Eklampsia adalah kejang yang terjadi pada ibu hamil dengan tanda-tanda
preeklampsia. Preeklampsia sendiri merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari
hipertensi (Tekanan darah ≥140/90 mmHg) bersamaan dengan proteinuriamasif yang
terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Eklampsia adalah gangguan yang
ditandai dengan terjadinya kejang sebanyak satu kali atau lebih saat preeklamsi. Telah
dilaporkan bahwa angka fatalitas kasusnya adalah 1,8% dan sampai dengan 35 % ibu
mengalami komplikasi mayor. (buku patologi pada kehamilan : manajemen dan asuhan
kebidanan, 2013:36).
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai dengan
kejang menyeluruh dan koma. (sarwono,edisi keempat, 2010:550)
MANIFESTASI KLINIK
Pada penderita preeklampsia maupun eklampsia, yang akan kejang, umumnya
memberi gejala-gejala atau tanda-tanda yang has, yang dapat dianggap sebagai tanda
prodoma akan terjadinya kejang. Tanda dan gejalanya sebagai berikut :
1. Sakit kepala hebat
2. Gangguan penglihatan
3. Nyeri epigastrik
4. Muntah
5. Nyeri tekan dihati
6. Klonus/hiperrefleksia
7. Trombosit rendah
Papiloedema
1. Komplikasi Eklampsia
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama
ialahmelahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia.
Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada ibu dan janin:
1. Komplikasi pada ibu
a. Solutio plasenta
b. Koagulopati
c. Ablatio retina
d. Gagal ginjal akut
e. Edema paru
f. Perdarahan postpartum dengan transfusi
g. Kerusakan hati
h. Hematoma
i. Penyakit kardiovaskuler
j. Defek neurologi
2. Komplikasi pada janin
a. Kelahiran premature
b. Berat lahir rendah
c. Diabetes melitus
d. Penyakit kardiovaskuler
e. Hipertensi
f. Kegagalan respirasi
g. Respiratory distress syndrome (RDS)
h. Transient tachypnea of the newborn (TTN)
i. Persistent pulmonary hypertension (PPHN)
PENANGANAN
2. Penatalaksanaan Eklampsia
a. Penatalaksanaan medis (penanganan kejang )
1. Beri obat konvulsan
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas ,sedeka,sedotan,masker
O2 dan tabung O2)
3. Lindungi pasien dengan keadaan trauma
4. Aspirasi mulut dan tenggorokan
5. Baringkan pasien pada posisi kiri,trendelenburg untuk mengurangi resiko
aspirasi
6. Beri oksigen 4-6 liter/ menit
(Anonymus, 2016)