Anda di halaman 1dari 13

PEMANFAATAN SIMBIOSIS MIKROALGA Chlorella sp DAN EM4

UNTUK MENURUNKAN KADAR POLUTAN LIMBAH CAIR SAGU

UTILIZATION SYMBIOTIC OF MIKROALGAE Chlorella sp AND EM4


TO REDUCE LEVELS OF POLLUTANS SAGO LIQUID WASTE

Dewi Simatupang1, Fajar Restuhadi2, Tengku Dahril3, Program Studi


Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Indonesia
Dewisimatupang16@gmail.com

ABSTRACK

The aimed of the research was to got the best combination of EM4 and
Chlorella sp in reduced pollutant sago liquid waste. This research was used a
Completely Randomized Design (CRD) non factorial with five treatments and
three replications to obtain 15 experimentals unit. Formulation treatments were
A0 (without addition EM4), A1(addition 5 ml EM4), A2 (additon 10 ml EM4),
A3 (addition 15 ml EM4), A4 (addition 20 ml EM4). Data obtained was Analyzed
Statistically Using Analysis of Variance (ANOVA). If F calculated equal to or
greater than F table then proceed to test Duncan’s Multiple New Range Test
(DNMRT) at level 5%. The result showed that the addition of 20 ml EM4
effectively reduce levels of sago waste pollutant as much as 90,2% COD, 83%
BOD, and 81% TSS. The other side pH was increase from 4,17 to 7,07.

Keywords: EM4, Chlorella sp, sago liquid waste, COD, BOD, TSS, pH.

PENDAHULUAN ekstraksi. Air limbah industri sagu


mengandung bahan organik dalam
Indonesia merupakan salah jumlah besar. Kandungan bahan
satu negara penghasil sagu terbanyak organik yang terdapat dalam air
di dunia. Tanaman sagu (Metroxylon limbah industri sagu yaitu berupa
sp) merupakan salah satu sumber pati, serat, lemak, dan protein.
karbohidrat yang penting bagi Adanya senyawa organik tersebut
kehidupan. Untuk mengolah tanaman menyebabkan limbah cair industri
sagu agar menghasilkan pati, sagu mengandung kadar polutan
diperlukan proses ekstraksi. Pada yang tinggi dan apabila dibuang
dasarnya proses ekstraksi pati adalah keperairan tanpa pengolahan akan
pemisahan pati dari empulur batang menyebabkan pencemaran. Menurut
sagu dengan bantuan air. Dengan Singhal dkk., (2008) air limbah industri
media air ini, pati sagu dapat sagu memiliki rasio karbon, nitrogen,
dipisahkan dari seratnya. Akibatnya, dan posfor yang sangat tinggi yaitu
air mengandung pati setelah proses 105:0,12:1. Bahan organik yang cukup

1. Mahasiswa FAPERTA Universitas Riau 1


2. Dosen FAPERTA Universitas Riau
Jom FAPERTA Vol. 4 No. 1 Februari 2017
tinggi dalam air limbah akan dan pemanfaatannya belum
mempengaruhi kebutuhan oksigen maksimal dan Chlorella sp juga tidak
mikroorganisme dalam mendegradasi membutuhkan area yang luas jika
bahan organik tersebut. dibandingkan tumbuhan lain yang
Pencemaran air dapat juga dimanfaatkan sebagai
menyebabkan penurunan kualitas air fitoremediasi disebabkan ukurannya
yang bisa membahayakan kesehatan yang mikro.
mahluk hidup. Mengolah dan Zikra (2011) telah melakukan
mendaur ulang limbah memerlukan penelitian tentang potensi
tambahan energi atau biaya yang pemanfaatan alga Chlorella
tidak sedikit. Biaya tersebut pyrenoidosa dalam pengelolaan
tergantung dari beban pencemaran, limbah cair kelapa sawit dengan
hasil yang diharapkan dan teknologi perlakuan terbaik yaitu penambahan
pengolahan yang digunakan. alga sebanyak 800 ml dalam 1 liter
Semakin tinggi kualitas pengolahan limbah dengan dua kali pengenceran
yang diharapkan dan semakin limbah dengan efisiensi penurunan
canggih teknologi dan peralatan yang BOD= 94,75%, COD= 89,48% TSS=
dibutuhkan maka biaya yang 88,02%, dan Amoniak= 74,04%.
dibutuhkan juga semakin tinggi. Penggunaan mikroalga dalam
Salah satu teknologi pengolahan limbah cair industri
pengolahan limbah yang ramah memiliki keuntungan yaitu prinsip
lingkungan dan memiliki nilai proses pengolahannya berjalan alami
manfaat adalah pengolahan limbah seperti prinsip ekosistem alam
secara biologis. Sistem pengolahan sehingga sangat ramah lingkungan
limbah secara biologis masih dan tidak menghasilkan limbah
dianggap cara yang paling murah sekunder. Zikra (2011) melakukan
apabila dibandingkan dengan cara penelitian selama sembilan hari maka
kimia mengingat harga bahan kimia untuk mempercepat proses
relatif mahal dan volume air limbah pengolahan limbah dengan Chlorella
pati sagu yang cukup banyak. Salah sp akan ditambahkan bakteri yang
satu alternatif adalah penggunaan dapat memfermentasi limbah organik
mikroalga Chlorella sp untuk secara tepat dan efektif serta ramah
mengurangi polutan yang ada dalam lingkungan. Salah satunya dengan
limbah cair pati sagu. menggunakan EM4.
Mikroalga merupakan salah EM4 bersifat fermentatif dan
satu mikroorganisme fotosintetik sintetik terdiri dari lima kelompok
yang dikembangkan selain bakteri mikroorganisme yaitu, bakteri
dalam penanggulangan limbah cair fotosintetik, jamur fermentasi,
saat ini. Chlorella sp dipilih sebagai Lactobacillus sp, Actinomycetes dan
sarana penanganan limbah cair ragi. EM4 lebih mampu
karena alga ini dapat mendegradasi senyawa-senyawa
berkembangbiak dengan cepat pada organik yang terdapat didalam
kondisi tumbuhnya, mudah dalam limbah cair dan lebih cepat dari pada
membudidayakan, menghasilkan hanya menggunakan mikroorganisne
oksigen melalui proses fotosintesis, alami yang terdapat didalam limbah
mengandung protein yang tinggi cair tersebut. Degradasi ini akan
dengan komponen utama asam melepaskan karbondioksida (CO2)
amino (Arifin, 2012). Chlorella sp yang berguna bagi pertumbuhan
tersedia dalam jumlah yang banyak
Jom FAPERTA Vol 4 No 1 Februari 2017 2
mikroalga. Karbondioksida (CO2) Bahan dan Alat
selanjutnya digunakan mikroalga Bahan yang digunakan dalam
sebagai sumber karbon utama dan penelitian ini adalah mikroalga
sintesis sel baru bila tersedia cahaya Chlorella sp yang diperoleh dari
yang cukup dan melepaskan oksigen koleksi pribadi Prof. Dr. Ir. Tengku
melalui mekanisme fotosintesis. Dahril, M.Sc, limbah cair sagu yang
Muslimin (2013) telah diperoleh dari pabrik pengolahan
melakukan penelitian tentang sagu di kepulauan Meranti, EM4
aplikasi EM4 (effective pertanian, akuades, pupuk urea,
microorganism) dalam pengolahan pupuk TSP, K2Cr2O7, kalium
limbah cair mocaf (modified cassava bikromat, larutan fisiologis,
flour) dengan perlakuan terbaik yaitu ammonium sulfat, indikator feroin
penambahan 5 ml EM4 aktif dan larutan nessler.
kedalam satu liter limbah dengan Alat yang digunakan adalah
efisiensi penurunan sebesar 88,25%. toples-toples kaca sebagai bak
Berdasarkan hal tersebut perlakuan, jerigen limbah cair,
maka dimanfaatkan strain lokal alga aerator, selang, buret, magnetic
Chlorella sp yang diaplikasikan pada stirrer, pH meter, haemocytometer,
limbah cair sagu yang difermentasi gelas piala, objek gelas, cover glass,
dengan EM4 untuk memperoleh kertas saring, pipet, oven, desikator,
kemungkinan yang terjadi pada skala timbangan analitik, cawan petri,
laboratorium. Dengan aluminium foil, erlenmeyer, beaker
mempertimbangkan hal-hal di atas glass.
maka penulis melakukan penelitian
dengan judul “Pemanfaatan Metode Penelitian
Simbiosis Mikroalga Chlorella sp Metode yang digunakan
dan EM4 untuk Menurunkan adalah metode eksperimen dengan
Kadar Polutan Limbah Cair Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Sagu”. yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3
kali ulangan sehingga diperoleh 15
Tujuan Penenlitian unit percobaan. Dengan perlakuan:
Penelitan ini bertujuan untuk Ao : Mikroalga 800 ml dalam 1 L
mendapatkan kombinasi terbaik EM4 limbah tanpa penambahan EM4
dan Chlorella sp dalam menurunkan (kontrol)
kadar polutan limbah cair sagu. A1 : Mikroalga 800 ml dalam 1 L
limbah ditambahkan EM4 5 ml
BAHAN DAN METODE A2 : Mikroalga 800 ml dalam 1 L
Tempat dan Waktu limbah ditambahkan EM4 10 ml
Penelitian ini dilaksanakan di A3 : Mikroalga 800 ml dalam 1 L
Laboratorium Analisis Hasil limbah ditambahkan EM4 15 ml
Pertanian Fakultas Pertanian A4 : Mikroalga 800 ml dalam 1 L
Universitas Riau dan Laboratorium limbah ditambahkan EM4 20 ml
unit pelaksanaan teknis pengujian
material Pekanbaru. Penelitian Pelaksanaan Penelitian
berlangsung selama 4 bulan, yaitu Perbanyakan Alga Chlorella sp
bulan September hingga Desember Perbanyakan Chlorella sp
2016. mengacu pada Hadinata (2013).
Tahap pertama adalah sebanyak 500

Jom FAPERTA Vol 4 No 1 Februari 2017 3


ml bibit alga yang diperoleh dari Inokulasi Mikroalga ke dalam
koleksi pribadi Prof. Dr. Ir. Tengku Limbah Cair Sagu
Dahril, M.Sc ditambah dengan 4 L Inokulasi mikrolaga ke dalam
akuades dan dimasukan kedalam sampel limbah cair sagu yaitu
wadah steril. Sebanyak 30 g pupuk dengan cara menambahkan
urea dan 10 g pupuk TSP sebagai mikroalga sebanyak 800 ml dan EM4
sumber nutrisi untuk pertumbuhan sesuai perlakuan kedalam limbah
alga. Bibit alga dipindahkan ke cair. Kemudian dibiarkan selama 7
dalam botol aqua masing-masing selama 7 hari (D7). Dianalisis COD,
sebanyak 1 L. Dibiarkan selama 7-10 BOD, pH dan TSS nya.
hari dengan memperhatikan
pencahayaan dan aerasi agar bibit Analisis Data
alga dapat melakukan fotosintesis Data yang diperoleh
dan terus berkembangbiak. dianalisis secara statistik
menggunakan Analysis Of Variance
Pengambilan Sampel Limbah (ANOVA). Apabila didapatkan data
Limbah cair sagu akan Fhitung ≥ Ftabel maka dilakukan uji
diperoleh dari industri pengolahan lanjut dengan uji Duncan’s New
sagu yang terdapat di Kepulauan Multiple Range Test (DNMRT) pada
Meranti milik pak Izam dimana taraf 5%.
limbah pengolahan sagu nya hanya
menggunakan satu kolam dan setelah HASIL DAN PEMBAHASAN
itu langsung dialirkan ke sungai. Pengukuran Karakteristik Limbah
Limbah akan diambil satu hari Cair Sagu
sebelum melakukan penelitian Karakteristik air limbah
dikarenakan lokasi pengambilan organik tinggi ditunjukkan dengan
sampel dengan lokasi penelitian tinggi nya parameter COD dan BOD
memiliki jarak yang jauh dan akan dalam air limbah tersebut. Limbah
dibawa langsung ke Laboratorium cair sagu yang terdapat di Kepulauan
menggunakan kendaraan roda empat Meranti sebagian besar langsung
(mobil). Pengambilan sampel limbah dibuang ke perairan tanpa proses
cair sagu dilakukan pada kolam pengolahan. Padahal limbah ini
penampung dengan menggunakan memiliki karakteristik yang sangat
jerigen warna hitam (untuk berbahaya untuk lingkungan terlebih
menghindari cahaya masuk ke dalam biota air. Karakteristik limbah cair
limbah) dibeberapa titik sampel sagu adalah zat-zat yang terkandung
secara acak. Jerigen dibersihkan didalam limbah cair sagu tersebut,
bagian dalamnya dengan cara dibilas dalam hal ini kandungan yang
dengan menggunakan air limbah berbahaya terhadap lingkungan.
yang akan diambil. Kemudian Sebelum limbah cair sagu diolah
limbah dimasukkan ke dalam jerigen terlebih dahulu dianalisis kandungan
secara perlahan-lahan dan hindari polutan nya dengan tujuan untuk
terjadinya turbulansi didalam jerigen. mengetahui seberapa besar
Selanjutnya limbah cair sagu penurunan kadar polutan limbah cair
dianalisis kadar BOD, COD, pH dan sagu sebelum diolah dan setelah
TSS sebagai D0. diolah dan hasil nya dapat dilihat
pada Tabel 3. Dari empat
karakteristik yang telah di analisis

Jom FAPERTA Vol 4 No 1 Februari 2017 4


pH, COD, BOD, dan TSS dapat ditetapkan Kepmen LH No. KEP 51-
dilihat bahwa seluruh parameter /MENLH/10/1995.
masih jauh melebihi baku mutu
limbah cair sagu yang telah

Tabel 3. Karakteristik limbah cair sagu sebelum diolah


Parameter Satuan Nilai Baku mutu (*)
pH - 4,19 6,0-9,0
COD Mg/L 2.924 300
BOD Mg/L 820 150
TSS Mg/L 422 100

Dari Tabel 3 dapat dilihat rentang pH tertentu untuk


tinggi nya kandungan polutan mendapatkan hasil yang optimal.
limbah cair sagu sebelum diolah atau Salah satu faktor yang
yang selama ini langsung dibuang ke mempengaruhi perubahan pH di
perairan. Maka dari itulah sangat dalam air adalah ketersediaan CO2
perlu dilakukan pengolahan limbah terlarut dimana CO2 di dalam air
cair sagu secara biologis. berasal dari atmosfer dan hasil
respirasi dari mikroorganisme.
Derajat Keasaman (pH) Berdasarkan analisis sidik ragam
Nilai pH adalah derajat (Lampiran 4) dengan rasio
keasaman yang digunakan untuk penambahan EM4 yang berbeda-
menyatakan tingkat keasaman atau beda memberikan pengaruh nyata
kebasaan yang dimiliki oleh suatu terhadap nilai pH setiap perlakuan
larutan. Peranan pH sangat penting yang dihasilkan. Rata-rata nilai pH
bagi proses kimiawi di dalam larutan limbah cair sagu setelah diuji lanjut
karena suasana larutan dapat DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat
mempengaruhi beberapa hal, pada Tabel 4.
misalnya aktivitas biologis dan
mikrobiologis yang membutuhkan

Tabel 4. Rata-rata nilai pH limbah cair sagu pada hari ke-7


Perlakuan pH (H7)
A0 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 0 ml) 5,06a
A1 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 5 ml) 5,07a
A2 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 10 ml) 5,96b
A3 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 15 ml) 6,43c
A4 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 20 ml) 7,07d
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut
uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 4 menunjukkan bahwa cair sagu sebelum di campur dengan


derajat keasaman (pH) pada mikroalga dan EM4 adalah 4,19.
perlakuan A0 dan A1 tidak berbeda Rata-rata nilai pH akhir yang
nyata, sedangkan A2, A3 dan A4 dihasilkan adalah 5,06-7,07. Derajat
berbeda nyata serta A0 dan A1 keasaman (pH) pada setiap perlakuan
dengan A2, A3, A4 berbeda nyata. naik sejalan dengan tingginya jumlah
Derajat keasaman (pH) awal limbah penambahan EM4. Perlakuan A0

Jom FAPERTA Vol 4 No 1 Februari 2017 5


yaitu tanpa penambahan EM4 nilai menyebabkan penurunan konsentrasi
pH juga semakin naik tetapi belum CO2 dan mengakibatkan peningkatan
memenuhi baku mutu limbah cair nilai pH. Kenaikan nilai pH juga
sagu, hal ini membuktikan bahwa disebabkan oleh karena adanya
proses fotosintesis Chlorella sp dapat proses pengenceran dalam limbah,
menaikkan nilai pH limbah sagu dimana pada saat mikroalga
tetapi hanya sedikit. ditambahkan ke dalam limbah maka
Penelitian ini sejalan dengan keasaman limbah akan berkurang
penelitian Hartini (2016) dimana karena mikroalga bersifat basa,
nilai pH semakin tinggi dengan sehingga secara otomatis nilai pH
hanya penambahan Chlorella sp 250 dari limbah akan semakin naik.
ml tanpa penambahan bakteri lain.
Selain karena proses fotosintesis Kadar Chemical Oxygen Demand
Chlorella sp kenaikan pH dibantu Chemical Oxygen Demand
dengan adanya simbiosis antara EM4 (COD) merupakan banyaknya
dengan Chlorella sp, hal ini dapat kandungan bahan organik yang dapat
dilihat dari data Tabel 4, dimana dioksidasi secara kimiawi baik yang
semakin banyak jumlah EM4 yang bersifat biodegr adabel (dapat
ditambah semakin tinggi nilai pH terdegradasi secara biologis) maupun
yang dihasilkan. Karena pada saat non biodegradabel (tidak dapat
Chlorella sp berfotosintesis akan terdegradasi secara biologis) di suatu
mensintesis sel baru dan juga perairaan. Berdasarkan hasil analisis
menghasilkan oksigen yang sidik ragam (Lampiran 5) dapat
kemudian akan digunakan dilihat bahwa nilai COD dari setiap
mikroorganisme EM4 untuk perlakuan yang telah dilakukan
mendegradasi senyawa organik memiliki nilai yang berbeda-beda.
limbah sagu, hal ini sesuai dengan Nilai COD berdasarkan uji DNMRT
pernyataan Prihantini (2005) yang pada ta raf 5% dapat dilihat pada
menyatakan penyerapan CO2 dan Tabel 5.
bikarbonat oleh mikroalga

Tabel 5. Rata-rata nilai COD limbah cair sagu pada hari ke-7
Perlakuan COD H0 COD H7
(mg/L) (mg/L)
A0 (mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 0 ml) 1292,66 646,33d
A1 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 5 ml) 1072,00 536,00c
A2 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 10 ml) 941,32 470,66c
A3 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 15 ml) 776,00 388,00b
A4 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 20 ml) 577,32 288,66a
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut
uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa baku mutu limbah cair sagu menurut


perlakuan A0, A1 dan A2, A3, A4 Kepmen LH No. KEP 51-
berbeda nyata sedangkan perlakuan /MENLH/10/1995 yaitu 300 mg/L.
A1 dan A2 tidak berbeda nyata. Nilai Semakin banyak jumlah EM4 yang
COD paling rendah terdapat pada tambahkan ke dalam limbah sagu
perlakuan A4 yaitu 288,66 mg/L semakin rendah nilai COD yang
dimana angka ini sudah memenuhi dihasilkan, hal ini disebabkan karena

Jom FAPERTA Vol 4 No 1 Februari 2017 6


semakin banyak jumlah EM4 menurunkan kadar COD limbah cair
semakin tinggi aktivitas sagu masih rendah, tetapi dengan
mikroorganisme yang dapat bersimbiosis dengan mikroorganisme
mengurai bahan organik yang EM4 20 ml, mampu menurunkan
terdapat dalam limbah sesuai dengan kadar polutan limbah sagu sesuai
pernyataan Moertinah (2010) apabila baku mutu yang sudah di tetapkan.
komponen-komponen dalam air Pernyataan ini sejalan dengan
limbah dapat diurai oleh penelitian Hartini (2016) dimana
mikroorganisme maka dengan atau nilai COD limbah sagu tersebut
tanpa aklimitasi air limbah dapat menurun pada ke-7 tetapi masih jauh
diolah secara biologis. dari baku yang ditetapkan.
Penurunan nilai COD juga
disebabkan karena adanya simbiosis Kadar Biochemical Oxygent
mutualisme antara mikroalga dengan Demand
EM4. Dimana pada saat mikroalga Biochemical Oxygent
berfotosintesis akan menghasilkan Demand (BOD) adalah jumlah
oksigen (O2) yang kemudian akan oksigen (O2) yang harus dipakai oleh
digunakan mikroorganisme untuk mikroorganisme untuk mengoksidasi
bertahan hidup dan mendegradasi za-zat organik yang ada dalam air
senyawa organik dalam limbah, pada buangan. Kandungan BOD yang
saat mikroorganisme mendegradasi tinggi dalam air limbah industri
senyawa organik akan menghasilkan dapat menyebabkan turunnya
karbodioksida (CO2) dan oksigen perairan, keadaan anaerob
karbondioksida ini dibutuhkan (tanpa oksigen) sehingga dapat
mikroalga untuk melakukan mematikan ikan dan menimbulkan
fotosintesis. Adanya simbiosis antara bau busuk. Berdasarkan hasil analisis
mikroalga dengan EM4 dapat dilihat sidik ragam (Lampiran 6) dapat
dari data perlakuan A0 yaitu tanpa dilihat bahwa setiap perlakuan
penambahan EM4 mengalami memiliki nilai BOD yang berbeda.
penurunan COD lebih sedikit Nilai BOD berdasarkan uji DNMRT
dibanding dengan perlakuan dengan pada taraf 5% dapat dilihat pada
penambahan EM4. Dari data yang Tabel 6.
dihasilkan dapat dilihat bahwa
kemampuan mikroalga dalam

Tabel 6. Rata-rata nilai BOD limbah cair sagu pada hari ke-7
Perlakuan BOD H0 BOD H7
(mg/L) (mg/L)
A0 (mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 0 ml) 614,00 307,00c
A1 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 5 ml) 590,66 295,33c
A2 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 10 ml) 577,32 288,66c
A3 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 15 ml) 400,00 200,00b
A4 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 20 ml) 285,32 142,66a
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut
uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan A3 dan A4 berbeda nyata.


nilai BOD pada perlakuan A0, A1, Rata-rata nilai BOD yang dihasilkan
A2 tidak berbeda nyata, sedangkan adalah 307,00–142,66 mg/L. Nilai

Jom FAPERTA Vol 4 No 1 Februari 2017 7


BOD paling rendah terdapat pada oksigen dari proses fotosintesis yang
perlakuan A4 dengan penambahan akan digunakan oleh bakteri untuk
EM4 sebanyak 20 ml dengan nilai kelangsungan hidupnya. Kontaminan
142,66 mg/L dan ini sudah pencemar yang diuraikan oleh
memenuhi baku mutu limbah cair mikroorganisme adalah kontaminan
sagu sesuai Kepmen LH No. KEP yang mudah terurai secara
51-/MENLH/10/1995 yaitu 150 mirkobiologis.
mg/L. Penurunan nilai BOD . Penurunan nilai BOD juga
disebabkan karena proses fotosintesis dipengaruhi karena adanya faktor
dari Cholrella sp, hal ini dapat dilihat pengenceran, hal ini dapat dilihat
dari data Tabel 6 pada perlakuan A0 dari data pada Tabel 6 dimana nilai
tanpa penambahan EM4 nilai BOD BOD pada hari pertama (H0)
juga berkurang pada hari ke-7. mengalami penurunan sebelum
Penelitian ini sejalan dengan Hartini diinkubasi, hal ini disebabkan karena
(2016) yaitu tanpa penambahan pada saat mikroalga dan EM4
pendegradasi nilai BOD dari limbah ditambahkan ke dalam limbah sagu
berkurang. jumlah larutan akan bertambah dan
Nilai BOD semakin rendah secara otomatis nilai BOD akan
dengan penambahan jumlah EM4 berkurang.
yang semakin tinggi, hal ini
disebabkan karena adanya proses Kadar Total Solid Suspensi
simbiosis mutualisme antara Total solid tersuspensi
mikroalga dengan EM4. Proses merupakan semua zat padat atau
simbiosis ini dapat dilihat dari data partikel-partikel yang tersuspensi
Tabel 6 yang menunjukkan bahwa dalam air dapat berupa komponen
pada perlakuan A0 yaitu tanpa hidup (biotik) dan komponen mati
penambahan EM4 nilai BOD (abiotik). Parameter TSS juga
berkurang tetapi tidak sebanyak berperan penting dalam baku mutu
perlakuan dengan penambahan EM4, limbah. Berdasarkan nialai TSS
ini disebabkan karena kurang nya dapat diketahui apakah limbah
aktivitas mikroorganisme yang dapat tersebut sudah layak dibuang ke
mengurai limbah sagu, sedangkan perairan atau belum. Padatan
nilai BOD pada perlakuan tersuspensi yang tinggi dapat
penambahan EM4 cenderung turun menghalangi penetrasi cahaya masuk
seiring dengan banyak nya jumlah ke dalam air dan hal ini dapat
EM4 yang ditambahkan. menghambat terjadinya proses
Mikroba yang berperan dalam fotosintesis sempurna. Berdasarkan
perombakan limbah cair sagu yaitu hasil analisis sidik ragam (Lampiran
kelompok bakteri, jamur fitoplankton 7) dapat dilihat bahwa setiap
yang hidup bersimbiosis mutualisme perlakuan memiliki nilai yang
yang terjadi secara berantai. berbeda-beda. Nilai setiap perlakuan
Mekanisme penguraian limbah oleh dapat dilihat pada Tabel 7.
mikroba terjadi secara sinergis antara berdasarkan uji DNMRT pada taraf
alga dan bakteri karena alga 5%.
mengkonsumsi hasil metabolisme
bakteri berupa zat hara dan CO2,
sedangkan bakteri menggunakan

Jom FAPERTA Vol 4 No 1 Februari 2017 8


Tabel 7. Rata-rata nilai TSS limbah cair sagu pada hari ke-7
Perlakuan TSS H0 (mg/L) TSS H7 (mg/L)
A0 (mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 0 ml) 317,32 158,66c
A1 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 5 ml) 212,66 106,33b
A2 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 10 ml) 175,32 87,66a
A3 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 15 ml) 160,00 80,00a
A4 (Mikroalga 800 ml : limbah 1 L : EM4 20 ml) 163,32 81,66a
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut
uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 7 menunjukkan bahwa hal ini dapat dilihat dari data hari
perlakuan A0, A1 dengan A2, A3 pertama (H0) sebelum limbah
dan A4 berbeda nyata sedangkan diinkubasi, dimana limbah sudah
perlakuan A2, A3, A4 tidak berbeda mengalami penurunan TSS. Hal ini
nyata. Rata-rata nilai TSS yang disebabkan karena pada saat
dihasilkan adalah 158,66–79,33 mikroalga 800 ml ditambahkan ke
mg/L. Semakin tinggi penambahan dalam EM4 kepekatan limbah sudah
jumlah EM4 semakin rendah nilai berkurang, dengan demikian nilai
TSS yang dihasilkan, hal ini TSS dari limbah akan semakin
disebabkan karena adanya simbiosis sedikit.
antara Chlorella sp dan EM4 yang
digunakan. Pada perlakuan A0 tanpa Pengolahan Limbah Cair Sagu
penambahan EM4 nilai TSS juga Perlakuan Terbaik
mengalami penurunan, tetapi Penentuan perlakuan terbaik
penurunan TSS paling tinggi dengan kadar polutan limbah cair sagu yang
penambahan EM4 paling banyak, hal dihasilkan pada penelitian ini
ini disebabkan karena dengan mengacu pada Kepmen LH No. KEP
bertambahnya EM4 yang digunakan 51-/MENLH/10/1995 tentang baku
aktivitas mikroorganisme juga akan mutu limbah cair sagu dimana nilai
semakin tinggi dalam mendegradasi pH 6-9, COD 300 mg/ L, BOD 150
senyawa organik yang terdapat mg/L, dan TSS 100 mg/L. Pemilihan
dalam limbah cair sagu. Data Tabel 7 perlakuan kadar polutan limbah cair
menunjukkan bahwa Chlorella sp sagu terbaik dapat dilihat pada Tabel
dapat menurunkan nilai BOD limbah 8.
sagu tetapi dalam jumlah yang
sedikit. Penelitian ini sejalan dengan
Hartini (2016) dimana tanpa adanya
penambahan bahan pendegradasi
nilai TSS juga pada hari ke-7.
Penurunan nilai TSS juga disebabkan
karena adanya faktor pengenceran,

Tabel 8. Pemilihan kadar polutan limbah cair sagu perlakuan terbaik.


Parameter Baku mutu Perlakuan
A0 A1 A2 A3 A4
pH 6-9 5,06 5,07 5,96 6,43 7,07
COD (mg/L) 300 646,33 536,00 470,66 388,00 282,66
BOD (mg/L) 150 307,00 295,33 288,66 200,00 142,66
TSS (mg/L) 100 158,66 106,33 87,66 80,00 81,66

Jom FAPERTA Vol 4 No 1 Februari 2017 9


Tabel 8 menunjukkan bahwa limbah cair sagu. Perlu dilakukan
dari kelima perlakuan hanya penambahan hari pengamatan karena
perlakuan empat yang telah pada hari ke-7 warna alga masih
memenuhi baku mutu limbah cair hijau. Penambahan EM4 untuk
sagu yaitu perlakuan A4 dengan memperbanyak penurunan kadar
penambahan EM4 20 ml. Jika dilihat polutan limbah cair sagu. Perlu
secara keseluruhan dapat dilakukan pengukuran DO dan CO2
disimpulkan bahwa semakin banyak untuk melihat kebutuhan mikroalga
EM4 yang ditambahkan dalam dan limbah terhadap oksigen dan
penelitian ini semakin banyak karbondioksida.
pengurangan kadar polutan limbah
yang dihasilkan. Berdasarkan
kesimpulan ini maka perlakuan A4 DAFTAR PUSTAKA
dikatakan sebagai perlakuan terbaik
Agustiningsih, D., B. S. Sasongko.,
dengan penurunan kadar polutan
dan Sudarno. 2012.
paling tinggi yaitu COD 90,2%,
Analisis kualitas air dan
BOD 83%, TSS 81% serta
strategi pengendalian
peningkatan pH menjadi 7,07.
pencemaran air sungai
blukar Kabupaten
KESIMPULAN DAN SARAN Kendal. Jurnal Presipitasi.
Kesimpulan Volume 9 (2) : 64- 71.
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan dapat
Alaerts, G. dan S. S. Santika. 1987.
disimpulkan bahwa mikroorganisme
Metode Penelitian Air.
Chlorella sp dapat bersimbiosis
Penerbit Usaha Nasional.
mutualisme dengan EM4 dan secara
Surabaya.
efektif dapat menurunkan kadar
polutan limbah cair sagu. EM4
Anuar, K., Zul. D., Fitmawati. 2014.
berpengaruh nyata terhadap
Potensi limbah sagu
karakteristik limbah cair sagu.
(Metroxylon sp.) di
Semakin banyak EM4 yang
Kecamatan Tebing Tinggi
ditambahkan kedalam limbah
Barat Kabupaten
semakin besar penurunan kadar
Kepulauan Meranti
COD, BOD TSS dan semakin tinggi
sebagai substrat penghasil
nilai pH yang dihasilkan limbah
biogas. Penelitian. Fakultas
tersebut. Formulasi terbaik adalah
Matematika dan Ilmu
dengan penambahan EM4 seanyak
Pengetahuan Alam.
20 ml dengan hasil pH 7,07, COD
Universitas Riau.
288,66 mg/L, BOD 142,66 mg/L,
Pekanbaru.
dan TSS 81,66 mg/L.
Arifin, F. 2012. Uji kemampuan
Saran
Chlorella sp sebagai
Perlu dilakukan penelitian
bioremidiator limbah cair
selanjutnya dengan
tahu. Skripsi. Jurusan
mengkombinasikan chlorella sp
Biologi. Fakultas Sains dan
dengan mikroorganisme yang lain
Teknologi. Universitas
untuk menurunkan kadar polutan
Islam Negri. Malang.

Jom FAPERTA Vol 4 No 1 Februari 2017 10


Badan Pusat Statistik. 2010. Luas Haryanto, B. dan E. Siswari. 2004.
tanaman sagu di Pengaruh usaha
Kabupaten Kepulauan pengolahan sagu skala
Meranti. Kepulauan Riau. kecil terhadap baku mutu
air anak sungai. Jurnal
Budihardjo, 2001. Proses biologis Teknologi Lingkungan
dalam pengolahan limbah P3TL-BPPT. Volume 5 (3) :
industri dan domestik. 221-226.
Skripsi . Universitas
Trisakti. Haryaningsih, S. 2015. Keefektifan
EM4 (Effective
Budi, S. S. 2006. Penurunan fosfat Microorganism-4) dalam
dengan penambahan menurunkan Total
kapur (lime) tawas dan Suspended Solid (TSS)
filtrasi zeolit pada limbah pada limbah cair industri
cair (studi kasus rs tahu Eko Suparjo
Bethesda Yogyakarta). Wirogunan Kartasura.
Tesis. Magister Ilmu Skripsi. Fakultas Ilmu
Lingkungan. Universitas Kesehatan. Universitas
Diponegoro. Semarang. Muhamadiyah. Surakarta.

Cesaria, Y. R., R. Wirosoedarmo., Iqbal, M., A. Ahmad., dan S. H.


dan B. Suharto. 2013. Idroni. 2012. Efisiensi
Pengaruh penggunaan penyisihan kandungan
starter terhadap kualitas padatan limbah cair
fermentasi limbah cair pabrik sagu menggunakan
tapioka sebagai alternatif reaktor hibrid anaerob
pupuk cair. Jurnal dengan variabel laju alir.
Sumberdaya Alam dan Skripsi. Fakultas Teknik
Lingkungan : 8-14. Universitas Riau.
Pekanbaru.
Chalid, Y. S., S. Amini., D. S.
Lestari. 2010. Kultivasi Irmanto, Suyata dan Zusfahair. 2012.
Chlorella, sp pada media Optimasi penurunan cod,
tumbuh yang diperkaya bod, dan tss limbah cair
dengan pupuk anorganik industri etanol (vinasse)
dan soil extract. Balai psa palimanan dengan
Besar Riset Pengolahan Metode multi Soil Layering
Produk Dan Bioteknologi (MSL). Jurnal Sains dan
Kelautan Dan Perikanan. Teknologi. Inovasi. Volume
Jakarta. 6(2).
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Isnansetyo, A dan Kurniastuty. 1995.
Air bagi Pengelolaan Teknik Kultur
Sumber Daya dan Phytoplankton dan
Lingkungan Perairan. Zooplankton. Kanisius :
Kanisius. Yogyakarta. Yogyakarta.

Jom FAPERTA Vol 4 No 1 Februari 2017 11


Jasmiati., A. Sofia., dan Thamrin. Phang, S. M. M. S. Miah, B. G. Yeoh
2010. Bioremediasi limbah dan M.A. Hashim. 2000.
cair industri tahu Spirulina Cultivation In
menggunakan Efektif Digested Sago Starch
mikroorganisme (EM4). Factory Wastewater.
Jurnal Lingkungan. Volume Journal of Applied
2 (4) : 248-258. Phycology 12: 395–400.

Kabinawa, I. N. K. 2001. Mikroalga Purba. T. N. 2011. Pemanfaatan


sebagai sumber daya mikroalga untuk
hayati (SDH) perairan pengolahan limbah dan
dalam perspektif potensinya sebagai bahan
bioteknologi. Puslitbang baku biofuel. Skripsi.
Bioteknologi Lembaga Ilmu Fakultas Teknik.
Pengetahuan Indonesia. Universitas Indonesia.
Bogor. Depok.
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup. Nomor: Rahmawati. A. A., R. Azizah. 2005.
kep- 51/menlh/10/1995 Perbedaan Kadar BOD,
Tentang Baku Mutu COD, TSS, Dan MPN
Limbah Cair bagi Coliform Pada Air
Kegiatan Industri. Limbah, Sebelum Dan
Sesudah Pengolahan Di
Leatemia, M., Ch. Silahooy., dan A. RSUD Nganjuk. Jurnal
Jacob. 2013. Analisis Kesehatan Lingkungan.
dampak penimbunan Volume 2(1) : 97- 110.
limbah ela sagu terhadap
kualitas air sungai di Rasyad, S. 2010. Pengaruh air
sekitar lokasi pengolahan buangan industri sagu
sagu di desa Waisamu terhadap kualitas badan
Kecamatan Kairatu air penerima untuk
Kabupaten Seram bagian keperluan pertanian dan
barat. Jurnal Budidaya perikanan (studi kasus
Pertanian. Volume 9 (2) : industri sagu di
86-91. Kabupaten Bogor,
propinsi Jawa Barat).
Muhajir, S. M. 2013. Penurunan Tesis Universitas Indonesia.
limbah cair BOD dan Depok.
COD pada industri tahu
menggunakan tanaman Redaksi Agromedia. 2007. Petunjuk
cattail (typha angustifolia) Pemupukan. Agromedia
dengan sistem constructed Pustaka: Jakarta.
wetland. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Rini, S. I. 2012. Pengaruh
Pengetahuan Alam. konsentrasi limbah cair
Universitas Negri tahu terhadap
Semarang. Semarang. pertumbuhan dan kadar
lipid Chlorella sp. Skripsi.

Jom FAPERTA Vol 4 No 1 Februari 2017 12


Fakultas Sains dan kec. Glagah, kab.
Teknologi. Universitas Lamongan). Jurnal
Islam Negeri. Maliki Bioproses Komoditas
Malang. Tropis. Volume 2(1) : 1-7.

Santoso, D. A., R. A. Darmawan dan Wijanarko, Anondo (2006).


J. P. Susanto. 2011. Peningkatan produksi
Mikroalga untuk biomassa chlorella
penyerapan emisi CO2 dan vulgaris buitenzorg dan
pengolahan limbah cair di fiksasi CO2 dalam kolom
lokasi industri. Jurnal gelembung seri dengan
Teknologi Lingkungan. pengaturan cahaya.
Volume 3(2) : 62-70. Departemen Teknik Kimia.
Universitas Indonesia.
Sasono, E. dan Pungut. 2013. Depok.
Penurunan kadar BOD
dan COD air limbah UPT Zikra, E. 2011. Potensi
Puskesmas Janti kota pemanfaatan Chlorella
Malang dengan metode pyrenoidosa dalam
contructed wetland. Jurnal pengelolaan limbah cair
Teknik Waktu. Volume 11 kelapa sawit. Thesis.
(1): 60-70. Pascasarjana Ilmu
Lingkungan Universitas
Suyata, Irmanto, dan Warsinah. Riau. Pekanbaru.
2006. Penurunan BOD
dan COD limbah cair Zulfarina, T. Sayuti. dan H. T. Putri.
industri tapioka di 2013. Potential utilization
Kabupaten Purbalingga of algae Chlorella
dengan metode pelapisan pyrenoidosa for rubber
tanah berganda. Jurnal waste management.
pembangunan pedesaan. Prosiding Semirata.
Volume 6(2) : 89-95. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
Utami, P. N., MS. Yuniarti., dan K. Universitas Lampung.
Haetami. 2012. Lampung.
Pertumbuhan Chlorella sp
yang dikultur pada
perioditas cahaya yang
berbeda. Jurnal Perikanan
dan Kelautan. Volume 3(3) :
237-244.

Widiyanto, A., B. Susilo., dan R.


Yulianingsih. 2004. Studi
kultur semi-massal
mikroalga Chlorella sp
pada area tambak
dengan media air payau
(di desa Rayunggumuk,

Jom FAPERTA Vol 4 No 1 Februari 2017 13

Anda mungkin juga menyukai