Anda di halaman 1dari 6

III.

KOMUNITAS VEGETASI

Di alam jarang sekali ditemukan kehidupan yang secara


individu terisolasi, biasanya suatu kehidupan lebih suka
mengelompok atau membentuk koloni. Kumpulan berbagai
jenis organisme disebut komunitas biotik yang terdiri atas
komunitas tumbuhan (vegetasi), komunitas hewan dan
komunitas jasad renik. Ketiga macam komunitas itu
berhubungan erat dan saling bergantung. Ilmu untuk
menelaah komunitas (masyarakat) ini disebut sinekologi. Di
dalam komunitas percampuran jenis-jenis tidak demikian saja
terjadi, melainkan setiap spesies menempati ruang tertentu
sebagai kelompok yang saling mengatur di antara mereka.
Kelompok ini disebut populasi sehingga populasi merupakan
kumpulan individu-individu dari satu macam spesies.

Oosting memberikan definisi, komunitas adalah


kumpulan organisme hidup yang saling berhubungan baik
antara mereka maupun lingkungan. Dari batasan yang ada,
komunitas mempunyai beberapa kekhususan yaitu:

1. Komunitas biotik sebagai campuran hewan dan tumbuhan


dalam jumlah besar di suatu habitat, merupakan bagian
terbesar dari ekosistem dan dicirikan adanya hubungan
interaksi antara komponen biotik dan abiotik.

2. Karena dalam habitat utama biasanya kondisi lingkungan


tidak besar variasinya maka tumbuhan yang ada
menunjukkan kesenangan/perilaku yang khas sesuai dengan
kondisi lingkungan itu. Dengan demikian vegetasi merupakan
percerminan iklim dan secara umum keadaaan iklim
menampakkan pola vegetasi yang sama. Konsep ini
berkembang menjadi konsep indikator.

3. Komunitas sebagai satu kesatuan sering terlihat batasnya,


tetapi batas itu kadang-kadang tidak jelas. Habitat yang
diatasnya tumbuh vegetasi/kehidupan yang khas, atau suatu
komunitas yang dapat mengkarakteristkkan suatu unit
lingkungan yang mempunyai kondisi habitat utama yang
seragam, disebut biotope.

Contoh: a. hamparan lumpur, pantai pasir, lautan, ditentukan


oleh sifat fisik.

b. padang alang-alang, hutan tusam, ditentukan oleh


unsur organismenya.

4. Setiap psesies dalam komunitas memerlukan kondisi


tertentu/toleransi tertentu terhadap habitat baik kondisi fisik,
kimia maupun biologi. Perubahan kondisi fisik yang spesies
didalamnya masih toleran disebut amplitudo ekologi.

5. Selalu ada koeksistensi (kooperasi).

Karena kelompok-kelompok spesies dalam komunitas itu


tidak berdiri sendiri-sendiri maka mereka harus dapat hidup
bersama dengan saling mengatur. Di dalam hidup bersama
itu interaksi di dalam spesies bisa bersifat searah atau dua
arah.
Contoh: Tumbuhan yang hidup di lapisan atas tidak dapat
hidup tanpa ada tumbuhan yang ada dibawahnya, atau
sebaliknya sehingga terjadi saling mengatur. Di dalam hidup
bersamaam terjadi bermacam-macam interaksi seperti:

- Mutualisme : Hidup bersama saling menguntungkan

- Eksploitasi : Suatu spesies hidup atas jerih payah


spesies lain

- Parasit : Menempel pada tanaman lain dan


merugikan

- Komensalisme : Menempel pada tanaman lain, tidak


merugikan

- Kompetisi : Persaingan antara dua atau lebih


makhluk hidup

6. Adanya dominasi spesies

Di dalam komunitas hanya ada dua atau tiga jenis spesies


yang dijumpai dalam keadaan melimpah. Spesies yang
demikian disebut spesies dominan.

7. Di dalam komunitas selalu terjadi suksesi atau perubahan


meskipun secara lambat.

Komposisi Komunitas
Karena ada hubungan yang khas antara lingkungan dan
organisme, maka komunitas di suatu lingkungan bersifat
spesifik. Dengan demikian pola vegetasi di permukaan bumi
menunjukkan pola diskontinyu. Seringkali suatu komunitas
bergabung atau tumpang tindih dengan komunitas lain. Karena
tanggapan setiap spesies terhadap kondisi fisik, kimia maupun
biotik di suatu habitat berlainan maka perubahan di suatu
habitat cenderung mengakibatkan perubahan komposisi
komunitas. Rentetan komunitas yang memperlihatkan
pergantian gradual dalam suatu komposisi disebut continuum.

Terdapat dua pandangan komposisi komunitas yang


berlawanan:

1. Pandangan organisme

2. Pandangan individualisme

Pandangan organisme dikembangkan oleh Clements


(1916). Menurut pandangan ini komunitas dianggap sebagai
“Organisme super” yang merupakan stadium tertinggi per-
kembangan organisasi organisme yang dari sel ke jaringan,
organ, spesies, populasi dan komunitas. Komunitas dianggap
organisme super karena tumbuhm beraturan dan di bawah
keadaan tertentu dapat melakukan reproduksi dan secara
fungsional memperlihatkan tingkatan yang lebih tinggi
daripada vegetasi/binatang atau individu yang membentuknya.

Sedangkan pandangan individualistik dikembangkan


oleh H.A. Gleason (1926) yang disokong oleh Whittaker (1951,
1952, 1956), Curtis (1958) dan Mc Intosh (1959). Pandangan ini
pendekatannya menekankan bahwa komunitas tidak perlu
mencapai suatu komposisi yang seharusnya atau dalam
keadaan stabil. Disini spesies merupakan bagian unit essensial
karena hanya spesies dan bukannya komunitas yang
dipengaruhi dalam antar hubungan dan distribusi. Spesies
langsung tanggap terhadap kondisi lingkungan secara
independen, tidak menghadapinya bersama-sama. Dalam
pendekatan ini komposisi komunitas dianggap variabel yang
kontinyu.

Ekoton (Ecotona)

Suatu ekoton adalah suatu zona (daerah) peralihan


(transisi) atau pertemuan antara dua komunitas yang berbeda
dan menunjukkan sifat yang khas. Daerah transisi antara
komunitas rumput dan hutan atau daerah peralihan antara dua
komunitas besar seperti komunitas akuatik dan komunitas
terestrial merupakan contoh ekoton.

Jadi ekoton merupakan pagar komunitas (batas


komunitas). Seperti diketahui biasanya berubah secara
perlahan-lahan atau secara gradient. Komunitas dapat berubah
secara tiba-tiba sebagai akibat lingkungan yang tiba-tiba
terputus atau karena interaksi tanaman terutama kompetisi.
Pada keadaan yang pertama (tiba-tiba terputus) ekoton
merupakan daerah peralihan yang merupakan campuran dari
dua tipe komunitas yang bersebelahan. Pada keadaan yang
kedua (kompetisi) ekoton dapat dikenal jelas. Komunitas ekoton
umumnya mempunyai banyak organisme dari dua komunitas
yang saling bertautan dan yang memperlihatkan ciri-ciri yang
khas dan batas yang jelas antara ekoton dan tetangganya
(disampingnya) dengan demikian ekoton berisikan spesies yang
lebih banyak dan kepadatan populasi yang sering lebih
daripada komunitas disampingnya.

Kecenderungan meingkatnya variasi dan kepadatan


pada komunitas peralihan dikenal sebagai efek pinggir/tepi
(edge effect). Organisme yang paling banyak atau paling lama
dalam zone peralihan disebut jenis pinggir (edge spesies).

Anda mungkin juga menyukai