Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN PENYAKIT CAMPAK

Disusun Oleh : Kelompok 8

1. Nadiya Ayu Nopihartati

2. Rahmat Walupan

3. Yuni Mellianti

Dosen Pembimbing: Ns Rahmah Anissa M. Kep

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini,
dengan judul Asuhan keperawatan Pada Anak dengan penyakit Campak
Dalam penulisan Makalah ini Kami tidak henti-hentinya mengucapkan
banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
Makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan memberikan informasi tentang
Asuhan keperawatan Pada Anak dengan penyakit campak
Kami sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan sebagaimana pepatah “Tak ada gading yang tak retak”. Oleh
karenanya kami membuka tangan selebar-lebarnya guna menerima saran dan
kritik membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami mengharapkan agar makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Bengkulu, Maret 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua orang tua pasti ingin anaknya sehat, tidak sakit, proses tumbuh
kembang tak terhambat dan pintar. Untuk mencapai itu semua orang tua haruslah
memberikan ASI yang cukup, kebersihan lingkungan yang baik, makanan cukup
dan seimbang pada anaknya. Namun tapi itu tak cukup untuk mencegah anak
jatuh sakit.
Anggota Satgas Imunisasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia dr Sujatmiko
mengatakan ini karena jumlah kuman begitu banyak dan ganas sehingga mesti
gizi cukup dan lingkungan bersih anak tetap masih bisa terkena penyakit. Penyakit
yang paling berbahaya dan kerap menimbulkan kecacatan pada anak adalah
penyakit yang menimbulkan infeksi saluran nafas. ”Jadi pnumonia yang
menimbulkan batuk, panas, sesak nafas dan kalau tidak diobati dengan baik bisa
meninggal,” kata dr Sujatmiko. Penyakit lain yang berbahaya bagi bayi dan anak
adalah diare dan penyakit yang mengenai susunan saraf pusat.
Penyakit ini penyebabnya bisa macam-macam. Bisa kuman pertussis, kuman
TBC, kuman difteri dan bisa kuman campak. Nah yang bisa menyebabkan
kecacatan pada anak adalah virus polio. ”Karena itu campak dan polio ini
berbahaya dan masih banyak orang tua yang lupa imunisasi lengkap, pemerintah
bermaksud membantu keluarga indonesia untuk meningkatkan imunisasinya,”

B. Rumusan masalah
Bagaimana Konsep Teori dan konsep Asuhan keperawatan pada penyakit
Campak?
C. Tujuan
Untuk mengetahui konsep Teori dan konsep Asuhan keperawatan penyakit
campak pada anak
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Penyakit Campak adalah satu penyakit berjangkit. Campak (Rubeola, Campak
9 hari) atau dikenal dengan sebutan Gabagen (dalam bahasa Jawa); atau Kerumut
(dalam bahasa Banjar). Dalam istilah medisnya disebut juga dengan Morbili,
Measles. (Aru: 2006: 1447)
Morbili adalah : Penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
Yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi,
yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu
Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. Fkui ).
Campak adalah suatu infeksi akut yang sangat menular ditandai oleh gejala
prodormal panas, batuk, pilek, radang mata disertai dengan timbulnya bercak
merah makulopapurer yang menyebar ke seluruh tubuh yang kemudian
menghitam dan mengelupas. (Fanani. 2009: 61-62)
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan
gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam,
scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi (Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson,
EGC, 2000).
Campak adalah penyakit menular yang ditularkan melalui rute udara dari
seseorang yang terinfeksi ke orang lain yang rentan (Brunner & Suddart, vol 3,
2001).

B. Etiologi
Cara penularan melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup percikan
ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita
morbili/campak. Artinya, seseorang dapat tertular Campak bila menghirup virus
morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau di mana saja. Penderita bisa
menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan
selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap
2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika
seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal
terhadap penyakit ini.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan
kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung
selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah:
 bayi berumur lebih dari 1 tahun
 bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
 remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua

C. Manifestasi Klinik
1. Inkubasi
Biasanya tanpa gejala dan berlangsung 10-12 hari.
a) Prodromal
Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala yang utama muncul adalah demam,
yang terus meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,40– 40,60C pada hari
ke- 4 atau 5, yaitu pada saat ruam muncul. Gejala lain yang juga bisa muncul
batuk, pilek, farings merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis.
 Bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dikelilingi eritema hampir selalu
didapatkan pada akhir stadium prodromal. Bercak Koplik ini muncul pada 1-2
hari sebelum muncul rash (hari ke-3 – 4) dan menghilang setelah 1-2 hari
munculnya rash. Cenderung terjadi berhadapan dengan molar bawah, terutama
molar 3, tetapi dapat menyebar secara tidak teratur pada mukosa bukal yang lain.
 Erupsi (Rash)
Terjadinya eritema berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan.
Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang
telinga kemudian menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas
dan bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya
ruam menyebar ke seluruh punggung, abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam
umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent.
Bertahan selama 5-6 hari. Suhu naik mendadak ketika ruam muncul dan sering
mencapai 40-40,5 °C. Penderita saat ini mungkin tampak sangat sakit, tetapi
dalam 24 jam sesudah suhu turun mereka pada dasarnya tampak baik. Selain itu,
batuk dan diare menjadi bertambah parah sehingga anak bisa mengalami sesak
nafas atau dehidrasi. Tidak jarang pula disertai muntah dan anoreksia. Otitis
media, bronkopneumonia, dan gejala-gejala saluran cerna, seperti diare dan
muntah, lebih sering pada bayi dan anak kecil. Kadang-kadang terdapat
perdarahan ringan pada kulit. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening di sudut
mandibula dan di daerah leher belakang. Dapat pula terjadi sedikit splenomegali.
Ketika ruam mencapai kaki pada hari ke 2-3, ruam ini mulai menghilang dari
muka. Hilangnya ruam menuju ke bawah pada urutan yang sama dengan ketika
ruam muncul.
kulit menjadi kehitaman dan mengelupas (hiperpigmentasi) yang akan
menghilang setelah 1-2 minggu. Hiperpigmentasi merupakan gejala yang
patognomonik untuk morbili.
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari (referensi lain menyebutkan sekitar
10-20 hari) setelah terinfeksi, yaitu berupa: - nyeri tenggorokan - hidung meler -
batuk - nyeri otot - demam - mata merah - fotofobia (rentan terhadap cahaya,
silau). Namun, gejala ini tidak semuanya terjadi pada tiap penderita tergantung
dari stamina masing-masing.
Gejala klinis dibagi menjadi 3 stadium, yakni:
1. Stadium awal (prodromal)
Pada stadium awal campak berlangsung sekitar 4-5 hari, ditandai dengan:
panas, lemas (malaise), nyeri otot, batuk, pilek, konjungtivitits, fotofobia (takut
cahaya), diare karena adanya peradangan saluran pernapasan dan pencernaan.
Pada stadium ini, gejalanya mirip influenza. Namun diagnosa ke arah Morbili
dapat dibuat bila 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian
dalam (bintik Koplik).di dinding pipi bagian dalam (mukosa bukalis) dan
penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam 2 minggu terakhir.
2. Stadium timbulnya bercak (erupsi)
Pada stadium dua ini dapat ditemukan ruam (kemerahan di kulit) yang terasa
agak gatal, muncul sekitar 2-5 hari setelah stadium awal. Ditandai dengan: demam
meningkat, bercak merah menyebar ke seluruh tubuh, disertai rasa gatal. Ruam ini
bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam
kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan
dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam
menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai
memudar. Selanjutnya gejala tersebut akan menghilang sekitar hari ketiga.
Kadang disertai diare dan muntah.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta
suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun,
penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama
beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan
merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
3. Stadium masa penyembuhan (konvalesen)
Pada stadium ini, gejala-gejala di atas berangsur menghilang. Suhu tubuh
menjadi normal, kecuali ada komplikasi.

Manifestasi klinis (Ngastiyah : 2005) adalah masa tuntas 10 – 20 hari.


Penyakit dibagi dalam 3 stadium yaitu stadium, kataraiis stadium, erupsi dan
stadium konvalensi.
1. Stadium kataralis, biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai
panas tubuh, malaise (lemah), batuk, fct’o fobia (silau), konjungtivitis dan
koriza (katar hidung). Menjelang akhir stadium kataralis dan 24 jam timbul
eantema (ruam pada selaput lendir). Bercak koplik berwarna putih kelabu,
sebesar ujung jarum dan dikelilingi eriterna.
2. Stadium erupsi
 akoriza dan batuk-batuk bertambah
 timbul enantema atau titik atau titik merah di palatum durum dan palatum
mole
 kadang-kadang terlihat pula bercak- bercak koplik
 dalam 2 hari bercak–bercak menjalar kemuka, lengan atas dan bagian dada,
punggung, perut, tungkai bawah.
 Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.
 Rasa gatal, muka bengkak
 Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan di
daerah leher belakang
 Terdapat pula sedikit splenomegali serta sering pula disertai diare dam
rnuntah
3. Stadium konvalensi.
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpiginentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering pula ditemukan kulit bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomik untuk campak. Pada penyakit-
penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa
hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali jika ada
komplikasi

D. Patofisiologi
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan
dan masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya
menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran
pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi
berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam
timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme
imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni.
2. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant sel yang khas.
3. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik
dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 – 4
minggu kemudian.

F. Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.
Namun komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat
penyakit Campak. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga
pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
3. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
4. Bronkopnemonia (infeksi saluran napas)
5. Otitis Media (infeksi telinga)
6. Laringitis (infeksi laring)
7. Diare
8. Kejang Demam (step)

G. Penatalaksaan Terapi
Agar serangan campak tidak menjadi terlalu berat, kita bisa melakukan hal-hal
berikut berdasarkan fase-fasenya:
1. Masa Inkubasi
Fase inkubasi berlangsung sekitar 10-12 hari. Di fase ini agak sulit mendeteksi
infeksinya karena gejalanya masih bersifat umum bahkan tidak terlihat sama
sekali. Mungkin beberapa anak mengalami demam tetapi umumnya anak tidak
merasakan perubahan apa-apa. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas
campak pun belum keluar.
Yang perlu dilakukan:
Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya tahan tubuhnya tetap
tinggi. Misalnya dengan makan sayur, buah, serta menjaga kebugaran tubuhnya.
Bila memang nantinya campak benar-benar menyerang kemungkinan terjadinya
tidak akan terlalu parah.
2. Fase Prodormal
Adalah fase dimana gejala penyakit sudah mulai timbul seperti flu, batuk,
pilek, dan demam. Mata anak pun akan tampak kemerah-merahan dan berair. Tak
hanya itu, anak tidak bisa melihat dengan jelas ke arah cahaya karena merasa
silau (photo phobia). Ciri lain, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih
yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari
kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5° C. Di fase
kedua bercak merah belum muncul.
Yang perlu dilakukan:
Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk, pilek, dan demam
mulai muncul. Jangan sampai menunggu munculnya bercak-bercak merah karena
anak butuh pertolongan secepatnya. Tindakan cepat sangat membantu untuk
mengantisipasi beratnya penyakit.
3. Fase Makulopapuler
Fase makulopapuler yakni keluarnya bercak merah yang sering diiringi demam
tinggi antara 38-40,5°C. Awalnya, bercak ini hanya muncul di beberapa bagian
tubuh saja, biasanya di belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki.
Untuk membedakan dengan penyakit lain, umumnya warna bercak campak akan
sangat khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu
kecil.
Biasanya, bercak merah akan memenuhi seluruh tubuh dalam waktu satu
minggu meskipun hal ini tergantung pula pada daya tahan tubuh masing-masing
anak. Pada anak yang memiliki daya tahan tubuh baik umumnya bercak merahnya
hanya pada beberapa bagian saja. Tetapi pada anak yang memiliki daya tahan
tubuh lemah, bercak merahnya akan semakin banyak. Hal ini juga menunjukkan
kalau campak yang diderita anak termasuk berat.
Yang perlu dilakukan:
Tetaplah mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter. Biasanya dokter
akan mengusahakan agar bercak merah pada anak tidak sampai muncul di sekujur
tubuh. Bila memang sekujur tubuhnya dipenuhi bercak, ini berarti campaknya
cukup berat. Apalagi jika sudah muncul gejala komplikasi, maka konsultasikanlah
ke dokter apakah anak perlu dirawat atau tidak.
Sebagian masyarakat beranggapan bahwa semakin banyak bercak merah yang
tampak semakin bagus karena berarti anak akan cepat sembuh. Pendapat ini keliru
karena kita sebenarnya dituntut untuk lebih waspada. Tetapi bila diagnosis sudah
ditegakkan, dan tak ada komplikasi, anak cukup dirawat di rumah.
4. Fase Penyembuhan
Bila bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan
sendirinya. Selanjutnya bercak merah akan berubah menjadi kehitaman dan
bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau
rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2
minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak.
Yang perlu dilakukan:
Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter sambil menjaga asupan
makanan bergizi seimbang dan istirahat yang teratur. Jangan pernah beranggapan
kalau bercak merah sudah berkurang dan gejalanya sudah hilang berarti virus
campaknya sudah musnah. Kita tetap perlu melanjutkan pengobatan sampai anak
benar-benar sembuh
WOC
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan,
untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1. Pengumpulan Data
1. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register,
tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus campak adalah demam, batuk, sakit
kepala, dan konjungtivitis, adanyak bercak kelabu
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari campak, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa
berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan
kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan
mengetahui mekanisme terjadinya campak bisa diketahui penyakit kulit yang lain
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
Pada pengkajian anak dengan campak dapat ditemukan adanya tanda-tanda:
 Demam
 Nyeri tenggorok
 Nafsu makan menurun
 Adanya bercak putih kelabu
 Kelemahan pada ekstremitas
 Batuk
 Konjungtivitis
 Eritema pada banan belakang telinga, leher dan bagian belakang
 Lemah, lesu
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab campak dan memberi
petunjuk berapa lama penyakit campak tersebut berlangsung. Riwayat kehamilan
atau persalinan ibu : apakh selama kehamilan, ibu pernah menderita penyakit yang
sama.
 Riwayat penyakit lalu : riwayat imunisasi ( 9 – 12 bln ).
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit camapak merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya campak, pneumonia, batuk, demam,
konjungtivitis. (Ignatavicius, Donna D, 1995).
Riwayat penyakit keluarga : adakah anggota keluarga lain yang menderita
penyakit yang sama ?
6. Riwayat Psikososial,
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
7. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus campak akan timbul demam, batuk, sakit kepala, dan
konjungtivitis. Dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan kulitnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti kontak langsung dengan penderita yang dapat
mengganggu kesehatan kulit (Ignatavicius, Donna D,1995).
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien campak harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-
harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C, vit c, dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan kulit. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien
bisa membantu menentukan penyebab masalah kulit
c) Pola Eliminasi
Untuk kasus campak jarang ada gangguan pada pola eliminas bak tapi untuk
bab biasanya ada, perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau
feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga
dikaji ada kesulitan atau tidak.
d) Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien campak timbul rasa nyeri, keterbatasan sosialisasi, sehingga hal
ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan
tidur. (Doengos. Marilynn E, 2002).
e) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan
klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh
orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama
pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk
terjadinya penularan campak dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius,
Donna D, 1995).
f) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat. (Ignatavicius, Donna D, 1995).
g) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien campak yaitu timbul pernafasan tidak
efektif, saluran cerna trganggu, konjungtivtis, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan
terhadap dirinya yang salah (gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D,
1995).
h) Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien camapak daya rabanya meningkat terutama pada bagian kulit
yang terkena, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu
juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul
rasa nyeri akibat camapak (Ignatavicius, Donna D, 1995).
i) Pola Penanggulangan Stress
Pada klien camapak timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,. Mekanisme
koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
j) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien campak tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan
baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena
nyeri dan keterbatasan gerak klien

B. Diagnosa keperawatan
 Resiko deficit nutrisi b/d gangguan mencerna makanan
 Hipertermi b/d proses penyakit
 Gangguan integritas Kulit b/d proses penyakit

Anda mungkin juga menyukai