Pada jenis usaha pertukangan kayu, debu kayu merupakan salah satu bahaya
potensial terhadap kesehatan pekerja terutama bagian pengolahan kayu. Debu dapat
berasal dari proses pemotongan kayu, pengetaman, dan penghalusan atau pengamplasan
yang dapat menyebar keseluruh ruangan kerja khususnya tempat pengolahan kayu.
Debu yang dihasilkan dari usaha perkayuan mempunyai potensi untuk menyebabkan
pneumokoniosis yaitu terjadinya penimbunan debu di paru-paru dan jika tidak di
antisipasi dengan segera akan menyebabkan penyumbatan dan kerusakan jaringan paru-
paru (Asiah, 2008).
1. Kebiasaan merokok
Tembakau sebagai bahan baku rokok mengandung bahan toksik dan dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan karena lebih dari 2000 zat kimia dan diantaranya
sebanyak 1200 sebagai bahan beracun bagi kesehatan manusia. Dampak merokok
terhadap kesehatan paru-paru dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar
(hipertropi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (hyperplasia). Pada saluran nafas
kecil terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan
penumpukan lendir. Pada jarimgan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel radang
dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran nafas pada perokok akan
timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya.
Tenaga kerja yang mempunyai kebiasaan merokok dapat mempunyai risiko atau
pemicu timbulnya keluhan subyektif saluran pernafasan dan gangguan ventilasi paru
pada tenaga kerja (Giarno, 1995)(25). Sementara Lubis (1991)(26) menyatakan
tenaga kerja yang sebagai perokok merupakan salah satu faktor risiko penyebab
penyakit saluran pernafasan.
2. Status gizi tenaga kerja
Pada suatu kegiatan industri, paparan dan risiko yang ada ditempat kerja tidak
selalu dapat dihindari. Upaya untuk pencegahan terhadap kemungkinan penyakit
akibat kerja dan kecelakaan kerja harus senantiasa dilakukan. Ada beberapa alternatif
pengendalian (secara tehnik dan administratif) yang bisa dilaksanakan, namun
mempunyai beberapa kendala. Pilihan yang sering dilakukan adalah melengkapi
tenaga kerja dengan alat pelindung diri dijadikan suatu kebiasaan dan keharusan. Hal
Faal paru pada tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh usia tenaga kerja itu sendiri.
Meningkatnya umur seseorang maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah,
khususnya gangguan saluran pernafasan pada tenaga kerja. Pernyataan tersebut
sesuai dengan penelitian Lestari (2000) yang menyatakan ada hubungan yang
signifikan antara usia dengan kelainan faal paru tenaga kerja.
5. Masa kerja
Pada pekerja yang berada dilingkungan dengan kadar debu tinggi dalam waktu
lama memiliki risiko tinggi terkena penyakit paru obstruktif. Masa kerja mempunyai
kecenderungan sebagai faktor risiko terjadinya obstruksi pada pekerja di industri
yang berdebu lebih dari 5 tahun.
6. Kebiasaan Olahraga
Olahraga yang paling baik untuk pernapasan adalah renang dan senam. Di
negara berkembang seperti Indonesia, senam merupakan pilihan paling tepat karena
jauh lebih murah, mudah dan berguna untuk memperkuat otot pernapasan. Latihan
fisik yang teratur akan meningkatkan kemampuan pernapasan dan mempengaruhi
organ tubuh sedemikian rupa hingga kerja organ lebih efisien dan kapasitas fungsi
paru bekerja maksimal.
7. Lama paparan