Anda di halaman 1dari 61

Mata Kuliah : Telaah Kurikulum Pendidikan

Kejuruan

“Kurikulum dan Perkembangannya”


Dosen Pengampu : Dr. Irwanto, M.Pd., M.T., M.M.,
M.A.

Disusun Oleh :

Dani Apriana
2283160023

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang


maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada
kita, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kurikulum dan Perkembangannya”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi mata
kuliah Telaah Kurikulum Pendidikan Kejuruan di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitan
Sultan Ageng Tirtayasa dengan dosen pengampu Dr.
Irwanto, M.Pd., M.T., M.M., M.A.
Makalah ini telah saya susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

ii
Jakarta, 28 Februari 2019
Penyusun

Dani Apriana

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................. iv
PENDAHULUAN ...................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................ 4
C. Tujuan Masalah ............................................ 4
PEMBAHASAN ......................................................... 5
A. KURIKULUM ............................................. 5
1. Pengertian Kurikulum .............................. 5
2. Landasan Kurikulum ................................ 9
3. Fungsi Kurikulum .................................. 13
4. Komponen Kurikulum............................ 18
5. Peranan Kurikulum ................................ 22
B. Kajian Kurikulum ...................................... 24
1. Sejarah Kurikulum di Indonesia ............. 25
C. Pengembangan Kurikulum ........................ 38
1. Pengertian Pengembangan ..................... 38
2. Pengembangan Kurikulum ..................... 39

iv
3. Prinsip Dalam Pengembangan Kurikulum
40
4. Faktor Pengembangan Kurikulum ......... 41
5. Langkah – Langkah Pengembangan
Kurikulum......................................................... 46
KESIMPULAN ........................................................ 50
A. Kesimpulan ................................................ 50
B. Saran .......................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ............................................... 51

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pergerakan arus informasi di era globalisasi
dewasa ini menuntut semua bidang kehidupan untuk
menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strateginya agar
sesuai kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. Semua
sistem kehidupan, baik mikro maupun makro, perlu
mengadakan pembaharuan dan pengembangan agar
dapat mengimbangi kemajuan global. Tidak terkecuali
sistem pendidikan. Sistem pendidikan nasional harus
selalu dikembangkan agar dapat mengimbangi
kebutuhan masyarakat, baik lokal, regional maupun
nasional.
Salah satu komponen penting dalam sistem
pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum merupakan
komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh
setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun
penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala
sekolah. Oleh karena itu, sejak Indonesia memiliki
kebebasan untuk menyelenggarakan bagi anak-anak
bangsanya, pemerintah mulai menyusun kurikulum.
Dalam hal ini, kurikulum dibuat oleh pemerintah
pusat secara sentralistik dan diberlakukan bagi seluruh
anak bangsa di seluruh Indonesia.
Pada dasarnya perkembangan kurikulum
sebagai suatu disiplin ilmu, dewasa ini berkembang
sangat pesat, baik secara teoretis maupun praktis. Jika

1
2

dahulu kurikulum tradisional lebih banyak terfokus


pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian
penuangan, maka sekarang kurikulum lebih banyak
diorientasikan pada dimensi – dimensi baru, seperti
kecakapan hidup, pengembangan diri, pembangunan
ekonomi dan industry, era globalisasi, dengan
berbagai permasalahannya, politik, bahkan dalam
praktiknya telah menyentuh dimensi teknologi
informasi dan komunikasi.
Kurikulum sendiri adalah sebagai kombinasi
bahan untuk membentuk kerangka isi materi serta
metode belajar apa yang akan di terapkan oleh
seorang guru untuk menyampaikan pelajaran
tersebut kepada siswa atau akan di ajarkan kepada
siswa di sekolah. Jika ingin membangun suatu bangsa,
maka bangunlah yang pertama sistem pendidikannya,
dan jika anda ingin membangun pendidikan, maka
bangunlah yang tersendiri. Dengan demikian, konsep
kurikulum teknologis dapat berbentuk aplikasi
teknologi pendidikan dan dapat juga berbentuk
penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak
dalam pendidikan. Prosedur pembelajaran didasarkan
pada psikologi behaviorisme dan teori stimulus-
respons (S – R Bond). Artinya, tujuan yang
dirumuskan harus berbentuk perilaku (behavioral
objective) yang dapat diukur dan diamati serta
diarahkan untuk menguasai sejumlah kompetensi.
Metode stimulus-respons ini sangat sering di
gunakan oleh guru, karena metode ini sangat baik
untuk menumbuhkan semangat belajar siswa, karena
3

dengan metode stimulus-respons ini guru banyak


memberikan rangsangan – rangsangan, seperti
pertanyaan, tugas, dan kuis. Yang menuntut peserta
didik memberikan respons. Jika jawaban peserta didik
betul, maka harus segera diberitahukan karena
merupakan reinforcement antara stimulus dengan
respons atau antara pertanyaan dengan jawaban. Jika
salah harus diberikan perbaikan atau feedback.
Sehingga siswa dapat memberikan respons yang tepat
dan tuntas (mastery learning). Pendekatan
pembelajaran ini secara individual, artinya peserta
didik menghadapi tugas dengan kecepatan masing-
masing.
Namun, memperhatikan kondisi pendidikan
beberapa tahun belakangan ini, penyelenggara
pendidikan tampaknya menghadapi kesulitan dalam
menerapkan kurikulum yang berlaku. Berbagai kasus
menunjukkan kurangnya pemahaman para
penyelenggara pendidikan tentang arti kurikulum.
Kekurangpahaman penyelenggara pendidikan tentang
peran dan fungsi kurikulum kurikulum dapat
berakibat fatal terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan kenyataan ini, penyusun merasa
tertarik untuk membahas lebih jauh tentang arti
kurikulum, yaitu : Kurikulum secara utuh, Kajian
Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum yang
diharapkan dapat menjadi salah satu sumber belajar
bagi para penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu,
pada kesempatan kali ini, penulis menyusun suatu
4

karya ilmiah yang berjudul “ Kurikulum dan


Perkembangannya ”

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil
dari latar belakang masalah diatas, antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum
menurut para ahli?
2. Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum
di Indonesia?
3. Apa saja fungsi kurikulum yang diterapkan di
Indonesia?
4. Apa saja peranan kurikulum yang diterapkan
di Indonesia?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini,
sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang pengertian dari kurikulum
2. Mengetahui sejarah perkembangan kurikulum
di Indonesia
3. Mengetahui fungsi penerapan kurikulum
4. Mengetahui peranan kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN

A. KURIKULUM
1. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, Kurikulum berasal
dari kata dunia olahraga zaman Romawi Kuno
di Yunani. Kurikulum berasal dari kata Curir
yang berarti berlari dan Curere yang artinya
tempat berpacu. Curriculae, artinya jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis
start sampai garis finish. Dalam bahasa
Inggris, Kurikulum merupakan terjemahan
dari kata curriculum, yang berarti rencana
pelajaran.
Dalam dunia pendidikan pengertian
kurikulum dijabarkan sebagai jarak waktu
pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa,
bahan belajar yang telah ditentukan, dari mana
mulai diajarkan dan kapan diakhiri, dan
bagaimana cara untuk menguasai bahan yang
bertujuan untuk memperoleh gelar. Dengan
menempuh suatu kurikulum, siswa dapat
memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada
hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa
siswa telah menempuh kurikulum yang berupa
rencana pelajaran, sebagaimana halnya
seorang pelari telah menempuh suatu jarak
antara satu tempat ketempat lainnya dan
akhirnya mencapai finish.
6

Secara semantik, kurikulum


senantiasa terkait dengan kegiatan
pendidikan. Suatu kurikulum dianggap sebagai
jembatan yang sangat penting untuk mencapai
titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai
oleh perolehan suatu ijazah tertentu. Secara
konseptual, kurikulum adalah perangkat
pendidikan yang merupakan jawaban
terhadap kebutuhan dan tantangan
masyarakat.
Berikut ini beberapa pengertian
kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli:
a. Dalam Kamus Webster’s, kurikulum
berarti ”sejumlah mata pelajaran tertentu
yang harus ditempuh di sekolah.
b. Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J.
F (1968): Kurikulum adalah semua
pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan secara individu ataupun
secara kelompok, baik di sekolah maupun
di luar sekolah.
c. Pengertian Kurikulum Menurut Inlow
(1966): Kurikulum adalah usaha
menyeluruh yang dirancang oleh pihak
sekolah untuk membimbing murid
memperoleh hasil pembelajaran yang
sudah ditentukan.
d. Pengertian Kurikulum Menurut Neagley
dan Evans (1967): Kurikulum adalah
7

semua pengalaman yang dirancang dan


dikemukakan oleh pihak sekolah.
e. Pengertian Kurikulum Menurut
Beauchamp (1968): Kurikulum adalah
dokumen tertulis yang mengandung isi
mata pelajaran yang diajar kepada
peserta didik melalui berbagai mata
pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan
masalah dalam kehidupan sehari hari.
f. Pengertian Kurikulum Menurut Good V.
Carter (1973): Kurikulum adalah
kumpulan kursus ataupun urutan pelajaran
yang sistematik.
g. Definisi kurikulum. yang tercantum dalam
Undang-undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal
1 ayat (19) yang berbunyi: kurikulum
adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut
pada pasal 36 ayat (3): disebutkan bahwa
kurikulum disusun sesuai dengan jenjang
dan jenis pendidikan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan memperhatikan :
1) Peningkatan iman dan takwa;
2) Peningkatan akhlak mulia;
8

3) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan


minat peserta didik;
4) Keragaman potensi daerah dan
lingkungan;
5) Tuntutan pembangunan daerah dan
nasional; – tuntutan dunia kerja;
6) Perkembangan ilmu
7) Pengetahuan, teknologi, dan seni;
8) Agama;
9) Dinamika perkembangan global; dan
10) Persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan.
Pasal ini jelas menunjukkan
berbagai aspek pengembangan
kepribadian peserta didik yang
menyeluruh dan pengembangan
pembangunan masyarakat dan bangsa,
ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya,
seni, teknologi dan tantangan kehidupan
global. Artinya, kurikulum haruslah
memperhatikan permasalahan ini dengan
serius dan menjawab permasalahan ini
dengan menyesuaikan diri pada kualitas
manusia yang diharapkan dihasilkan pada
setiap jenjang pendidikan.

Jadi dapat di simpulkan kurikulum


adalah suatu program pendidikan yang
berisikan berbagai bahan ajar dan pegalaman
belajar yang diprogramkan, direncanakan dan
dirancang secara sistematik atas dasar norma
9

norma yang berlaku yang dijadikan pedoman


dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk
mencapai tujuan pendidikan.

2. Landasan Kurikulum
Ada empat landasan yang digunakan
dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
Landasan Filosofis, landasan Psikologis,
landasan Sosiologis dan landasan
Organisatoris.
a. Landasan Filosofis
Filosofis artinya berdasarkan
filsafat. Sedangkan Filsafat itu sendiri
berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata
“philos“ dan “sophia“. Philos, artinya cinta
yang mendalam, dan sophia adalah
kearifan atau kebijaksanaan. Dengan
demikian, filsafat secara harfiah dapat
diartikan sebagai cinta yang mendalam
akan kearifan. Filsafat sangat penting
karena harus dipertimbangkan dalam
mengambil keputusan tentang aspek
kurikulum. Untuk itu tiap keputusan harus
ada dasarnya. Jadi filsafat adalah cara
berfikir yang sedalam-dalamnya, yakni
sampai akar-akarnya tentang hakikat
sesuatu. Para pengembang kurikulum
harus mempunyai filsafat yang jelas
tentang apa yang mereka junjung tinggi.
10

b. Landasan Psikologis
1) Psikologi Perkembangan Peserta
Didik
Implikasi dari perkembangan
peserta didik terhadap pengembangan
kurikulum yaitu: Setiap anak diberi
kesempatan untuk berkembang sesuai
dengan bakat, minat dan
kebutuhannya. Disamping disediakan
pelajaran yang sifatnya umum
(Program inti) yang wajib dipelajari
setiap anak di sekolah, disediakan pula
pelajaran pilihan yang sesuai dengan
minat anak. Kurikulum disamping
menyediakan bahan ajar yang bersifat
kejuruan juga menyediakan bahan ajar
yang bersifat akademik. Bagi anak
yang berbakat dibidang akademik
diberi kesempatan untuk melanjutkan
studi ke jenjang pendidikan
selanjutnya. Kurikulum memuat
tujuan–tujuan yang mengandung
pengetahuan, nilai atau sikap, dan
keterampilan yang menggambarkan
keseluruhan pribadi yang utuh lahir
dan batin.
2) Psikologi Belajar
Psikologi atau teori belajar
yang berkembang pada dasarnya dapat
dikelompokkan kedalam tiga rumpun
yaitu:
11

a) Teori Daya ( Disiplin Mental)


Menurut teori ini sejak
kelahirannya (heredities) anak telah
memiliki potensi-potensi atau daya-
daya tertentu (Faculties) yang
masing-masing memiliki fungsi
tertentu, seperti potensi/daya
mengingat, daya berpikir daya
mencurahkan pendapat daya
mengamati, daya memecahkan
masalah, dan daya-daya lainnya.
Karena itu pengertian mengajar
menurut teori ini adalah melatih
peserta didik dalam daya- daya itu,
cara mempelajarinya pada
umumnya melalui hapalan dan
latihan.
b) Teori Behaviorisme
Rumpun teori ini
mencakup tiga teori, yaitu teori
Koneksionisme atau teori asosiasi,
teori kondisioning, dan teori
reinforcement (Operent
Conditioning), Rumpun teori
Behaviorisme berangkat dari
asumsi bahwa individu tidak
membawa potensi sejak lahir.
Perkembangan individu ditentukan
oleh lingkungan (keluarga, sekolah,
masyarakat) Teori Koneksionisme
atau teori Asosiasi adalah
12

kehidupan tunduk kepada hukum


stimulus-respon atau aksi-reaksi.
Belajar pada dasarnya merupakan
hubungan antara stimulus-respon.
Belajar merupakan upaya untuk
membentuk hubungan stimulus-
respon. Belajar merupakan upaya
untuk membentuk hubungan
stimulus-respon sebanyak-
banyaknya.

3) Landasan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki
berbagai gejala sosial hubungan antar
individu, antar golongan, antar
lembaga sosial atau masyarakat. Di
dalam kehidupan kita tidak hidup
sendiri, namun hidup dalam suatu
masyarakat. Dalam lingkungan itulah
kita memiliki tugas yang harus
dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab sebagai bakti kepada masyarakat
yang telah memberikan jasanya kepada
kita. Tiap masyarakat memiliki norma
dan adat kebiasaan yang harus
dipatuhi. Norma dan adat kebiasaan
tersebut memiliki corak nilai yang
berbeda-beda, selain itu masing-
masing dari kita juga memiliki latar
belakang kebudayaan yang berbeda.
13

Hal inilah yang menjadi pertimbangan


dalam pengembangan sebuah
kurikulum, termasuk perubahan
tatanan masyarakat akibat
perkembangan IPTEK. Sehingga
masyarakat dijadikan salah satu asas
dalam pengembangan kurikulum.

4) Landasan Organisatoris
Landasan ini berkenaan
dengan organisasi kurikulum. Dalam
pengembangan kurikulum perlu di
susun suatu desain yang tepat dan
fungsional. Dilihat dari organisasinya
ada tiga tipe bentuk kurikulum:
a) Kurikulum yang berisi sejumlah
mata pelajaran yang terpisah-pisah
(separated subject curriculum)
b) Kurikulum yang berisi sejumlah
mata pelajaran yang sejenis di
hubung-hubungkan (Correlated
curriculum)
c) Kurikulum yang terdiri dari
peleburan semua/ hampir semua
mata pelajaran (integrated
curriculum).

3. Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum berfungsi
sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru,
kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
14

melaksanankan proses pembelajaran. Bagi


kepala sekolah dan pengawasan, kurikulum
berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan.
Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman dalam membimbing anaknya belajar
dirumah. Bagi masyarakat, kurikulum
berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan bagi terselenggaranya proses
pendidikan disekolah. Sedangkan bagi siswa,
kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman
belajar.
Jika dilihat dari segi subjek pengguna,
kurikulum dapat berfungsi bagi siswa, guru,
orang tua, kepala sekolah dan masyarakat.
a. Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi
siswa sebagai subjek didik, terdapat enam
fungsi kurikulum, yaitu:
1) Fungsi Penyesuaian
Bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan harus mampu
mengarahkan siswa agar memiliki
sifat well adjusted yaitu mampu
menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan social.
Lingkungan itu sendiri senantiasa
mengalami perubahan dan bersifat
dinamis. Oleh karena itu, siswa pun
harus memilki keampuan untuk
15

menyesuaikan diri dengan perubahan


yang terjadi di lingkungannya.

2) Fungsi Integrasi
Bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang
utuh. Siswa pada dasarnya merupakan
anggota dan bagian integral dari
masyarakat. Oleh karena itu, siswa
harus memiliki kepribadan yang
dibutuhkan untuk dapat hidup dan
berintegrasi dengan masyarakat.

3) Fungsi Diferensiasi
Bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang
utuh. Siswa pada dasarnya merupakan
anggota dan bagian integral dari
masyarakat. Oleh karena itu, siswa
harus memiliki kepribadan yang
dibutuhkan untuk dapat hidup dan
berintegrasi dengan masyarakat.

4) Fungsi Persiapan
Bahwa kurikulum sebagai
alat penddikan harus mampu
mempersiapkan siswa untuk
melanjutkan studi ke jenjang
pendidikan berikutnya. Selain itu,
16

kurikulum juga diharapkan dapat


mempersiapkan siswa untuk dapat
mempersiapkan siswa utnuk dapat
hidup dalam masyarakat seandainya
karena sesuatu hal, tidak dapat
melanjutkan pendidikannya.

5) Fungsi Pemilihan
Bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan harus mampu
memerikan kesempatan kepada siswa
untuk memilh program-program
belajar yang sesuai dengan
kemampuan dan niatnya. Fungsi
pemilihan ini sangat erat hubungannya
dengan fungsi diferensiasi, karena
pengakuan atas adanya perbedaan
individual siswa berarti pula diberinya
kesempatan bagi siswa tersebut untuk
memilih yang sesuai dengan minat dan
kemampuannya. Untuk mewujudkan
kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu
disusun secara lebih luas dan bersifat
fleksibel.

6) Fungsi Diagnostik
Bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan harus mampu
membantu dan mengarahkan siswa
untuk dapat memahami dan menerima
kekuatan (potensi) dan kelemahan
17

yang dimilikinya. Apabila siswa sudah


mampu memahami kekuatan-kekuatan
dan kelemahan-kelemahan yang ada
pada dirinya, maka diharapkan siswa
dapat mengembangkan sendiri potensi
kekuatan yang dimilikinya atau
memperbaiki kelemahan-
kelemahannya.

b. Fungsi kurikulum bagi guru adalah


sebagai pedoman kerja dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar
siswa, serta untuk mengadakan evaluasi
terhadap perkembangan siswa. Guru
sebagai pendidik di sekolah telah
dipersiapkan secara formal dalam lembaga
pendidikan guru, ia telah mempelajari
ilmu, keterampilan dan seni sebagai guru.
Ia juga telah dibina untuk memiliki
kepribadian sebagai pendidik. Mereka
dibekali dengan berbagai kompetensi
seperti kompetensi: kepribadian, sosial,
profesional, dan pedagogis yang memang
sangat diperlukan oleh seorang guru.

c. Fungsi kurikulum bagi orang tua adalah


sebagai acuan untuk melihat
perkembangan kemampuan belajar anak,
serta meningkatlkan kualitas hasil belajar.
18

d. Fungsi kurikulum bagi masyarakat adalah


sebagai acuan untuk pengembangan
program pendidikan disekolah, pedoman
pemberian saran yang konstruktif untuk
perbaikan program kedepan. Bahan
berpartisipasi untuk memperlancar
pelaksanaan program disekolah. Dalam
lingkungan masyarakat pun terjadi proses
pendidikan dengan berbagai bentuk. Ada
yang dilakukan secara formal seperti
kursus atau pelatihan; dan ada pula yang
tidak formal seperti ceramah-ceramah,
sarasehan, atau pergaulan hidup sehari-
hari. Gurunya juga bervariasi mulai dari
yang berpendidikan formal guru sampai
dengan mereka yang menjadi guru hanya
karena pengalaman.
4. Komponen Kurikulum
Komponen adalah bagian yang
integral dan fungsional yang tidak terpisah dari
suatu sistem kurikulum karena komponen itu
sendiri mempunyai peranan dalam
pembentukan sistem kurikulum. Adapun
kurikulum pada prinsipnya terdiri dari lima
macam komponen yaitu; tujuan, materi/isi,
metode, proses belajar mengajar dan evaluasi.

a. Komponen Tujuan
Tujuan merupakan hal yang
penting dalam proses pendidikan. Tujuan
yang ingin dicapai meliputi aspek
19

kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek


kognitif diarahkan pada pengembangan
akal, intelektual anak didik, aspek afektif
diarahkan pada pengembangan rohani
anak, sedangkan aspek psikomotor
diarahkan pada pengembangan
keterampilan jasmani anak didik. Tujuan
pendidikan Nasional menghendaki
pencapaian ketiga domain/aspek yang ada
secara integral dalam rangka memperoleh
lulusan/output pendidikan yang relevan
dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan
pendidikan yang berkaitan dengan
perwujudan domain-domain anak didik
diupayakan melalui suatu proses
pendidikan.

b. Komponen Isi/ Materi Pelajaran


Isi kurikulum merupakan
komponen yang berhubungan dengan
pengalaman belajar yang harus dimiliki
siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua
aspek baik yang berhubungan dengan
pengetahuan atau materi pelajaran yang
biasanya tergambarkan pada isi setiap
materi pelajaran yang diberikan maupun
aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi
maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan
untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

c. Komponen Metode/Strategi
20

Strategi dan metode merupakan


komponen ketiga dalam pengembangan
kurikulum. Komponen ini merupakan
komponen yang memiliki peran yang
sangat penting, sebab berhubungan dengan
implementasi kurikulum. Bagaimana bagus
dan idealnya tujuan yang harus dicapai
tanpa strategi yang tepat untuk
mencapainya, maka maka tujuan itu tidak
mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi
rencana, metode dan perangkat kegiatan
yang direncanakan untuk mencapai tujuan
tertentu.

d. Komponen Proses Belajar


Komponen ini sangat penting
dalam pendidikan. Tujuan akhir dari PBM
adalah diharapkan terjadinya perubahan
tingkah laku anak. Komponen ini
mempunyai keterkaitan erat dengan
suasana belajar di ruang kelas maupun
di luar kelas. Berbagai upaya pendidik
untuk menumbuhkan motivasi, kreatifitas
dalam belajar merupakan langkah yang
tepat.
Proses Belajar Mengajar berkaitan
dengan pendidik dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif agar
pembelajaran efektif. Guru perlu
21

memusatkan pada kepribadiannya dalam


mengajar, menerapkan metode
rnengajarnya, memusatkan pada proses dan
produknya, dan memusatkan pada
kompetensinya yang relevan.
Mengoptimalkan peran guru sebagai
educator, motivator, manager, dan
fasilitator merupakan tuntutan dalam
memperlancar PBM.

e. Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui
evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti
kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu
dipertahankan atau tidak, dan bagian bagian
mana yang harus disempurnakan. Evaluasi
merupakan komponen untuk melihat
efektivitas pencapaian tujuan. Dalam
konteks kurikulum, evaluasi dapat
berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai atau
belum, atau evaluasi digunakan sebagai
umpan balik dalam perbaikan strategi yang
ditetapkan. Evaluasi sebagai alat untuk
melihat keberhasilan pencapaian tujuan
dapat dikelompokkan kedalam dua jenis,
yaitu tes dan nontes.
22

5. Peranan Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal
di sekolah atau madrasah memiliki peranan
yang sangat strategis dan menentukan
pencapaian tujuan pendidikan. Apabila drinci
secara lebih mendetal terdapat tiga peranan
yang dinilai sangat penting, yatu peranan
knservatif, peranan kreatif dan peranan
kritis/evaluatif.
a. Peranan Konservatif
Bahwa kurikulum dapat dijadikan
sebagai sarana untuk mentransmisikan
nilai-nilai warsan budaya masa lalu yang
dianggap masih relevan dengan masa kini
kepada generasi muda, dalam hal ini para
siswa. Peranan konservatif ini pada
hakikatnya menempatkan kurikulum yang
berorientasi ke masa lampau. Peranan ini
sifatnya menjadi sangat mendasar,
disesuaikan dengan kenyataan bahwa
pendidikan [ada hakikatnya merupakan
proses social. Salah satu tugas pendidikan
yaitu memengaruhi dan membina perilaku
siswa sesuai dengan nilai-nilai social yang
hidup dilingkungan masyarakatnya.

b. Peranan Kreatif
Bahwa kurikulum harus mampu
mengembangkan sesuatu yang baru sesuai
dengan perkembangan yang terjadi dan
23

kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada


masa sekarang dan masa mendatang.
Kurikulum harus mengandung hal-hal
yang dapat membantu setiap siswa
mengembangkan semua potensi yang ada
pada dirinya untuk memperoleh
pengetahuan-pengetahuan baru,
kemampuan-kemampuan baru, serta cara
berfikir baru yang dibutuhkan dalam
kehidupannya.

c. Peranan Kritis dan Evaluatif


Bahwa nilai-nilai dan budaya
yang hidup masyarakat senantiasa
mengalami
perubahan,sehingga pewarisan nilai-nilai
dan budaya masa lalu kepada siswa perlu
disesuaikan dengan kondisi yang terjadi
pada masa sekarang. Selain itu,
perkembangan yang terjadi pada masa
sekarang dan masa mendatang belum
tentu sesuai dengan kebutuhan. Oleh
karena itu, peranan kurikulum tidak hanya
mewariskan nilai dan budaya yang ada
atau menerapkan hasil perkembangan baru
yang terjadi, melainkan juga memiliki
peranan untuk menilai dan memilih nilai
dan budaya serta pengetahuan baru yang
akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini,
kurikulum harus turut aktif berpartisipasi
dalam control atau filter social. Nilai-nilai
24

social yang tidak sesuai lagi dengan


keadaan dan tuntutan masa kini
dihilangkan dan diadakan modifikasi atau
penyempurnaan – penyempurnaan.
Ketiga peranan kurikulum diatas tentu
saja harus berjalan secara seimbang dan
harmonis agar dapat memenuhi tuntutan
keadaan. Jika tidak, akan terjadi ketimpangan-
ketimpangan yang menyebabkan peranan
kurikulum persekolahan menjadi tidak
optimal. Menyelaraskan ketiga peranan
kurikulum tersebut menjad tanggung jawab
semua pihak yang terkait dalam proses
pendidikan, diantaranya guru, kepala sekolah,
pengawas, orang tua, siswa, dan masyarakat.
Denegan demikian, pihak-pihak yang terkait
idealnya dapat memahami tujuan dan isi dari
kurikulum yang diterapkan sesuai dengan
bidang tugas msing-masin

B. Kajian Kurikulum
Menurut KBBI Kata ”kajian” berasal dari
kata ”kaji” yang berarti (1) ”pelajaran”; (2)
penyelidikan (tentang sesuatu). Bermula dari
pengertian kata dasar yang demikian, kata ”kajian”
menjadi berarti ”proses, cara, perbuatan mengkaji;
penyelidikan (pelajaran yang mendalam). Istilah
kajian terhadap kurikulum berarti penyelidikan, atau
mengkaji, menelaah, menyelidiki kurikulum tersebut.
25

Jadi, Kajian adalah belajar mempelajari,


memeriksa, menyelidiki, menguji, menelaah,
memikirkan dengan pertimbangan matang dan kritis
mengenai baik buruknya suatu kurikulum.

1. Sejarah Kurikulum di Indonesia


a. Kurikulum 1947 (Rentjana Pelajaran
1947)
Kurikulum pertama yang lahir
pada masa kemerdekaan memakai istilah
dalam bahasa Belanda “leer plan” artinya
rencana pelajaran, istilah ini lebih
popular dibanding istilah “curriculum”.
Perubahan arah pendidikan lebih bersifat
politis, dari orientasi pendidikan Belanda
untukkepentingan nasional. Sedangkan
asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Kurikulum yang berjalan saat itu
dikenal dengan sebutan “Rentjana
Pelajaran 1947”, yang baru
dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah
kalangan menyebut sejarah
perkembangan kurikulum diawali dari
Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua
hal pokok: (1) daftar mata pelajaran dan
jam pengajaranya; (2) garis-garis besar
pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum
pendidikan di Indonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial
Belanda dan Jepang, sehingga hanya
26

meneruskan yang pernah digunakan


sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947
boleh dikatakan sebagai pengganti
sistem pendidikan kolonial Belanda.
Karena suasana kehidupan berbangsa saat
itu masih dalam semangat juang merebut
kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih
menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia yang merdeka dan
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain
di muka bumi ini. Orientasi Rencana
Pelajaran 1947 tidak menekankan pada
pendidikan pikiran. Yang diutamakan
adalah : pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat. Materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian
sehari hari, perhatian terhadap kesenian
dan pendidikan jasmani.

b. Kurikulum 1952 (Rentjana Pelajaran


Terurai 1952)
Setelah “Rentjana Pelajaran
1947”, pada tahun 1952 kurikulum di
Indonesia mengalami penyempurnaan.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata
pelajaran yang kemudian diberi nama
“Rentjana Pelajaran Terurai 1952”.
Kurikulum ini sudah mengarah pada
suatu sistem pendidikan nasional. Yang
paling menonjol dan sekaligus ciri dari
27

kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana


pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari. Silabus mata
pelajarannya menunjukkan secara jelas
bahwa seorang guru mengajar satu
mata pelajaran.

c. Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan


1964)
Usai tahun 1952, menjelang
tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di
Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana
Pendidikan 1964. Pokok – pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana yaitu pengembangan
moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keprigelan, dan jasmani. Ada yang
menyebut Pancawardhana berfokus pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral. Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok
bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah.
28

Pendidikan dasar lebih menekankan pada


pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.

d. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968
bersifat politis, mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama. Dari segi tujuan
pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan
bahwa pendidikan ditekankan pada upaya
untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi
pekerti, dan keyakinan beragama. Dalam
kurikulum ini tampak dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan
dari Pancawardhana menjadi pembinaan
jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Kurikulum 1968 menekankan
pendekatan organisasi materi pelajaran :
kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9
pokok. Djauzak menyebut Kurikulum
29

1968 sebagai kurikulum bulat. "Hanya


memuat mata pelajaran pokok saja".
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis,
tidak mengaitkan dengan permasalahan
faktual di lapangan. Titik beratnya pada
materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik
yang sehat dan kuat.

e. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan
pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif
dan efisien. Latar belakangi lahirnya
kurikulum ini adalah pengaruh konsep di
bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal
saat itu, Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI), yang dikenal dengan istilah
"satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran
setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran dirinci menjadi : tujuan
instruksional umum (TIU), tujuan
instruksional khusus (TIK), materi
pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar –
mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975
banyak dikritik. Guru dibuat sibuk
30

menulis rincian apa yang akan dicapai dari


setiap kegiatan pembelajaran.

f. Kurikulum 1984 “Kurikulum 1975 yang


disempurnakan”
Kurikulum 1984 mengusung
process skill approach. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi
faktor tujuan tetap penting. Kurikulum
ini juga sering disebut "Kurikulum 1975
yang disempurnakan". Posisi siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan.
Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active
Leaming (SAL). Konsep CBSA yang
elok secara teoritis dan bagus hasilnya
di sekolah sekolah yang di uji cobakan,
mengalami banyak deviasi dan reduksi
saat diterapkan secara nasional. Namun,
banyak sekolah kurang mampu
menafsirkan CBSA. Yang terlihat
adalah suasana gaduh di ruang kelas
lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini
ada tempelan gambar, dan guru tak
lagi mengajar model berceramah.
Akhiran penolakan CBSA bermunculan.
31

g. Kurikulum 1994 dan Suplemen


Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 merupakan hasil
upaya untuk memadukan kurikulum –
kurikulum sebelumnya, terutama
kurikulum 1975 dan 1984. Namun,
perpaduan antara tujuan dan proses belum
berhasil. Sehingga banyak kritik
berdatangan, disebabkan oleh beban
belajar siswa dinilai terlalu berat, dari
muatan nasional sampai muatan lokal.
Materi muatan lokal disesuaikan dengan
kebutuhan daerah masing – masing,
misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain.
Berbagai kepentingan kelompok –
kelompok masyarakat juga mendesak agar
isu – isu tertentu masuk dalam kurikulum.
Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma
menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan
rezim Soeharto pada 1998, diikuti
kehadiran Suplemen Kurikulum 1999.
Tapi perubahannya hanya menambah
sejumlah materi pelajaran saja.

h. Kurikulum 2004 : KBK (Kurikulum


Berbasis Kompetensi)
32

Sebagai pengganti kurikulum


1994 adalah kurikulum 2004, yang
disebut dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Suatu program
pendidikan berbasis kompetensi harus
mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
pemilihan kompetensi yang sesuai;
spesifikasi indikator – indikator evaluasi
untuk menentukan keberhasilan
pencapaian kompetensi; dan
pengembangan pembelajaran.
KBK memiliki ciri-ciri sebagai
berikut : Menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal, berorientasi pada hasil
belajar (learning outcomes) dan
keberagaman. Kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi, sumber belajar bukan
hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
Penilaian menekankan pada proses dan
hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi. Struktur
kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam
komponen aspek, kelas dan semester.
Keterampilan dan pengetahuan dalam
setiap mata pelajaran, disusun dan
dibagi menurut aspek dari mata pelajaran
tersebut. Pernyataan hasil belajar
ditetapkan untuk setiap aspek rumpun
33

pelajaran pada setiap level. Perumusan


hasil belajar adalah untuk menjawab
pertanyaan, “Apa yang harus siswa
ketahui dan mampu lakukan sebagai
hasil belajar mereka pada level ini?”.
Hasil belajar mencerminkan keluasan,
kedalaman, dan kompleksitas kurikulum
dinyatakan dengan kata kerja yang
dapat diukur dengan berbagai teknik
penilaian. Setiap hasil belajar memiliki
seperangkat indikator. Perumusan
indikator adalah untuk menjawab
pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui
bahwa siswa telah mencapai hasil belajar
yang diharapkan?”

i. Kurikulum 2006 : KTSP (Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan)
Pelaksanaan KBK masih dalam
uji terbatas, namun pada awal tahun 2006,
uji terbatas tersebut dihentikan. Dan
selanjutnya dengan terbitnya permen
nomor 24 tahun 2006 yang mengatur
pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006
tentang standar isi kurikulum dan permen
nomor 23 tahun 2006 tentang standar
kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang
pada dasarnya sama dengan kurikulum
2004. Perbedaan yang menonjol terletak
pada kewenangan dalam penyusunannya,
34

yaitu mengacu pada jiwa dari


desentralisasi sistem pendidikan.
Pada kurikulum 2006,
pemerintah pusat menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar,
sedangkan sekolah dalam hal ini guru
dituntut untuk mampu mengembangkan
dalam bentuk silabus dan penilaiannya
sesuai dengan kondisi sekolah dan
daerahnya. Hasil pengembangan dari
semua mata pelajaran, dihimpun
menjadi sebuah perangkat yang
dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP
menjadi tanggung jawab sekolah di
bawah binaan dan pemantauan dinas
pendidikan daerah dan wilayah setempat.

j. Kurikulum 2013
Pemerintah melakukan pemetaan
kurikulum berbasis kompetensi yang
pernah diujicobakan pada tahun 2004
(curriculum based competency).
Kompetensi dijadikan acuan dan pedoman
bagi pelaksanaan pendidikan untuk
mengembangkan berbagai ranah
pendidikan; pengetahuan, keterampilan,
dan sikap dalam seluruh jenjang dan jalur
pendidikan, khususnya pada jalur
pendidikan sekolah.
35

Kurikulum 2013 berbasis


kompetensi memfokuskan pada
pemerolehan kompetensi – kompetensi
tertentu oleh peserta didik. Oleh karena
itu, kurikulum ini mencakup sejumlah
kompetensi dan seperangkat tujuan
pembelajaran yang dinyatakan
sedemikian rupa, sehingga pencapaianya
dapat diamati dalam bentuk perilaku
atau keterampilan peserta didik sebagai
suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan
pembelajaran perlu diarahkan untuk
membantu peserta didik menguasai
sekurang kurangnya tingkat kompetensi
minimal, agar mereka dapat mencapai
tujuan – tujuan yang telah ditetapkan.
Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan
pengembangan bakat. Setiap peserta
didik harus diberi kesempatan untuk
mencapai tujuan sesuai dengan
kemamapuan dan kecepatan belajar
masing – masing.
Tema utama kurikulum 2013
adalah menghasilkan insan Indonesia
yang produktif, kreatif, inovatif, afektif,
melalui pengamatan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk
mewujudkan hal tersebut, dalam
implementasi kurikulum, guru dituntut
secara profesional merancang
pembelajaran secara efektif dan bermakna,
36

mengorganisir pembelajaran, memilih


pendekatan pembelajaran yang tepat,
menentukan prosedur pembelajaran dan
pembentukan kompetensi secara efektif,
serta menetapkan kriteria keberhasilan.

k. Kurikulum 2013 Revisi 2017


Secara singkat terdapat empat
poin perubahan yang dimiliki Kurikulum
2013 Revisi dibandingkan kurikulum asli.
Empat poin tersebut terletak dalam:
1) Tanggung Jawab Penilaian Kompetensi
Spritual dan Sosial
Apabila di dalam Kurikulum
2013 setiap guru mata pelajaran wajib
melakukan tes dan menilai kompetensi
spiritual dan sosial murid dalam
konteks mata pelajaran, maka dalam
Kurtilas revisi tanggung jawab tes dan
penilaian hanya diampu oleh guru
Agama (Kompetensi Spiritual) dan
Budi Pekerti (Kompetensi Sosial).
Guru mata pelajaran cukup
mencantumkan laporan pendekatan
belajar kompetensi tersebut di dalam
mata pelajaran terkait.

2) Koherensi Kompetensi Inti


37

Efek berantai dari poin satu


adalah Kompetensi Inti menjadi lebih
koheren dengan Kompetensi Dasar
mata pelajaran. Dengan kompetensi inti
yang lebih koheren, kembali guru mata
pelajaran terkait dikurangi bebannya
sehingga dapat lebih fokus kepada
penguasaan materi dan kompetensi
yang memang sesuai dan berbasis mata
pelajaran, sembari tetap menyisipkan
karakter-karakter mulia di dalam
praktik pengajaran.

3) Membuka Ruang Kreatif Bagi Guru


Rantai efek selanjutnya dari
poin satu dan poin dua adalah, guru
menjadi lebih fleksibel, lentur, dan
leluasa merancang ragam pendekatan
dan materi ajar. Tumpang tindih antara
KD Mata Pelajaran, KI Spiritual dan
Sosial, berikut pendekatan 5 M
(mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, dan mencipta) kerap
memaksa guru kembali menghamba
kepada buku paket Kurtilas.
Diharapkan dengan revisi poin 1 dan
38

poin 2 membuka keran kreativitas guru


dalam merancang pendekatan ajar.

4) Keluasan Taksonomi Kemampuan


Peserta Didik
Pada Kurtilas edisi awal
taksonomi, yang mengadopsi Bloom
dibatasi per jenjang, hanya sampai
memahami untuk SD, menerapkan dan
menelaah untuk SMP, dan mencipta
untuk SMA. Kini taksonomi tersebut
secara utuh diterapkan di seluruh
jenjang. Jadi sangat dimungkinkan
untuk seorang peserta SD dengan
potensi dan bimbingan yang tepat dapat
saja mencapai tataran penciptaan di
dalam praktik belajar.

C. Pengembangan Kurikulum
1. Pengertian Pengembangan
Dalam kamus bahasa Indonesia kata
”pengembangan” secara etimologi yaitu berarti
proses/cara, perbuatan mengembangkan.
39

Secara istilah, kata pengembangan adalah


suatu kegiatan yang menghasilkan alat atau
cara baru, dimana selama kegiatan tersebut
berlangsung penilaian dan penyempurnaan alat
atau cara terus dilakukan.
Bila setelah mengalami
penyempurnaan dan akhirnya alat atau cara
tersebut dipandang cukup baik untuk
digunakan seterusnya, maka berakhirlah
kegiatan pengembangan tersebut.

2. Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah
proses perencanaan dan penyusunan
kurikulum oleh pengembang kurikulum
(curriculum developer) dan kegiatan yang
dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan
dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang
digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Kurikulum, sebagai suatu rancangan
dalam pendidikan memiliki posisi yang
strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan
bermuara kepada kurikulum. Begitu
pentingnya kurikulum sebagai sentra kegiatan
pendidikan maka harus benar-benar
dikembangkan. Pengembangan kurikulum
dilakukan karena sifat kurikulum yang
dinamis, selalu berubah, menyesuaikan diri
dengan kebutuhan mereka yang belajar.
Disamping itu, masyarakat dan mereka yang
40

belajar mengalami perubahan maka langkah


awal dalam perumusan kurikulum ialah
penyelidikan mengenai situasi (situation
analysis) yang di hadapi, termasuk situasi
lingkungan belajar dalam artian menyeluruh,
situasi peserta didik, dan para calon pengajar
yang diharapkan melaksanakan kegiatan.
Pengembangan kurikulum
merupakan proses dinamik sehingga dapat
merespon terhadap tuntutan perubahan
struktural pemerintahan, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maupun
globalisasi dengan demikian, pengembangan
kurikulum sangat dipengaruhi oleh sumber
daya pendukung, diantaranya adalah SDM
memiliki peran yang sangat dominan
terhadap keberhasilan pengembangan
kurikulum, untuk itu pengembangan dan
pembinaan SDM harus dilakukan secara
berkesinambungan, baik melalui jalur formal
maupun nonformal.

3. Prinsip Dalam Pengembangan Kurikulum


Prinsip atau bisa disebut juga sebagai
hal yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan kurikulum, diantaranya :

a. Prinsip relevansi, Kurikulum dan


pengajaran harus disusun sesuai dengan
41

tuntutan kebutuhan dan kehidupan peserta


didik.
b. Prinsip efektifitas, Berkaitan dengan
tingkat pencapaian hasil pelaksanaan
kurikulum
c. Prinsip efisiensi, Berkaitan dengan
perbandingan antara tenaga, waktu, dana,
dan sarana yang dipakai dengan hasil yang
diperoleh
d. Prinsip kontinuinitas, Kurikulum berbagai
tingkat kelas dan jenjang pendidikan
disusun secara berkesinambungan
e. Prinsip Fleksibilitas,disamping program
yang berlakuuntuk semua anak terdapat
pula kesempatan bagi amak mengambil
program-program pilihan
f. Prinsip integritas, kurikulum hendaknya
memperhatiakn hubungan antara berbagai
program pendidikan dalam rangka
pembentukan kepribadian yang terpadu.

4. Faktor Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum adalah
istilah yang komprehensif, didalamnya
mencakup: perencanaan, penerapan dan
evaluasi. Kurikulum disusun untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional
dengan memperhatikan tahap perkembangan
peserta didik dan kesesuaiannya dengan
lingkungan. Sesuai dengan jenjang dan jenis
masing – masing satuan pendidikan. Perlu
42

ditambahkan bahwa pendidikan nasional juga


berakar pada kebudayaan nasional dan
pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan
Undang – Undang Dasar 1945. Berdasarkan
ketentuan dan konsep tersebut, pengembangan
kurikulum berlandaskan faktor – faktor
sebagai berikut :
a. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional
yang dijadikan sebagai dasar untuk
merumuskan tujuan institusional yang
pada gilirannya menjadi landasan dalama
merumuskan tujuan kurikulum suatu
satuan pendidikan.
b. Sosial budaya dan agama yang berlaku
dalam masyarakat kita.
c. Perkembangan peserta didik, yang
menunjukkan pada karakteristik peserta
didik.
d. Keadaan lingkungan, yang dalam arti
luas meliputi lingkungan manusiawi (
interpersonal ), lingkungan kebudayaan
termasuk iptek ( kultural ), lingkungan
hidup ( bioekologi ) serta lingkungan
alam ( geo ekologis ).
e. Kebutuhan pembangunan, yang
mencakup kebutuhan pembangunan
dibidang ekonomi, kesejahteraan rakyat,
hukum, hankam, dan sebagainya.
f. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sesuai dengan sistem
43

nilai dan kemanusiawian serta budaya


bangsa.
Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih
Sukmadinata, dalam bukunya yang berjudul
Pengembangan Kurikulum teori dan
praktek menyebutkan bahwa faktor –
faktor yang mempengaruh pengembangan
kurikulum antara lain yaitu :
a. Perguruan Tinggi
Kurikulum minimal mendapat
dua pengaruh dari Perguruan Tinggi.
Pertama, dari pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan di perguruan tinggi
umum. Kedua, dari pengembangan ilmu
pendidikan dan keguruan serta penyiapan
guru – guru diperguruan tinggi keguruan
(Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan). Pengetahuan dan
teknologi banyak memberikan sumbangan
bagi isi kurikulum serta proses
pembelajaran. Jenis pengetahuan yang
dikembangkan di Perguruan Tinggi akan
mempengaruhi isi pelajaran yang akan
dikembangkan dalam kurikulum.
Perkembangan teknologi selain menjadi
isi kurikulum juga mendukung
pengembangan alat bantu dan media
pendidikan.
44

Kurikulum Lembaga Pendidikan


Tenaga Kependidikan (IKIP, FKIP,
STKIP) juga mempengaruhi
pengembangan kurikulum, terutama
melalui penguasaan ilmu dan
kemampuan keguruan dari guru – guru
yang dihasilkannya. Penguasaan ilmu,
baik ilmu pendidikan maupun bidang
studi serta kemampuan mengajar dari
guru – guru akan sangat mempengaruhi
pengembangan dan implementasi
kurikulum disekolah.

b. Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari
masyarakat dan mempersiapkan anak
untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai
bagian dan agen dari masyarakat,
sekolah sangat dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat dimana sekolah
tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya
mencerminkan kondisi dan dapat
memenuhi tuntutan dan kebutuhan
masyarakat disekitarnya. Masyarakat yang
ada di sekitar sekolah mungkin
masyarakat homogen atau heterogen,
masyarakat kota atau desa, petani,
pedagang, atau pegawai dan sebagainya.
Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi
45

yang ada di masyarakat. Salah satu


kekuatan yang ada dalam masyarakat
adalah dunia usaha.
Perkembangan dunia usaha yang
ada di masyarakat mempengaruhi
pengembangan kurikulum sebab sekolah
bukan hanya mempersiapkan anak untuk
hidup, tetapi juga untuk bekerja dan
berusaha. Jenis pekerjaan dan
perusahaan yang ada di masyarakat
menuntut persiapannya di sekolah.

c. Sistem Nilai
Dalam kehidupan masyarakat
terdapat sistem nilai, baik nilai moral,
keagamaan, sosial-budaya maupun nilai
politis. Sekolah sebagai lembaga
masyarakat juga bertanggung jawab dalam
pemeliharaan dan penerusan nilai –
nilai. Sistem nilai yang akan dipelihara
dan di teruskan tersebut harus
terintegrasikan dalam kurikulum. Ada
beberapa hal yang perlu di perhatikan
guru dalam mengajarkan nilai:
1) Guru hendaknya mengetahui dan
memperhatikan semua nilai yang ada
dalam masyarakat.
2) Guru hendaknya berpegang pada
prinsip demokrasi, etis, dan moral.
3) Guru berusaha menjadikan dirinya
sebagai teladan yang patut di tiru.
46

4) Guru menghargai nilai- nilai


kelompok nilai.
5) Memahami dan menerima keragaman
kebudayaan sendiri.

5. Langkah – Langkah Pengembangan


Kurikulum
Pengembangan kurikulum meliputi
empat langkah, yaitu merumuskan tujuan
pembelajaran (instructional objective),
menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar
(selection of learning experiences),
mengorganisasi pengalaman-pegalaman
belajar (organization of learning experiences),
dan mengevaluasi (evaluating).
a. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Terdapat tiga tahap dalam
merumuskan tujuan pembelajaran.
1) Tahap yang pertama yang harus
diperhatikan dalam merumuskan
tujuan adalah memahami tiga sumber,
yaitu siswa (source of student),
masyarakat (source of society), dan
konten/isi (source of content).
2) Tahap kedua adalah merumuskan
standar kompetensi (SK) dengan
memperhatikan landasan sosiologi,
landasan filosofi pendidikan dan
psikologi belajar.
47

3) Tahap ketiga adalah merumuskan


kompetensi dasar (KD).

b. Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman


– Pengalaman Belajar
Dalam merumuskan dan
menyeleksi pengalaman-pengalaman
belajar dalam pengembangan kurikulum
harus memahami definisi pengalaman
belajar dan landasan psikologi belajar.
Pengalaman belajar merupakan bentuk
interaksi yang dialami atau dilakukan oleh
siswa yang dirancang oleh guru untuk
memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan.
Pengalaman belajar yang harus
dialami siswa sebagai learning activity
menggambarkan interaksi siswa dengan
objek belajar. Belajar berlangsung melalui
perilaku aktif siswa; apa yang ia kerjakan
adalah apa yang ia pelajari, bukan apa
yang dilakukan oleh guru. Dalam
merancang dan menyeleksi pengalaman-
pengalaman belajar juga memperhatikan
psikologi belajar.

c. Mengorganisasi Pengalaman –
Pengalaman Belajar
48

Pengorganisasi atau desain


kurikulum diperlukan untuk memudahkan
anak didik untuk belajar. Dalam
pengorganisasian kurikulum tidak lepas
dari beberapa hal penting yang
mendukung, yakni: tentang teori, konsep,
pandangan tentang pendidikan,
perkembangan anak didik, dan kebutuhan
masyarakat.
Pengorganisasian kurikulum erat
dengan tujuan pendidikan yang ingin
dicapai. Oleh karena itu kurikulum
menentukan apa yang akan dipelajari,
kapan waktu yang tepat untuk
mempelajari, keseimbangan bahan
pelajaran, dan keseimbangan antara aspek-
aspek pendidikan yang akan disampaikan.

d. Mengevaluasi Kurikulum
Langkah terakhir dalam
pengembangan kurikulum adalah evaluasi.
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan
di mana data yang terkumpul dan dibuat
pertimbangan untuk tujuan memperbaiki
sistem. Evaluasi yang seksama adalah
sangat esensial dalam pengembangan
kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu
49

proses membuat keputusan , sedangkan


riset sebagai proses pengumpulan data
sebagai dasar pengambilan keputusan.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2014). Pengembangan Kurikulum : Teori


dan Praktik. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Ahmad, dkk. (1998). Pengembangan Kurikulum.


Bandung : Pustaka Setia.

Ansyar, M & Nurtain, H. (1991). Pengembangan dan


Inovasi Kurikulum. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.

Asrohah, H & Alamsyah, Anas A. (2014).


Pengembangan Kurikulum. Surabaya :
Kopertis IV Press.

Bafadal, I. (2006). Manajemen Peningkatan Mutu


Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.

Dakir. (2002). Perencanaan dengan Pengambangan


Kurikulum. Bandung : Rineka Cipta.

Darajat, dkk. (2000). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta :


Bumi Aksara.

Depdiknas. (2003). Pengelolaan Kurikulum di Tingkat


Sekolah : Pelayanan Profesional Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta : Puskur
Balitbang
Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Hamalik, O. (1993). Sistem Dan Prosedur


Pengembangan Kurikulum. Jakarta :
Trigenda Karya.

Hamalik, O. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan


Pendekatan Kompetensi. Jakarta : Bumi
Aksara

Hamalik, O. (2004). Model-Model Pengembangan


Kurikulum. Bandung : PPs Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI).

Hamalik, O. (2007). Dasar – Dasar Pengembangan


Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Hamalik, O. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran.


Jakarta : Bumi Aksara.

Hamalik, O. (2008). Manajemen Pengembangan


Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Hasibuan, L. (2010). Kurikulum dan Pemikiran


Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013).


Draft Kurikulum 2013. Jakarta :
Kemendikbud.
Khaerudin, dkk. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Konsep dan
Implementasinya Di Madrasah. Yogyakarta :
Pilar Media.

Majid, A & Mudzakir, J. (2008). Ilmu Pendidikan


Islam. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.

Muhaimin, dkk. ( 2007). Pengembangan Model KTSP


Pada Sekolah Dan Madrasah. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.

Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi :


Konsep, Karakteristik dan Implementasi.
Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum


Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja
Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum yang Disempurnakan.


Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan Implementasi


Kurikulum 2013. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nasution. (1993). Pengembangan Kurikulum.
Bandung : Citra Aditya Bakti.

Nasution. (2005). Asas – Asas Kurikulum. Jakarta :


Bumi Aksara

Nasution. (2008). Kurikulum Pengajaran. Jakarta :


Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, B. (1988). Dasar – Dasar


Pengembangan Kurikulum Sebuah
Pengantar Teoretis dan Pelaksanaanya.
Yogyakarta : BPFE.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.


(2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta :
Pusat Bahasa.

Poerwanti, Loeloek E & Amri, S. (2013). Penduan


Memahami Kurikulum 2013. Jakarta :
Prestasi Pustaka Raya.

Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta :


Kalam Mulia

Reksoatmodjo, Tedjo N. (2010). Pengembangan


Kurikulum Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Bandung : Refika Editama
Rusma. (2011). Manajemen Kurikulum. Jakarta : Raja
Grafindo Persada

Sadulloh, U. (1994). Pengantar Filsafat Pendidikan.


Bandung : Media Iptek.

Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran dalam


Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran.


Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta :


Kencana Prenada Media.

Sudjana, N. (1991). Pembinaan dan Pengembangan


Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar Baru.

Sukiyudi, dkk. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran.


Bandung : UPI Press

Sukmadinata, N. (1997). Pengembangan Kurikulum


Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.

Sukmadinata, N. (1998). Prinsip dan Landasan


Pengembangan Kurikulum. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Suparlan. (2007). Tanya Jawab Perkembangan
Kurikulum & Materi Pembelajaran. Jakarta :
PT. Bumi Aksara

Surakhmad, W. (2009). Pendidikan Nasional Strategi


dan Tragedi. Jakarta : PT Kompas Media
Nusantara.

Susilo, Muhammad J. (2007). Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka
Belajar.

Syarif, H. (1993). Pengembangan Kurikulum.


Pasuruan : Garoeda Buana Indah.

Thoha, M. (2013). Horizon Pendidikan Islam.


Surabaya : Pena Salsabila.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan


Pembelajaran. (2011). Kurikulum Dan
Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Press

Tim Pustaka Yustisia. (2008). Panduan Lengkap


KTSP. Yogyakarta : Pustaka Yustisia.

Webster’s. (1968). New World Dictionary 2nd Ed..


New York : Word Publishing.

Anda mungkin juga menyukai