Anda di halaman 1dari 14

PROGRAM PEMBERANTASAN

PENYAKIT TBC

1 . A H S A N I S N AWA N
2 . R AT N A
3 . N I N D YA AY U N I N G T YA S
4 . E N D A H A R I YA N I
5 . D E W I N O V I TA K O M A L A S A R I
SEJARAH PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT
TUBERKULOSIS (TB) SEPULUH TAHUN TERAKHIR

Tahun 2006-2010 dilakukan program konsolidasi dan implementasi inovasi


dalam strategi DOTS. Fase ini ditandai dengan keberhasilan dalam
mencapai target global tingkat deteksi dini dan kesembuhan pada tahun
2006. Selain itu, berbagai tantangan baru dalam implementasi strategi
DOTS muncul pada fase ini.
Tantangan tersebut antara lain penyebaran ko-infeksi TB-HIV, peningkatan
resistensi obat TB, jenis penyedia pelayanan TB yang sangat beragam,
kurangnya pengendalian infeksi TB di fasilitas kesehatan, serta
penatalaksanaan TB yang bervariasi. Mitra baru yang aktif berperan dalam
pengendalian TB pada fase ini antara lain Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan di Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia, dan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Meskipun Indonesia
mengalami pemberhentian sementara dana GFATM Round 1 dan round 5,
akan tetapi kegiatan pelayanan TB (terutama di dalam gedung) tetap
terlaksana karena kesiapan tenaga pelayanan dengan menggunakan dana
dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta sumber pendanaan dari
berbagai lembaga donor internasional lain seperti USAID, WHO, tetap
dapat dipertahankan.
Pada tahun 2008 dilaksanakan Program DOTS di Puskesmas
dengan tujuan :
- Memutuskan rantai penularan
- Meningkatkan cakupan penemuan kasus
- Mencegah MDR (Multi Drug resisten)

Hambatan yang dialami :


1. Dalam penemuan kasus BTA positiv masih banyak kendala
diantaranya kwalitas dahak tidak sesuai SOP sehingga hasil
negatif
2. CDR masih rendah
3. Dalam pengobatan ,kadang dijumpai pasien DO (karena bosan
minum obat)
4. Kurangnya peran serta linsek
GAMBARAN UMUM PROGRAM
PENANGGULANGAN TB DI INDONESIA
Jumlah kasus TB di Indonesia (WHO tahun 2017),
diperkirakan ada 1.020.000 kasus TB baru pertahun
(399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000
kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk).
Diperkirakan 78.000 kasus TB dengan HIV positif
(10 per 100.000 penduduk), mortalitas 26.000).
Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus, diantaranya
314.965 adalah kasus baru. Secara nasional
perkiraan prevalensi HIV diantara pasien TB
diperkirakan sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO
diperkirakan sebanyak 10.000 kasus yang berasal
dari 1,9% kasus TB-RO dari kasus baru TB dan ada
12% kasus TB-RO dari TB dengan pengobatan ulang
STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN TB
1. Penguatan kepemimpinan program TB;
2. Peningkatan akses layanan TB yang bermutu;
3. Pengendalian faktor risiko TB;
4. Peningkatan kemitraan TB;
5. Peningkatan kemandirian masyarakat dalam
penanggulangan TB; dan
6. Penguatan manajemen program TB.
Tujuan Umum Program TB
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. (Aditama, 2010-2014)
Berdasarkan buku panduan program TB 2017 dari menteri kesehatan
tujuan dari program TB adalah melindungi kesehatan masyarakat dari
penularan TB agar tidak terjadi kesakitan, kematian dan kecacatan.

Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari program TB adalah :
1. Memutuskan rantai penularan
2. Meningkatkan cakupan penemuan kasus
3. Mencegah MDR (Multi Drug resisten)
INDIKATOR PENCAPAIAN
Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan penanggulangan tb
digunakan beberapa indikator. Indikator penanggulangan tb secara
nasional ada 2 yaitu:
1. angka penemuan pasien baru tb bta positif (case detection rate = cdr)
2. angka keberhasilan pengobatan (success rate = sr).

Untuk mempermudah analisis data diperlukan indikator sebagai alat


ukur kemajuan (marker of progress). Indikator yang baik harus
memenuhi syarat-syarat tertentu seperti:
1. sahih (valid)
2. sensitif dan spesifik (sensitive and specific)
3. dapat dipercaya (realiable)
4. dapat diukur (measureable)
5. dapat dicapai (achievable)
TARGET PENCAPAIAN
Target dampak pada 2020
1. Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 30% dibandingkan angka kesakitan pada tahun
2014
2. Penurunan angka kematian karena TB sebesar 40% dibandingkan angka kematian pada tahun
2014.
Target dampak pada tahun 2025
1. Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 50% dibandingkan angka kesakitan pada tahun
2014
2. Penurunan angka kematian karena TB sebesar 70% dibandingkan angka kematian pada tahun
2014
Target dampak pada 2030
1. Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 80% dibandingkan angka kesakitan pada tahun
2014
2. Penurunan angka kematian karena TB sebesar 90% dibandingkan angka kematian pada tahun
2014.
Target dampak pada 2035
1. Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 90% dibandingkan angka kesakitan pada tahun
2014 dan
2. Penurunan angka kematian karena TB sebesar 95% dibandingkan angka kematian pada tahun
2014.
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Strategi penanggulangan TB dalam pencapaian Eliminasi Nasional TB meliputi:
1. Peningkatan akses layanan TB yang bermutu.
2. Peningkatan jejaring layanan TB melalui PPM (public-private mix).
3. Penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat Peningkatan kolaborasi
layanan melalui TB-HIV, TB-DM, MTBS, PAL, dan lain sebagainya.
4. Inovasi diagnosis TB sesuai dengan alat/saran diagnostik yang baru
5. Kepatuhan dan Kelangsungan pengobatan pasien atau Case holding.
6. Bekerja sama dengan asuransi kesehatan dalam rangka Cakupan Layanan
Semesta (health universal coverage).
7. Pengendalian faktor risiko
8. Promosi lingkungan dan hidup sehat.
9. Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TB.
Kebijakan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat bertanggung
jawab menyelenggarakan Penanggulangan TB. Penyelenggaraan
Penanggulangan TB dilaksanakan melalui upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorang. Penanggulangan TB
harus dilakukan secara terintegrasi dengan penanggulangan
program kesehatan yang berkaitan. Program kesehatan yang
meliputi program HIV dan AIDS, Diabetes Melitus, serta program
kesehatan lain. Penanggulangan TB secara terintegrasi dilakukan
melalui kegiatan kolaborasi antara program yang bersangkutan.
TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM
Komponen TB/DOTS, terdiri dari:
Jejaring TB:
Jejaring internal.
 Alur masuk pasien.
 Manajemen pasien rawat inap.
 Manajemen pasien rawat jalan.
 Alur koordinasi dan komunikasi antar unit pelayanan langsung
(laboratorium,
 Pencatatan dan pelaporan oleh poli TB/DOTS dan ruang rawat inap, logistik, farmasi).
 Penanggungjawab jejaring kerja masing-masing unit yang disahkan oleh SK

Jejaring eksternal.
 Penemuan dan pengobatan kasus TB.
 Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) TB.
 Laboratorium dan logistik TB.
PIHAK YANG TERKAIT DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM

1. Tingkat Pusat.
2. Tingkat Provinsi.
3. Tingkat Kabupaten/Kota
4. Tingkat fasyankes
5. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL)
EVALUASI PROGRAM
1. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh KNCV Indonesia bersama-sama dengan
Kemenkes dan lembaga terkait lainnya, jika diperlukan setiap tahun, secara
berkelanjutan sebagai bagian dari kegiatan proyek tertentu.
2. KNCV Indonesia akan mengkoordinasi dan memberikan pengaturan untuk
masing-masing perwakilan
3. Hasil monitoring dan evaluasi harus disampaikan oleh KNCV Indonesia ke
Kemenkes dan Lembaga Pemerintah terkait
4. Sebelum Monitoring dan Evaluasi, sebuah Kerangka Acuang Mengenai isi dari
kunjungan, sumber daya manusia dan keuangan melakukan kunjungan ini, akan
dibahas dan ditandatangani oleh kedua belah pihak (MSP KNCP)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai