Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA

“Teori Perilaku Kesehatan Pemanfaatan Minyak Kayu


Putih Untuk Pencegahan ISPA dan Nyeri Pada Persendian
di Pulau Buruh”

Disusun Oleh:
EFRIZAL FIKRI HARLIANTO
P27820821019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“makalah teori perilaku kesehatan pemanfaatan minyak kayu putih untuk pencegahan
ISPA ”. Kami menyusun makalah ini berdasarkan beberapa sumber buku dan jurnal
yang telah kami peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang
sederhana dan mudah di mengerti oleh pembaca. Selain itu, kami memperoleh sumber
dari beberapa buku pilihan, kami pun memperoleh informasi tambahan dari internet.

Terima kasih juga kami aturkan kepada pihak – pihak yang terlibat khususnya
untuk dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan sehingga kami dapat
membuat makalah tersebut. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat
menjadi pembelajaran yang lebih baik bagi kami dalam pembuatan makalah yang
berikutnya. Makalah ini dibuat dengan sebagaimana mestinya, dan kami berharap
makalah ini dapat memberikan wawasan baru bagi kami maupun bagi yang
membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka
dari itu kami membutuhkan kritikan dan saran serta masukan, sehingga kedepanya
kami bisa membuat makalah dengan lebih baik lagi

Surabaya, 1 4 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2
BAB 2 Narasi perilaku kesehatan ................................................................
Narasi Perilaku Kesehatan Manfaat Minyak Kayu Putih.....................3
BAB 3 Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan.........................................................................7
BAB 4 PENUTUP ..........................................................................................
4.1 Kesimpulan............................................................................................8
4.2 Saran......................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
terjadi pada anak, penyakit ini menyerang salah satu bagian atau lebih, dari saluran
napas mulai hidung sampai alveoli termasuk bagian-bagiannya (sinus, rongga
telinga tengah, pleura) (DEPKES. 2012).
Patogen yang paling sering menyebabkan ISPA adalah virus atau infeksi
gabungan virus-bakteri. Cara penularan utama sebagian besar ISPA adalah melalui
droplet tetapi penularan melalui kontak (termasuk kontaminas itangan yang diikuti
oleh inokulasi yang tidak sengaja) dan aerosol pernapasan yang infeksius dalam
jarak dekat bisa juga terjadi untuk sebagian agen patogen. Pengendalian ISPA di
Indonesia dimulai pada tahun 1984 bersamaan dengan dimulainya pengendalian
ISPA di tingkat global oleh WHO (Zulfa, 2017).
Masalah yang sering muncul pada penyakit ISPA ini adalah pola napas
tidak efektif, bersihan jalan napas tidak efektif, takut atau cemas, nyeri, intoleransi
aktivitas, resiko tinggi infeksi dan perubahan proses keluarga. Intervensi non
farmakologi yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kepatenan jalan napas
dan anak bias bernapas spontan tanpa kesulitan dan kebutuhan oksigen terpenuhi
yaitu dengan terapi inhalasi minyak kayu putih. Minyak kayu putih diproduksi dari
daun tumbuhan Melaleuca leucadendra dengan kandungan terbesarnya adalah
eucalyptol (cineole). Hasil penelitian tentang khasiat cineole menjelaskan bahwa
cineole memberikan efek mukolitik (mengencerkan dahak), bronchodilating
(melegakan pernafasan), anti inflamasi dan menurunkan rata-rata kasus paru
obstruktif kronis dengan baik seperti pada kasus pasien dengan asma dan
rhinosinusitis (Zulfa, 2017).
Insiden kejadian ISPA pada kelompok umur balita terdapat 156 juta kasus
ISPA baru di dunia per tahun dan 96,7% terjadi di negara berkembang. Kasus ISPA
terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10 juta) serta
Bangladesh, Indonesia dan Nigeria masing-masing 6 juta kasus. Dari semua kasus
ISPA yang terjadi di masyarakat, 7-13% merupakan kasus berat dan memerlukan
perawatan di rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia
1
diperkirakan 2-3 kali per tahun. Sedangkan jumlah kasus yang di temukan di
Garegeh bukittinggi selama 2 bulang terahir yaitu sebanyak 5 orang . ISPA
merupakan salah satu penyebab utama (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%)
yang disebabkan oleh patogen (KEMENKES RI, 2012)
Dalam makalah ini akan membahas mengenai pemanfaatan minyak kayu putih
untuk pencegahan ISPA

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perilaku kesehatan dalam budaya dan kebiasaan masyarakat untuk
pencegahan ISPA ?
2. Bagaimana pemberian intervensi yang sesuai dengan penjelasan yang
didapatkan secara ilmiah?
1.3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui perilaku kebiasaan dalam budaya pemanfaatan minyak kayu putih
2. Memberikan intervensi yang sesuai dengan penjelasan yang didapatkan secara
ilmiah.

1
3
6

BAB 2
NARASI PERILAKU KESEHATAN PEMANFAATAN
MINYAK KAYU PUTIH UNTUK PENCEGAHAN ISPA
MASYARAKAT PULAU BURU

ISPA menempati urutan kedua pada sepuluh penyakit terbanyak.4,5 Di berbagai daerah, kasus

ISPA banyak terjadi pada anak-anak karena berbagai faktor risiko yang dapat menjadi pemicu.

Pengendalian ISPA di Indonesia dimulai pada tahun 1984 bersamaan dengan dimulainya

pengendalian ISPA di tingkat global oleh WHO. Saat ini salah satu penyakit ISPA yang perlu

mendapat perhatian juga adalah penyakit influenza karena dapat menimbulkan wabah sesuai

dengan Permenkes Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang

dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

Frekuensi masyarakat yang jarang berobat dikarenakan topografi Kabupaten Buru didominasi

oleh kawasan pegunungan dengan elevasi rendah berlereng agak curam dengan kemiringan lereng

kurang dari 40 % yang meliputi luas 15,43 % dari keseluruhan luas wilayah daerah ini. Jenis lereng

lain yang mendominasi adalah elevasi rendah berlereng bergelombang serta agak curam dan elevasi

sedang berlereng bergelombang dan agak curam dengan penyebaran lereng di bagian utara dan

barat rata-rata berlereng curam. Sedangkan di bagian timur terutama di sekitar Sungai Waeapo

merupakan daerah elevasi rendah dengan jenis lereng landai sampai agak curam. 6 Topografi alam

yang sulit dan transportasi umum yang belum tersedia menyebabkan masyarakat kesulitan untuk

menjangkau fasilitas kesehatan untuk Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2017;7(2):120-126 123

berobat.

Di sisi lain, pemerintah telah meningkatkan jumlah puskesmas rawat inap sehingga jumlah

puskesmas di Kabupaten Buru pada tahun 2014 sebanyak 10 unit dan puskesmas pembantu

sebanyak 43 unit.17 Maryani dan Suharmiati (2013) menjelaskan bahwa kunjungan masyarakat

terutama yang jauh dari wilayah puskesmas sangat dipengaruhi oleh transportasi umum yang

tersedia pada hari pasar. Keberadaan dukun masih menjadi pilihan pertama jika mendapat masalah

kesehatan.

Zulkipli dalam Ariningrum dan Soekoco (2012) menyatakan bahwa secara umum

permasalahan yang dihadapi oleh Komunitas Adat Terpencil di Indonesia adalah kurangnya

aksesibilitas terhadap fasilitas publik yang memungkinkan mereka untuk melakukan transformasi
7
hidup kearah yang lebih baik. Masalah utama pelayanan kesehatan di daerah terpencil selain akses

adalah ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) maupun sarana dan prasarana. Pemenuhan

SDM dan peralatan, baik kuantitas maupun kualitas sangat diperlukan untuk peningkatan

pelayanan kesehatan dalam jangka pendek. Selain itu, untuk jangka panjang perlu diperhatikan

mengenai pengembangan fungsi posyandu dan polindes, serta penanganan kasus rujukan. Selain

untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia untuk tujuan jangka pendek, perawatan

kesehatan harus memperhatikan program posyandu dan kegiatan lainnya yang terkait.

faktor risiko yang menjadi pemicu masih tingginya kasus ISPA yaitu buruknya Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat setempat yang dipengaruhi oleh rendahnya tingkat

pendidikan masyarakat, Keberadaan air bersih yang cukup jauh mengakibatkan masyarakat harus

menghemat air hanya untuk kebutuhan makan dan minum. Keperluan untuk mencuci tangan,

masyarakat tidak menggunakan sabun dan hanya menyisihkan satu ember air yang digunakan

berulang kali.

Menyuling daun kayu putih (Melaleuca leucadendra Linn) merupakan mata pencaharian

umumnya masyarakat di Pulau Buru. Hasil penyulingan minyak kayu putih sebanyak 215,5 ton

pada tahun 2014 menjadikan Pulau Buru menjadi salah satu penghasil utama minyak kayu putih di

Indonesia. Minyak atsiri dari 4 Eucalyptus sp. Salah satu upaya untuk mengatasi hidung tersumbat

dapat dilakukan dengan pemberian obat secara dihirup, obat dapat dihirup untuk menghasilkan efek

lokal atau sistemik melalui saluran pernapasan dengan menghirup menggunakan uap, nebulizer,

atau aerosol semprot (Gabrielle, 2013). Terapi inhalasi uap adalah pengobatan efektif untuk

mengatasi hidung tersumbat, metode alami yang baik dengan uap dan panas. (Ashley, 2013).

Minyak kayu putih diproduksi dari daun tumbuhan Melaleuca leucadendra dengan

kandungan terbesarnya adalah eucalyptol (cineole). Hasil penelitian tentang khasiat

cineole menjelaskan bahwa cineole memberikan efek mukolitik (mengencerkan dahak),

bronchodilating (melegakan pernafasan), anti inflamasi dan menurunkan rata-rata kasus

paru obstruktif kronis dengan baik seperti pada kasus pasien dengan asma dan

rhinosinusitis, efek penggunaan eucalyptus untuk terapi bronchitis akut terukur dengan

baik setelah penggunaan terapi selama empat hari (Zulfa, 2017).

Penggunaan minyak kayu putih dapat dilakukan dengan cara inhalasi manual yaitu

dengan cara menundukkan kepala kurang lebih 15 cm diatas sebuah sungkup kerucut yang
8
dibawahnya terdapat baskom yang berisi air panas yang sudah diberi 5 tetes minyak kayu

putih guna memperkuat efeknya, lalu perlahan hirup uapnya dengan hati-hati, kemudian

dihirup secara lebih mendalam, ini dapat dilakukan sampai air sudah tidak terasa panas

atau uap dalam air sudah habis. Inhalasi manual ini bermanfaat untuk mengencerkan

dahak, melancarkan jalan napas, dan juga untuk menghindarkan terjadinya peradangan di

rongga samping hidung (Alif, 2017).

Menurut Dornish dkk dalam Zulnely, Gusmailina dan Kusmiati (2015) menyebutkan bahwa

minyak atsiri eucalyptus dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal diantaranya untuk mengurangi

sesak nafas karena flu atau asma dengan cara mengoleskan pada dada, mengobati sinus dengan

cara menghirup uap air hangat yang telah diteteskan minyak eucalyptus serta melegakan hidung

tersumbat dengan cara menghirup aroma minyak eucalyptus.

Penelitian yang dilakukan Irianto (2014) tentang terapi inhalasi uap panas dengan minyak

kayu putih terhadap bersihan jalan nafas pada anak dengan ISPA di wilayah Puskesmas Kota

Bambu Selatan, bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh terapi inhalasi uap panas dengan

minyak kayu putih terhadap bersihan jalan nafas. Hasilnya menunjukkan mengenai adanya 5

perbedaan Bersihan Jalan Nafas sebelum dan sesudah melakukan terapi inhalasi uap panas dengan

menggunakan minyak kayu putih, sehingga dapat disimpulkan bahwa intervensi berupa terapi

inhalasi uap panas dengan menggunakan minyak kayu putih berpengaruh terhadap Bersihan Jalan

Nafas pada pasien ISPA, yaitu terjadinya Bersihan Jalan Nafas yang signifikan sesudah melakukan

terapi inhalasi uap panas dengan menggunakan minyak kayu putih. Penelitian yang dilakukan

Irianto (2014) tentang terapi inhalasi uap panas dengan minyak kayu putih terhadap bersihan jalan

nafas pada anak dengan ISPA di wilayah Puskesmas Kota Bambu Selatan, bertujuan untuk

mengidentifikasi pengaruh terapi inhalasi uap panas dengan minyak kayu putih terhadap bersihan

jalan nafas. Hasilnya menunjukkan mengenai adanya perbedaan Bersihan Jalan Nafas sebelum dan

sesudah melakukan terapi inhalasi uap panas dengan menggunakan minyak kayu putih, sehingga

dapat disimpulkan bahwa intervensi berupa terapi inhalasi uap panas dengan menggunakan minyak

kayu putih berpengaruh terhadap Bersihan Jalan Nafas pada pasien ISPA, yaitu terjadinya Bersihan

Jalan Nafas yang signifikan sesudah melakukan terapi inhalasi uap panas dengan menggunakan

minyak kayu putih.

Nadjib dkk (2014) dalam penelitiannya menyebutkan terdapat bukti yang menunjukkan bahwa
9
uap minyak esensial dari Eucalyptus globulus efektif sebagai antibakteri dan layak

dipertimbangkan penggunaannya dalam pengobatan atau pencegahan pasien dengan infeksi saluran

pernapasan di rumah sakit.

Alfarenga dkk (2014) menyatakan bahwa upaya untuk menghambat penyebaran kuman

tuberculosis (TB) dengan metode terapi inhalasi pada pasien menggunakan ekstrak minyak

Eucalyptus citriodora. Hasil yang diperoleh adalah Eucalyptus citriodora terbukti menghambat

penyebaran TB Paru lebih dari90%.23. Menurut Dornish dkk dalam Zulnely, Gusmailina dan

Kusmiati (2015) menyebutkan bahwa minyak atsiri eucalyptus dapat dimanfaatkan sebagai obat

herbal diantaranya untuk mengurangi sesak nafas karena flu atau asma dengan cara mengoleskan

pada dada, mengobati sinus dengan cara menghirup uap air hangat yang telah diteteskan minyak

eucalyptus serta melegakan hidung tersumbat dengan cara menghirup aroma minyak eucalyptus.
7

BAB 3
INTERVENSI KEPERAWATAN

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tidak ada masalah untuk
penggunaan minyak kayu putih untuk terapi inhalasi dan Pereda nyeri. Yang
menjadikan permasalahan adalah pengetahuan serta kesadaran masyarakat yang sering
mengabaikan ISPA, sebagai penyakit yang cukup serius jika tidak ditangani secara
komprehensif. Maka dari itu, perlunya memberikan pendidikan Kesehatan khusus
pada Orang tua dan orang dewasa mengenai pemanfaatan minyak kayu putih.
Misalnya :
1. Minyak kayu putih diproduksi dari daun tumbuhan Melaleuca leucadendra dengan
kandungan terbesarnya adalah eucalyptol (cineole). Hasil penelitian tentang khasiat
cineole menjelaskan bahwa cineole memberikan efek mukolitik (mengencerkan
dahak), bronchodilating (melegakan pernafasan), anti inflamasi dan menurunkan
rata-rata eksaserbasi kasus paru obstruktif kronis dengan baik seperti pada kasus
pasien dengan asma dan rhinosinusitis. Selain itu efek penggunaan eucalyptus
untuk terapi bronkhitis akut terukur dengan baik setelah penggunaan terapi selama
empat hari. Minyak kayu putih diproduksi dari daun tumbuhan Melaleuca
leucadendra dengan kandungan terbesarnya adalah eucalyptol (cineole). Hasil
penelitian tentang khasiat cineole menjelaskan bahwa cineole memberikan efek
mukolitik (mengencerkan dahak), bronchodilating (melegakan pernafasan), anti
inflamasi dan menurunkan rata-rata eksaserbasi kasus paru obstruktif kronis dengan
baik seperti pada kasus pasien dengan asma dan rhinosinusitis.
2. Uap minyak esensial dari Eucalyptus globulus efektif sebagai antibakteri dan layak
dipertimbangkan penggunaannya dalam pengobatan atau pencegahan pasien
dengan infeksi saluran pernapasan (Nadjib, 2014) Menurut (Kusmiati, 2015)
menyebutkan bahwa minyak atsiri eucalyptus dapat dimanfaatkan sebagai obat
herbal diantaranya untuk mengurangi sesak nafas karena flu atau asma dengan cara
mengoleskan pada dada, mengobati sinus dengan cara menghirup uap air hangat
yang telah diteteskan minyak eucalyptus serta melegakan hidung tersumbat dengan
cara menghirup aroma minyak eucalyptus. Kandungan utama dari tanaman tersebut
memiliki khasiat sebagai pengencer dahak, melegakan saluran pernapasan, anti
inflamasi dan penekan batuk. manfaat minyak kayu putih :
a. Meredakan masalah pernapasan Minyak kayu putih dapat meredakan masalah
pernapasan, seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, asma, bronkitis, dan
sinusitis. Menghirup uap minyak kayu putih juga dapat meringankan pilek dan
hidung tersumbat. Hal ini disebabkan oleh kandungan antibakteri dalam minyak
kayu putih dapat menghilangkan bakteri pada saluran pernapasan. Selain dengan
cara dihirup, mengoleskan minyak kayu putih ke bagian dada dan tenggorokan
juga mampu meredakan gejala batuk dan pilek. Karena manfaatnya ini, minyak
kayu putih pun dapat kita temukan dalam tablet hisap untuk meredakan batuk
dan juga dalam inhaler.
b. Menghilangkan nyeri pada persendian Penelitian menunjukkan bahwa minyak
kayu putih dapat membantu meringankan nyeri pada persendian. Bahkan,
beberapa krim atau salep yang berfungsi untuk meringankan rasa sakit akibat
osteoartritis dan rematoid artritis mengandung minyak kayu putih. Uap minyak
kayu putih merupakan analgesik dan antiinflamasi. Pemakaian minyak kayu
putih direkomendasikan untuk Anda yang menderita rematik, sakit pinggang,
terkilir, otot kaku, pegal-pegal, dan nyeri saraf. Mengoleskan minyak kayu putih
pada daerah sendi atau otot yang terasa nyeri dan memijatnya dengan lembut
dapat membantu meringankan tekanan dan nyeri pada sendi dan otot tersebut.
Hal ini karena minyak kayu putih memiliki efek relaksasi pada sistem saraf dan
otot. Minyak kayu putih dapat meningkatkan aliran darah pada area yang terasa
nyeri sehingga dapat mengurangi peradangan.
c. Melindungi Anda dari serangga dan kutu Aroma kuat yang ditimbulkan oleh
minyak kayu putih dapat membuat serangga tidak ingin mendekatinya. Anda
dapat mengoleskannya ke kulit Anda dan serangga, termasuk nyamuk, akan
menjauhi Anda. Hal ini dapat mencegah Anda dari penyakit yang disebabkan
karena gigitan nyamuk, seperti penyakit demam berdarah. Selain untuk mengusir
serangga, minyak kayu putih juga berguna untuk mengusir kutu dari rambut
Anda. Mengoleskan beberapa tetes minyak kayu putih pada rambut yang berkutu
mungkin merupakan solusi yang lebih baik daripada menggunakan produk
penghilang kutu yang mengandung bahan kimia berbahaya. Bahan kimia
berbahaya ini mungkin dapat diserap oleh kulit kepala.
2. Cara pemeberian terap uap air panas dan minyak kayu putih :
a. Campurkan minyak kayu putih dan air panas
b. Siapkan tempat yang pas untuk melakukan terapi
c. Lakukan pemijatan pada anak sambil mengirup uap yang keluar, lakukan
pemijatan pada punggung anak secara lembut dan perlahan, sambil
memijat, pastikan agar kepala anak tidak terlalu dekat dengan uap agar
ia tidak kepanasan, jaga tangan anak agar tidak menyentuh air panas.
9

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat yang rendah menjadi pemicu
masih tingginya kasus ISPA terutama pada anak-anak. Hasil alam pulau Buru dari
olahan daun Melaleuca leucadendra Linn berupa minyak kayu putih dapat digunakan
sebagai alternatif pencegahan tingginya kasus ISPA di Pulau Buru dengan metode
inhalasi.
4.2 Saran
Upaya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat diperlukan untuk penggunaan
minyak kayu putih sebagai upaya alternatif pencegahan ISPA. Selain itu,
pengembangan penelitian terkait pembuktian khasiat dan penggunaan minyak kayu
putih perlu untuk terus dilakukan.

9
10

Daftar Pustaka

Kementerian Kesehatan. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta:


Kementerian Kesehatan; 2012.

WHO. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung
Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pedoman Interim
WHO. Jenewa: WHO; 2007.

Kementerian Kesehatan. Pokok-Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Maluku 2013. Jakarta:


Kementerian Kesehatan; 2013.
Kementrian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.
Nadjib,2014. Liquid And Vapour Phases Anti Bacterial Activity Of Eucalyptus Globulus
Essential Oil = Susceptibility Of Selected Respiratory Tract Pathogens. American
Journal Of Infectius Diseases.

Nurrohim, A. 2017. Upaya Memperbaiki Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Dengan ISPA.
Jurnal Keperawatan.

Ramos R. F, W. B, I. T.,Airborne antituberculosis activity of Eucalyptus citriodora


essential oil. Journal of National Products. 2014
Sudanto, E. W. 2017. Hubungan Kebiasaan Merokok dan Kondisi Lingkungan Rumah
dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas II Rakit II
Kabupaten Banjarnegara. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP

WHO. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang
Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pedoman Interim WHO. Jenewa: WHO

Zulnely, Gusmailina, & Kusmiati, E. 2015. Prospek Eucaliptus Ctriodora Sebagai Minyak
Atsiri Potensial.Jurnal Kesehatan.
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UIT

Anda mungkin juga menyukai