Anda di halaman 1dari 17

A.

Masalah Kesehatan
TBC / Tuberkulosis
B. PENGERTIAN
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru
yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan
nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita
kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer &
Brenda G. Bare, 2002 ).
C. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um.
Tergolong dalam kuman Myobacterium tuberculosae complex adalah :
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman
bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali
menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai
parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula
memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid
(Asril Bahar,2001).
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
lebih dari satu bulan (Depkes, 2006). Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis
dapat bermacam-macam atau malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa
keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering
dijumpai (Asril Bahar. 2001):
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang
dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien
merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit
tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah
pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada
malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

E. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi
melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan
merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu
yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T)
adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon
ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat
dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang
mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari
sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi
menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus
Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer
dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke
bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga
tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan
dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi
mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan
gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening
atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan
mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen,
yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena
akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam
sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.
Pathway

Pathway TBC (Tuberkulosis)


F. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis TB menurut Depkes (2006):
1. Diagnosis TB paru
a) Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari,
yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
b) Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat
digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan
indikasinya.
c) Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas
pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
d) Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas
penyakit.
e) Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB
paru.
2. Diagnosis TB ekstra paru.
a) Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran
kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang
belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lainlainnya.
b) Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis
tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan
ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi
anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
H. Masalah Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
kental atau sekret darah
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-
kapiler
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
d. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
e. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
I. RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
DIAGNOSA INTERVENSI
NO KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN (NIC)
(NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :
Efektif Respiratory status : Airway suction
Ventilation - Pastikan kebutuhan
Definisi : Respiratory status : oral / tracheal
Ketidakmampuan untuk Airway patency suctioning
membersihkan sekresi atau Aspiration Control - Auskultasi suara
obstruksi dari saluran nafas sebelum dan
pernafasan untuk Kriteria Hasil : sesudah suctioning.
mempertahankan - Mendemonstrasika - Informasikan pada
kebersihan jalan nafas. n batuk efektif dan klien dan keluarga
suara nafas yang tentang suctioning
Batasan Karakteristik : bersih, tidak ada - Minta klien nafas
- Dispneu, Penurunan sianosis dan dalam sebelum
suara nafas dyspneu (mampu suction dilakukan.
- Orthopneu mengeluarkan - Berikan O2 dengan
- Cyanosis sputum, mampu menggunakan nasal
- Kelainan suara nafas bernafas dengan untuk memfasilitasi
(rales, wheezing) mudah, tidak ada suksion nasotrakeal
- Kesulitan berbicara pursed lips - Gunakan alat yang
- Batuk, tidak efekotif - Menunjukkan jalan steril sitiap
atau tidak ada nafas yang paten melakukan tindakan
- Mata melebar (klien tidak merasa - Anjurkan pasien
- Produksi sputum tercekik, irama untuk istirahat dan
- Gelisah nafas, frekuensi napas dalam setelah
- Perubahan frekuensi pernafasan dalam kateter dikeluarkan
dan irama nafas rentang normal, dari nasotrakeal
tidak ada suara - Monitor status
Faktor-faktor yang nafas abnormal oksigen pasien
berhubungan: - Mampu - Ajarkan keluarga
- Lingkungan : merokok, mengidentifikasika bagaimana cara
menghirup asap rokok, n dan mencegah melakukan suction
perokok pasif-POK, factor yang dapat - Hentikan suction dan
infeksi menghambat jalan berikan oksigen
- Fisiologis : disfungsi nafas apabila pasien
neuromuskular, menunjukkan
hiperplasia dinding bradikardi,
bronkus, alergi jalan peningkatan saturasi
nafas, asma. O2, dll.
- Obstruksi jalan nafas :
spasme jalan nafas, Airway Management
sekresi tertahan, - Buka jalan nafas,
banyaknya mukus, guanakan teknik chin
adanya jalan nafas lift atau jaw thrust
buatan, sekresi bronkus, bila perlu
adanya eksudat di - Posisikan pasien
alveolus, adanya benda untuk
asing di jalan nafas. memaksimalkan
ventilasi
- Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
- Pasang mayo bila
perlu
- Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
- Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
- Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
- Lakukan suction
pada mayo
- Berikan
bronkodilator bila
perlu
- Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
- Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
- Monitor respirasi
dan status O2

2. Gangguan Pertukaran gas NOC : NIC :


Respiratory Status : Airway Management
Definisi : Kelebihan atau Gas exchange - Buka jalan nafas,
kekurangan dalam Respiratory Status : guanakan teknik
oksigenasi dan atau ventilation chin lift atau jaw
pengeluaran Vital Sign Status thrust bila perlu
karbondioksida di dalam Kriteria Hasil : - Posisikan pasien
membran kapiler alveoli - Mendemonstrasika untuk
n peningkatan memaksimalkan
Batasan karakteristik : ventilasi dan ventilasi
- Gangguan penglihatan oksigenasi yang - Identifikasi pasien
- Penurunan CO2 adekuat perlunya
- Takikardi - Memelihara pemasangan alat
- Hiperkapnia kebersihan paru jalan nafas buatan
- Keletihan paru dan bebas dari - Pasang mayo bila
- Somnolen tanda tanda distress perlu
- Iritabilitas pernafasan - Lakukan fisioterapi
- Hypoxia - Mendemonstrasika dada jika perlu
- Kebingungan n batuk efektif dan - Keluarkan sekret
- Dyspnoe suara nafas yang dengan batuk atau
- nasal faring bersih, tidak ada suction
- AGD Normal sianosis dan - Auskultasi suara
- Sianosis dyspneu (mampu nafas, catat adanya
- warna kulit abnormal mengeluarkan suara tambahan
(pucat, kehitaman) sputum, mampu - Lakukan suction
- Hipoksemia bernafas dengan pada mayo
- Hiperkarbia mudah, tidak ada - Berikan
- sakit kepala ketika pursed lips) bronkodilator bial
bangun - Tanda tanda vital perlu
- frekuensi dan dalam rentang - Barikan pelembab
kedalaman nafas normal udara
abnormal - Atur intake untuk
cairan
Faktor faktor yang mengoptimalkan
berhubungan : keseimbangan.
- ketidakseimbangan - Monitor respirasi
perfusi ventilasi dan status O2
- perubahan membran
kapiler-alveolar Respiratory Monitoring
- Monitor rata – rata,
kedalaman, irama
dan usaha respirasi
- Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
- Monitor suara nafas,
seperti dengkur
- Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
- Catat lokasi trakea
- Monitor kelelahan
otot diagfragma
(gerakan paradoksis)
- Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
- Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
- Auskultasi suara
paru setelah
tindakan untuk
mengetahui hasilnya

3. Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan Nutritional Status : Nutrition Management
tubuh food and Fluid Intake - Kaji adanya alergi
Kriteria Hasil : makanan
Definisi : Intake nutrisi - Adanya - Kolaborasi dengan
tidak cukup untuk peningkatan berat ahli gizi untuk
keperluan metabolisme badan sesuai menentukan jumlah
tubuh. dengan tujuan kalori dan nutrisi
- Berat badan ideal yang dibutuhkan
Batasan karakteristik : sesuai dengan pasien.
- Berat badan 20 % atau tinggi badan - Anjurkan pasien
lebih di bawah ideal - Mampu untuk meningkatkan
- Dilaporkan adanya mengidentifikasi intake Fe
intake makanan yang kebutuhan nutrisi - Anjurkan pasien
kurang dari RDA - Tidak ada tanda untuk meningkatkan
(Recomended Daily tanda malnutrisi protein dan vitamin
Allowance) - Tidak terjadi C
- Membran mukosa dan penurunan berat - Berikan substansi
konjungtiva pucat badan yang berarti gula
- Kelemahan otot yang - Yakinkan diet yang
digunakan untuk dimakan
menelan/mengunyah mengandung tinggi
- Luka, inflamasi pada serat untuk
rongga mulut mencegah konstipasi
- Mudah merasa - Berikan makanan
kenyang, sesaat setelah yang terpilih ( sudah
mengunyah makanan dikonsultasikan
- Dilaporkan atau fakta dengan ahli gizi )
adanya kekurangan - Ajarkan pasien
makanan bagaimana membuat
- Dilaporkan adanya catatan makanan
perubahan sensasi rasa harian.
- Perasaan - Monitor jumlah
ketidakmampuan untuk nutrisi dan
mengunyah makanan kandungan kalori
- Miskonsepsi - Berikan informasi
- Kehilangan BB dengan tentang kebutuhan
makanan cukup nutrisi
- Keengganan untuk - Kaji kemampuan
makan pasien untuk
- Kram pada abdomen mendapatkan nutrisi
- Tonus otot jelek yang dibutuhkan
- Nyeri abdominal
dengan atau tanpa Nutrition Monitoring
patologi - BB pasien dalam
- Kurang berminat batas normal
terhadap makanan - Monitor adanya
- Pembuluh darah kapiler penurunan berat
mulai rapuh badan
- Diare dan atau - Monitor tipe dan
steatorrhea jumlah aktivitas
- Kehilangan rambut yang biasa
yang cukup banyak dilakukan
(rontok) - Monitor interaksi
- Suara usus hiperaktif anak atau orangtua
- Kurangnya informasi, selama makan
misinformasi - Monitor lingkungan
selama makan
Faktor-faktor yang - Jadwalkan
berhubungan : pengobatan dan
Ketidakmampuan tindakan tidak
pemasukan atau mencerna selama jam makan
makanan atau - Monitor kulit kering
mengabsorpsi zat-zat gizi dan perubahan
berhubungan dengan pigmentasi
faktor biologis, psikologis - Monitor turgor kulit
atau ekonomi. - Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
- Monitor makanan
kesukaan
- Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan
intake nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
- Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey:Upper Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Anda mungkin juga menyukai