Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu sektor penunjang pendapatan

dari sektor non migas bagi Indonesia. Sebagai komoditi ekspor terbesar di bidang

pertanian, pengelolaan budidaya yang baik dan benar sangat diperlukan, agar

produksi yang optimal dapat dihasilkan secara konsisten serta tetap ramah

lingkungan (Adriadi, 2012).

Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai lebih dari sebelas juta

hektar, sehingga jika dikalikan dengan kebutuhan pupuk per tanaman, akan

membutuhkan sangat banyak pupuk untuk budidaya komoditi kelapa sawit di

Indonesia, oleh karena itu diperlukan pengelolaan pemupukan yang baik dan

efisien dalam budidaya kelapa sawit, agar keseimbangan dan kebersihan

ekosistem tetap terjaga. Untuk melakukan pengelolaan pemupukan yang tepat

bagi tanaman kelapa sawit, maka diperlukan penelitian untuk mengetahui

kebutuhan hara tertentu pada tingkat yang paling efisien pada tanaman agar dapat

berproduksi secara optimal (DITJENBUN, 2015).

Tingkat produksi yang dicapai dari suatu kebun kelapa sawit merupakan

hasil interaksi antara faktor potensi genetik varietas tanaman, lingkungan tempat

tumbuhnya, dan pengelolaan dalam budidayanya. Produksi tinggi akan dicapai

jika digunakan varietas sawit unggul dan ditanam di lokasi yang paling sesuai

dengan menerapkan pengelolaan yang baik (Syakir 2010).

Kelapa sawit dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang diantaranya dalam

bidang pangan, non pangan, farmasi dan bidang energi. Penggunaan kelapa sawit

pada bidang pangan antara lain sebagai minyak goreng, bahan baku pembuatan
2

coklat, es krim, dan mayonnaise, sedangkan penggunaan kelapa sawit pada bidang

non pangan banyak digunakan sebagai bahan dasar sabut,kosmetik dan oleokimia.

Industri farmasi banyak menggunakan kelapa sawit sebagai bahan bakunya. Hal

ini dikarenakan kelapa sawit memiliki karotenoid, vitamin E dan sterol yang

banyak digunakan sebagai bahan baku obat-obatan (Basiron dan Weng, 2004).

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang berbuah sepanjang

tahun sehingga kebutuhan hara N, P, dan K cukup tinggi selama masa hidupnya.

Hara N, P, dan K yang terangkut pada bagian tandan buah segar (TBS) yaitu N
-1 -1 -1 -1
sebesar 80.7 kg ha tahun , P sebesar 9.6 kg ha tahun , dan K sebesar
-1 -1 -1 -1
101.5 kg ha tahun untuk memproduksi 25.9 ton TBS ha tahun

(Tarmizi dan Tayeb 2006).

Lahan semakin terbatas dalam ekstensifikasi perkebunan kelapa sawit, oleh

karena itu perlu adanya peningkatan produksi melalui intensifikasi. Salah satu

upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan produktivitas melalui

peningkatan efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk. Efektivitas dan efisiensi

pemberian pupuk sangat penting dilakukan karena biaya pemupukan tanaman

kelapa sawit sangat besar yaitu 50%-70% d ari biaya pemeliharaan dan 25% dari

seluruh biaya produksi (Fairhurst et al., 2006).

Unsur nitrogen dan fosfor merupakan dua unsur hara makro utama yang

diperlukan untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Nitrogen pada tanaman

berfungsi pada pembentukan protein, sintesis klorofil dan proses metabolisme.

Nitrogen menyusun senyawa organik penting misalnya asam amino, protein dan

asam nukleat (Goh dan Hardter, 2010).


3
4

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui manfaat

beserta kelebihan dan kekurangan pupuk nitrogen, dosis optimum pemupukan

nitrogen dan manfaatnya terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis

guineensis Jacq.).

Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai suatu syarat untuk

memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Budidaya Tanaman Dasar

Agronomi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara dan sebagai sumber referensi bagi pihak yang membutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai