Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF

GEOTERMAL ATAU PANAS BUMI DI INDONESIA


Nur Kholis1)

1) FIKOM 50, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2003, geotermal adalah sumber energi panas yang
terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang
secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk
pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Geotermal perlu dikembangkan di Indonesia ,
dikarenakan keterbatasan dan menurunnya cadangan energi fosil di Indonesia, sebagai sumber energi
pendamping energi fosil guna menjamin kelangsungan pemenuhan kebutuhan energi nasional (energy
security) dan dapat mencapai daerah terpencil, dan sifatnya yang terbarukan secara alami dan ramah
lingkungan.

Melalui Perpres No 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, pemerintah telah
berupaya menyusun strategi pengelolaan energi nasional 2006-2025, dimana dalam peraturan tersebut
disebutkan bahwa dalam pasokan energi nasional harus dipenuhi 17% energi terbarukan. Berdasarkan
data dari Badan Geologi- Kementerian Energi Sumber Daya Mineral pada tahun 2010, Indonesia
merupakan salah satu negara dengan potensi panas bumi yang cukup besar yaitu ± 29 GW atau setara
dengan 40 % potensi panas bumi dunia, namun demikian pemanfaatannya masih kecil yaitu sebesar
1.189 MW atau setara 4,2% dari potensi yang ada. Posisi tersebut menempatkan Indonesia diurutan
ketiga sebagai negara pemanfaat energi geotermal setelah Philiphina dan Amerika Serikat. Sistem
kelistrikan yang ada di kepulauan Indonesia belum sepenuhnya terintegrasi pada jaringan transmisi
tenaga listrik. Saat ini sistem kelistrikan yang telah terintegrasi dengan baik hanya di pulau Jawa-
Madura- Bali. Permintaan tenaga listrik dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dengan
pertumbuhan rata-rata sekitar 7% per tahun.

Kata-kata Kunci : Geotermal, Perpres, Badan Geologi, Transmisi tenaga listrik

PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF GEOTERMAL DI INDONESIA


(NUR KHOLIS)
PENDAHULUAN

Energi merupakan kebutuhan primer bagi kita semua, pada saat ini energi dari bahan
bakar fosil atau energi yang tidak terbarukan sudah semakin sedikit persediaannya di alam,
sehingga kita sebagai manusia dituntut untuk mencari energi alternatif, bersih dan terjangkau.
Penggunaan energi fosil berdampak pula pada permasalahan lingkungan, karena sumber
pencemaran lingkungan yang menimbulkan efek rumah kaca yang pada akhirnya
menyumbang pada peningkatan pemanasan global (global warming), hujan asam,
meningkatnya keasaman tanah dan memicu berbagai penyakit yang mengancam jiwa
manusia. Sebagai ilustrasi, pada dekade 1990-an 85% dari produksi energi listrik di
Indonesia setara dengan sekitar 43.200 GWh dihasilkan oleh energi fosil, berarti terjadi
pembebasan 42 juta ton CO2, 41,5 ribu ton SO2 serta 30 ribu ton Nox ke atmosfir (Agung,
2013).

Dengan kenaikan harga BBM di Indonesia, karena nilai tukar dollar naik terhadap
rupiah pada tahun 2018 ini, kita mempunyai sumber energi alternatif yang melimpah yaitu
panas bumi (geothermal). Tetapi sumber energi tersebut memakan biaya yang banyak dalam
pengelolaannya. Panas bumi sangat perlu untuk dikembangkan di Indonesia. Beberapa hal
yang menjadi sebab mengapa sumber energi ini perlu dikembangkan adalah sebagai berikut:
(1) keterbatasan dan menurunnya cadangan energi fosil di Indonesia, (2) sebagai sumber
energi pendamping energi fosil guna menjamin kelangsungan pemenuhan kebutuhan energi
nasional (energy security) dan dapat mencapai daerah terpencil, dan (3) sifatnya yang
terbarukan secara alami dan ramah lingkungan. Pengembangan sumber daya panas bumi
memerlukan investasi yang cukup besar, sehingga pengembangannya relatif sangat lambat.
Namun demikian, memiliki keunggulan yaitu emisi CO2 yang dikeluarkan sangat rendah
(Kamojang & Barat, n.d.).

Sejalan dengan UU no.30 tahun 2007 tentang energi, maka keamanan dan
keberlanjutan pasokan energi domestik menjadi sesuatu yang perlu diupayakan secara
sinergis antara pemerintah, pihak swasta dan masyarakat. Hal ini dikarenakan jika tidak ada
antisipasi keamanan dan keberlanjutan pasokan energi dari awal maka akan membawa
konsekuensi yang lebih mahal di masa yang akan datang (Fandari, 2014).

Mengatasi krisis penyediaan energi dan menghindari dampak kerusakan lingkungan


hidup akibat global warming maka dibutuhkan sumber energi alternatif yang baru dan
PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF GEOTERMAL DI INDONESIA
(NUR KHOLIS)
terbarukan serta lebih ramah lingkungan. Pemanfaatan dan pengembangan energi terbarukan
menjadi semakin penting mengingat semakin terbatasnya sumber energi fosil atau sumber
energi non-terbarukan. Melalui Perpres No 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional,
pemerintah telah berupaya menyusun strategi pengelolaan energi nasional 2006-2025, dimana
dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa dalam pasokan energi nasional harus dipenuhi
17% energi terbarukan(Fandari, 2014).

TINJAUAN PUSTAKA

Energi Panas Bumi (Geothermal Energy )

Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2003, panas bumi adalah sumber energi
panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan
gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas
bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.

Energi panas bumi adalah energi yang diekstraksi dari panas yang tersimpan di dalam
bumi. Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang terjadi sejak
planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari yang diserap oleh permukaan
bumi. Energi ini telah dipergunakan untuk memanaskan (ruangan ketika musim dingin, atau
air) sejak peradaban Romawi, namun sekarang lebih populer untuk menghasilkan energi
listrik.

Energi panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan, namun terbatas hanya
pada dekat area perbatasan lapisan tektonik. Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya
dapat dibangun di sekitar lempeng tektonik di mana temperatur tinggi dari sumber panas
bumi tersedia di dekat permukaan. Pengembangan dan penyempurnaan dalam teknologi
pengeboran dan ekstraksi telah memperluas jangkauan pembangunan pembangkit listrik
tenaga panas bumi dari lempeng tektonik terdekat(Fandari, 2014).

Energi Panas Bumi di Indonesia

(Fandari, 2014) Menjelaskan berdasarkan data dari Badan Geologi- Kementerian


Energi Sumber Daya Mineral pada tahun 2010, Indonesia merupakan salah satu negara
dengan potensi panas bumi yang cukup besar yaitu ± 29 GW atau setara dengan 40 % potensi
panas bumi dunia, namun demikian pemanfaatannya masih kecil yaitu sebesar 1.189 MW

PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF GEOTERMAL DI INDONESIA


(NUR KHOLIS)
atau setara 4,2% dari potensi yang ada. Posisi tersebut menempatkan Indonesia diurutan
ketiga sebagai negara pemanfaat energi panas bumi setelah Philiphina dan Amerika Serikat.
Data potensi Panas Bumi di Indonesia berdasarkan tiap-tiap provinsi bisa dilihat dalam Tabel
1 di bawah ini :

Sumber : Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral,2011

Sejarah Pengembangan Energi Panas Bumi di Indonesia

Di bawah pemerintahan kolonial Belanda, dari awal abad ke-19 sampai dengan
pertengahan abad ke-20, sumber daya panas bumi di Indonesia telah dibuktikan
keberadaannya dari survei geologi pemerintah kolonial Belanda. Setelah Indonesia merdeka,
The Volcanological Survey of Indonesia (VSI) didirikan sebagai lembaga resmi pemerintah
Indonesia yang bertanggung jawab untuk menyelidiki serta mencatat keberadaan gunung
berapi di Indonesia (Hockstein dalam Takemae et al, 2012).
Pengembangan energi panas bumi modern di Indonesia dimulai dengan di Kamojang
pada tahun 1983 diikuti dengan beroperasinya Unit-1 PLTP (30MW) pada tahun 1983, dan 2
unit lainnya beroperasi dengan kapasitas 55 MW pada tahun 1985. Monoblock yang berada
PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF GEOTERMAL DI INDONESIA
(NUR KHOLIS)
di Pulau Sumatera dengan kapasitas 2 MW terdapat di Sibayak-Brastagi telah beroperasi
sebagai pembangkit listrik untuk pertama kali. Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) yang
pertama dengan kapasitas 20 MW beroperasi di daerah Lahendong pada bulan Agustus 2001
(Fandari, 2014).
Sektor Ketenagalistrikan

Sistem kelistrikan yang ada di kepulauan Indonesia belum sepenuhnya terintegrasi


pada jaringan transmisi tenaga listrik. Saat ini sistem kelistrikan yang telah terintegrasi
dengan baik hanya di pulau Jawa-Madura- Bali. Hasil yang dicapai dalam pembangunan
transmisi tenaga listrik untuk pulau-pulau utama adalah sebagaimana diperlihatkan pada
Tabel 2.

Sumber : Master Plan Pembangunan Ketenagalistrikan 2010 s.d 2014

Kondisi Permintaan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Permintaan tenaga listrik dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dengan
pertumbuhan rata-rata sekitar 7% per tahun. Sementara itu pengembangan sarana dan
prasarana ketenagalistrikan khususnya penambahan kapasitas pembangkit selama lima tahun
terakhir (2004-2008) hanya tumbuh rata-rata sebesar 4,4% per tahun. Ketidakseimbangan
antara permintaan dengan penyediaan tenaga listrik tersebut, mengakibatkan kekurangan

PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF GEOTERMAL DI INDONESIA


(NUR KHOLIS)
pasokan tenaga listrik di beberapa daerah terutama di luar sistem kelistrikan Jawa-Madura-
Bali tidak dapat dihindari. Kondisi pertumbuhan penyediaan tenaga listrik yang rendah
tersebut juga merupakan akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada periode tahun
1998/1999, dimana pada saat itu pertumbuhan kapasitas terpasang hanya tumbuh sebesar
1,13%. (Fandari, 2014).

METODOLOGI

Metodologi yang dilakukan dalam artikel adalah dengan metode deskriptif yaitu
metode dengan menggunakan kajian pustaka yang diambil dari beberapa jurnal. Dalam
artikel ini membahas mengenai energi alternatif yang sangat berpotensi di Indonesia yaitu
geotermal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Energi panas bumi (geothermal) adalah energi yang terbarukan yang tidak akan habis
pakai (rewenable). Dengan potensi geothermal yang besar, diharapkan geotermal menjadi
salah satu penopang ketahanan energi nasional di masa yang akan datang sebagai penopang
perekonomian di Indonesia. Energi merupakan hal yang sangat vital dewasa ini. Energi
menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan bagi kelangsungan kehidupan dan aktivitas
manusia. Pada tahun 2006 melalui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan
Peraturan Presiden (PP) No. 5 Tahun 2006 mengenai (PP) No. 5 Tahun 2006 mengenai
Kebijakan Energi Nasional (KEN), dimana di dalam KEN pemerintah menetapkan
penggunaan energi baru terbarukan atau energi alternatif sebesar 5% yang ditargetkan akan
dicapai pada tahun 2025 dan juga tercantum dalam Pengelolaan Energi Nasional. Pemerintah
telah berupaya menyusun strategi pengelolaan energi nasional 2006-2025 terhadap beragam
kendala dan tantangan dalam pengembangan peningkatan pemanfaatkan sumber energi panas
bumi di Indonesia, dimana dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa dalam pasokan energi
nasional harus dipenuhi 17% energi terbarukan. Hal tersebut menyatakan dengan jelas
bagaimana peranan energi terbarukan di masa yang akan datang (Sari, Drs, Tjarsono, & Si,
2016). Dari kajian pustaka yang didapatkan panas bumi di Indonesia sudah mulai
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk PLTP. Berdasarkan data terbaru dari Direktorat
Panas Bumi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi tercatat
sumber daya panas bumi yang termanfaatkan telah mencapai 1.948,5 MW yang terdiri dari
13 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada 11 Wilayah Kerja Panas Bumi
PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF GEOTERMAL DI INDONESIA
(NUR KHOLIS)
(WKP). Sebaran 13 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang terpasang
berdasarkan letak geografis dari wilayah barat sampai wilayah timur Indonesia bisa dilihat
dalam Tabel 1 di bawah ini :

No PLTP Pengembang/ Kapasitas WKP, Lokasi


Total
Operator

1 PLTP Sibayak PT Pertamina 12 MW Sibayak - Sinabung,


Geothermal Energy Sumatera Utara

2 PLTP Sarulla Sarulla Operation 330 MW Sibual-buali, Sumatera


Ltd Utara

3 PLTP Ulubelu PT Pertamina 220 MW Waypanas, Lampung


Geothermal Energy

4 PLTP Salak PT Star Energy 377 MW Cibeureum - Parabakti,


Geothermal Salak. Jawa Barat
Ltd

5 PLTP Wayang Windu Star Energy 227 MW Pangalengan, Jawa


Geothermal Wayang Barat
Windu

6 PLTP Patuha PT Geo Dipa Energy 55 MW Pangalengan, Jawa


Barat

7 PLTP Kamojang PT Pertamina 235 MW Kamojang - Darajat,


Geothermal Energy Jawa Barat

8 PLTP Darajat Star Energy 270 MW Kamojang - Darajat,


Geothermal Drajat Jawa Barat

PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF GEOTERMAL DI INDONESIA


(NUR KHOLIS)
9 PLTP Dieng PT Geo Dipa Energy 60 MW Dataran Tinggi Dieng,
Jawa Tengah

10 PLTP Karaha PT Pertamina 30 MW Karaha Bodas, Jawa


Geothermal Energy Barat

11 PLTP Matalako PT Perusahaan 2,5 MW Matalako, NTT


Listrik Negara

12 PLTP Ulumbu PT Perusahaan 10 MW Ulumbu, NTT


Listrik Negara

13 PLTP Lahendong PT Pertamina 120 MW Lahendong - Tompaso,


Geothermal Energy Sulawesi Utara

Sumber : Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia 2018

Khusus untuk PLTP Karaha, baru beroperasi secara komersil pada tanggal 6 April 2018.
Dengan beroperasinya PLTP Karaha ini mampu melistriki 33 ribu rumah di Tasikmalaya dan
sekitarnya. Pencapaian ini merupakan realisasi dari program 35.000 MW yang dicanangkan
pemerintah, di mana akan meningkatkan kehandalan sistem transmisi Jawa-Bali dengan
tambahan suplai listrik sebesar 227 Giga Watt hour (GWh) per tahun.

PENUTUP

Pengembangan energi alternatif panas bumi (geotermal) menjadi sangat penting sekali
dikarenakan energy yang berasal dari fosil sudah mulai habis dikarenakan sumber daya yang
berasal dari fosil tidak dapat terbarukan. Akan tetapi dalam mengembangkan sumber daya
alternatif panas bumi masih membutuhkan peralatan dan dana yang dapat mencukupi. Dari
tahun 1983-sekarang Indonesia hanya mempunyai 13 masih sangat susah untuk
dikembangkan di Indonesia dikarenakan biayanya yang mahal ,oleh karena itu pemerintah
wajib untuk mencari cara agar dapat mengembangkan dengan cepat potensi energi alternatif
panas bumi yang dimiliki oleh Indonesia.

PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF GEOTERMAL DI INDONESIA


(NUR KHOLIS)
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia : Sebaran Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi di Indonesia . (2018, Mei 8). Diakses
dari https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/ini-dia-sebaran-pembangkit-
listrik-panas-bumi-di-indonesia

Agung, A. I. (2013). Potensi Sumber Energi Alternatif Dalam Mendukung. Jurnal


Pendidikan Teknik Elektro, 2, 892–897.

Fandari, N. E. L. (2014). Pengembangan Energi Panas Bumi yang Berkelanjutan. Jurnal


Ilmiah Semesta Teknika, 17(1), 68–82.

Kamojang, S. K., & Barat, J. (n.d.). Analisa kelayakan pembangunan pembangkit listrik
tenaga panas bumi, VI, 24–32.

Sari, M., Drs, P., Tjarsono, I., & Si, M. (2016). Kerjasama indonesia dan islandia dalam
pengembangan energi panas bumi (geothermal) tahun 2009-2014, 3(2), 1–12.

PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF GEOTERMAL DI INDONESIA


(NUR KHOLIS)

Anda mungkin juga menyukai