sebagian besar dari
penderita tersebut mempunyai gejala dan tanda penyakitnya kurang dari 4 minggu
pada waktu di diagnosis. gejala awal biasanya terjadi non spesifik meliputi
LLA memiliki tanda tanda selain yang disebutkan diatas, tanda awal dari penyakit
rentan terhadap infeksi,dan sakit kepala,bahkan terjadi kenaikan suhu tubuh dan
limfadenopati. Pucat dan lemah timbul berkitan dengan derajat anemia, dibahas
pula terdapat tanda awal demam yakni timbul akibat adanya infeksi.
dari sel leukemia itu sendiri. Terdapat penjelasan bahwa pasien dengan keluhan
pucat,tentu saja memiliki kadar hemoglobin kurang dari 10g/dl, dan pada umumnya
Permono , 2010).
5
Menurut gejala awal leukemia limfostik akut pada saat datang ke Rumah
splenomegali. Timbulnya tanda awal pada penyakit LLA dikarenakan akibat dari
pembesaran ginjal dan didapatkan massa mediastinum, paresis nervus kranial atau
meningitis. Gejala yang pasti terdapat pada anak dengan leukemia limfobastik akut
mengalami penurunan berat badan. Didapatkan gejala demam pada gejala awal
LLA dikarenakan ditemukan jumlah umur dan jumlah leokosit pada saat
terdiagnosis. Prognosis yang baik ditemukan pada anak yang lebih muda, namun
pada bayi kurang dari satu tahun prognosis menjadi buruk. The National Cancer
biasa atau dasar anak berusia 1-9,99 tahun dengan jumlah leokosit kurang dari
50.000/ul dan kelompok resiko tinggi atas dasar anak berusia lebih dari 10 tahun
dengan peningkatan jumlah leukosit yang belum diketahui secara pasti (Tehuteru,
2011).
Bagaimanan cara mengenali gejala awal anak dengan Leukemia Limfosik Akut
secara dini?
1.3 Tujuan
3.1 Mengenali tanda dan gejala awal anak dengan Leukemia Limfosik Akut secara
dini
3.2 Mengenali dan mendeskripsikan tanda dan gejala pada anak dengan leukemia
6
limfosit akut
1.4 Manfaat
1. Mengetahui tanda dan gejala awal anak dengan Leukemia Limfosit Akut
.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
keganasan yang sering ditemukan pada masa anak-anak (25-30% dari seluruh
keganasan pada anak), anak laki lebih sering ditemukan dari pada anak perempuan,
dan terbanyak pada anak usia 3-4 tahun. Faktor risiko terjadi leukimia adalah faktor
2009).
prekursor limfoid, yakni sel darah yang nantinya akan berdiferensiasi menjadi
limfosit T dan limfosit B. LLA ini banyak terjadi pada anak-anak yakni 75%,
sedangkan sisanya terjadi pada orang dewasa. Lebih dari 80% dari kasus LLA adalah
terjadinya keganasan pada sel T, dan sisanya adalah keganasan pada sel B.
Insidennya 1 : 60.000 orang/tahun dan didominasi oleh anak-anak usia < 15 tahun,
dengan insiden tertinggi pada usia 3-5 tahun (Landier dkk, 2004)
morfologik untuk lebih memudahkan pemakaiannya dalam klinik, antara lain sebagai
berikut:
a. L-1 terdiri dari sel-sel limfoblas kecil serupa dengan kromatin homogen, nucleus
b. L-2 pada jenis ini sel limfoblas lebih besar tapi ukurannya bervariasi, kromatin
c. L-3 terdiri dari sel limfoblas besar, homogeny dengan kromatin berbecak,
banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan bervakuolisasi
2.2 ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
1. Genetik
a. keturunan
pada aneuploidy.
2. Saudara kandung
khususnya ALL ,
2. Virus
leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal
dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia
pada hewan. (Wiernik, 1985). Salah satu virus yang terbukti dapat
a. Bahan Kimia
elektromagnetik
b. Obat-obatan
AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan
AML
1
0
4. Radiasi
resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi
radiologis .
5. Leukemia Sekunder
Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh23, yaitu
berfungsi melawan infeksi dan penyakit lainnya. Batas normal jumlah sel darah
sitoplasma dan bentuk intinya, sel darah putih digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Granulosit
a. Neutrofil
bakteri, sangat fagositik dan sangat aktif. Sel-sel ini sampai di jaringan
Granula neutrofil mempunyai afinitas sedikit terhadap zat warna basa dan
memberi warna biru atau merah muda pucat yang dikelilingi oleh
dari jumlah sel darah putih. Neutrofil merupakan sel berumur pendek
dengan waktu paruh dalam darah 6-7 jam dan jangka hidup antara 1-4 hari
b. Eosinofil
yang kasar dan besar. Sel granulanya berwarna merah sampai merah jingga.
Eosinofil memasuki darah dari sumsum tulang dan beredar hanya 6-10 jam
sisa 8-12 hari dari jangka hidupnya. Dalam darah normal, eosinofil jauh
lebih sedikit dari neutrofil, hanya 2-4% dari jumlah sel darah putih.
1
2
a. Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu kurang
dari 1% dari jumlah sel darah putih. Basofil memiliki sejumlah granula
sampai hitam.
2. Agranulosit
a. Limfosit
berkisar 20-35% dari sel darah putih, memiliki fungsi dalam reaksi
imunitas. Limfosit memiliki inti yang bulat atau oval yang dikelilingi
oleh pinggiran sitoplasma yang sempit berwarna biru. Terdapat dua jenis
hormonal.
1
3
b. Monosit
darah putih, memiliki waktu paruh 12-100 jam di dalam darah. Intinya
2.4 PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan
leukosit atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah
normal diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang.
Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana
pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagi sepanjang jalur tunggal
khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum
tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah
dijumpai tingkat pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai
dari yang sangat mentah hingga hampir menjadi sel normal. Derajat kementahannya
pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis,
demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang
dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B
intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal
dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur,
cimmom thymosit, timosit matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T
supresor.
Sakit tulang juga sering dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat,
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang
akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi
sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit
perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga
pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga
Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002).
1
5
tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang normal
sel normal di darah perifer dengan manifestasi utama berupa infeksi, perdarahan, dan
3. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemia),
5. Infeksi mulut, saluran napas, selulitis, atau sepsis. Penyebab tersering adalah
gramnegatif usus
10. Leukemia SSP (Leukemia cerebral); nyeri kepala, tekanan intrakranial naik,
muntah,kelumpuhan saraf otak (VI dan VII), kelainan neurologik fokal, dan
perubahan statusmental
5. SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang imatur
6. PT/PTT : memanjang
mielomonositik.
12. Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau lebih dari
SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast, dengan prekusor eritroid,
13. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
2.7 KOMPLIKASI
1. Perdarahan
ditandai dengan:
a. Memar (ekimosis)
dipermukaan kulit)
Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 mm3 darah. Demam dan
4. Anemia
5. Masalah gastrointestinal.
a. mual
b. muntah
c. anoreksia
d. diare
kemoterapi.
sel leukemik sehingga sel noramal bisa tumbuh kembali di dalam sumsum tulang.
Penderita yang menjalani kemoterapi perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa
hari atau beberapa minggu, tergantung kepada respon yang ditunjukkan oleh
sumsum tulang.
diulang selama beberapa hari atau beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri
dari prednison per-oral (ditelan) dan dosis mingguan dari vinkristin dengan
sel leukemik. Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel leukemik
bisa kembali muncul, seringkali di sumsum tulang, otak atau buah zakar.
sumsum tulang menjanjikan kesempatan untuk sembuh pada penderita ini. Jika
penyinaran.
Tahun : 2017
2017
1
9
Ringkasan : LLA merupakan leukemia yang paling sering terjadi pada anak-
anak. Lukemia jenis ini merupakan 25% dari semua jenis kanker
pada anak usia 3-5 tahun. Di Indonesia saat ini terdapat sekitar
dilakukan pada april sampai mei 2017 terdiri dari register kanker,
protokol pengobatan 2006 dan 2013 serta status rekam medis anak
dengan kriteria inklusi dan eksklusi, inklusi pada anak usia 1-15
Tahun : 2020
baru 6590 kasus baru, dengan lebih 1400 kematian LLA. Pasien
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan sel limfosit, berupa
proliferasi patologis sel – sel hematopoietik muda ditandai dengan kegagalan sumsum
tulang memproduksi sel darah dan disebabkan oleh faktor keturunan juga virus
sehingga dilakukan penatalaksanaan berupa terapi induki dan remisi, intensifikasi dan
tampaknya tidak memiliki penyebab yang pasti. Radiasi, bahan racun ( misalnya
benzene) dan beberapa obat kemoterapi diduga berperan dalam terjadinya leukemia.
Manifestasi klinis yang paling fatal adalah infeksi yang ditandai dengan demam,
menggigil, radang dan lemah. Sering timbul perdarahan (kulit, gingival atau visera),
karena trombositopenia nafsu makan berkurang, berat badan menurun, keletihan dan
pucat (anemia). Karena meningeal terkena maka timbul sakit kepala, gangguan
Satu-satunya pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga gaya hidup sehat, tepat
waktu pengobatan, dan pencegahan penyakit lain. kebanyakan pasien LLA dewasa
mrncapai remisi tapi tidak sembuh dengan kemoterapi saja, dan hanya 30% yang
bertahan hidup lama, leukemia Limfoblastik Akut (ALL) dapat didiagnosa pada
pemeriksaan : Anamnesis, Hitung darah lengkap (CBC), Pungsi lumbal, Foto toraks,
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, Aru W dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Volume 2 Edisi 5. Jakarta : EGC
Wikipedia. (Online : http://www.akut-limfoblastik-leukemia-all.html) diunduh pada
tanggal 12 Mei 2018
Wordpress.(Online:http://www.tinjauan-teori-akut-limfoblastik.html) diunduh pada
tanggal 12 Mei 2018
Syandres- sandure.(online : http://www.Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) « Sandurezu
d' Syandrez.html) diunduh pada tanggal 12 Mei 2018
Aan.(Online;https://aanborneo.blogspot.co.id/2012/07/makalah-leukimia-limfoblastik-
akut-lla.html) diunduh pada tanggal 12 Mei 2018
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, Aru W dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Volume 2 Edisi 5. Jakarta : EGC