KONSEP DASAR
A. Anatomi Sistem Kardiovaskuler
1
18
C. Pengertian
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung
secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif
maupun di pengaruhi oleh banyak factor
STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat
total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi
tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati.
D. Etiologi
Penyebab utama infark miokard adalah kurangnya suplai darah miokard.
Penyebab penurunan suplai darah dikarenakan penyempitan kritis arteri coroner
karena aterioklerosis atau oklusi arteri komplit atau penyumbatan total arteri oleh
embolus atau thrombus, syok dan hemoragi atau perdarahan. Pada kasus ini selalu
terjadi ketidaseimbangan antara suplai darah dan kebutuhan oksigen.
18
Stemi juga terjadi jika thrombus arteri coroner terjadi secara cepat [ada lokadi
injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh factor seperti merokok,
hipertensi dan akumulasi lipid.
F. Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI, adalah:
1. Disfungsi ventrikuler
Setelah STEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial
dalambentuk, ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan
non infark. Proses inidisebut remodeling ventikuler dan umumnya mendahului
berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam hitunganbulan atau tahun
pasca infark. Segera setelah infark ventrikel kiri mengalami dilatasi.Secara
akut, hasil ini berasal dari ekspansi infark al ;slippage serat otot, disrupsi sel
miokardial normal dan hilangnya jaringan dalam zona nekrotik. Selanjutnya,
terjadi pula pemanjangan segmen noninfark, mengakibatkan penipisan yang
didisprosional dan elongasi zona infark. Pembesaran ruang jantung secara
keseluruhan yang terjadi dikaitkan ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi
tersebar pasca infark pada apeks ventikrel kiri yang yang mengakibatkan
18
penurunan hemodinamik yang nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan
prognosis lebih buruk. Progresivitas dilatasi dan konsekuensi klinisnya dapat
dihambat dengan terapi inhibitor ACE dan vasodilator lain. Pada pasien
dengan fraksi ejeksi < 40 % tanpa melihat ada tidaknya gagal jantung,
inhibitor ACE harus diberikan
2. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama kematian
di rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia mempunyai korelasi
yang baik dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal ( 10
hari infark ) dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi
basah di paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen
dijumpai kongesti paru.
3. Komplikasi mekanik
Rupture muskulus papilaris, rupture septum bentrikel rupture dinding
ventrikel.
4. Gagal jantung
5. Syok kardiogenik
6. Kelainan septal ventrikel
G. Patofisiologi
1. Narasi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara
lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak
kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi
secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark
terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika
kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus
mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner.
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai
endokardium sampai epikardium,disebut infark transmural, namun bisa juga
hanya mengenai daerah subendokardial,disebut infark subendokardial. Setelah
20 menit terjadinya sumbatan, infark sudah dapat terjadi pada
18
H. Penatalaksanaan
a. Medis
Tujuan penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah memperkecil
kerusakan jantung sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi.
Kerusakan jantung diperkecil dengan cara segera mengembalikan
keseimbanfan antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat-
obatan, pemberian oksigen, tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk
mengurangi kebutuhan oksigen. Hilangnya nyeri merupakan indicator utama
bahwa kebutuhan dan supai oksigen telah mencapai keseimbangan. Dan
dengan penghentian aktifitas fisik untuk mengurangi beban kerja jantung
membatasi luas kerusakan
b. Farmakologi
Ada 3 kelas obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan oksigen :
vasodilator untuk mengurangi nyeri jantung (missal : nitrogliserin). Anti
koagulan (missal : heparin : untuk mempertahankan integritas jantung)
Trombolitik Streptoknase : mekanisme pembekuan dalan tubuh
e. B5 : bowel
Konstipasi.
f. B6 : Bone
Perfusi dingin basah pucat, CRT > 2 detik, diaforesis, kelemahan.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. CPK MB. LDH, AST
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,
memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam
b. Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
missal hipokalemi, hiperkalemi
c. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi
d. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
e. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak
dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari.
f. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen
Pemeriksaan rontgen mungkin normal atau menunjukkan pembesaran
jantung di duga GJK atau aneutisma ventrikuler
b. Pemeriksaan EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T
tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang
terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya
nekrosis.
c. Angiografi coroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri coroner
18
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iskemia dan infark jaringan miokard ditandai
dengan keluhan nyeri dada.
b. Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik
jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;
infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel
dan kerusakan septum
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan dalam aktivitas
d. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
e. Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan
natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein
plasma.
18
3. Membantu menurunkan
3. Bantu melakukan teknik
persepsi-respon nyeri dengan
relaksasi (napas dalam/perlahan,
memanipulasi adaptasi
distraksi,).
fisiologis tubuh terhadap nyeri.
4. Menurunkan rangsang eksternal
4. Berikan lingkungan yang tenang
yang dapat memperburuk
dan tunjukkan perhatian yang
keadaan nyeri yang terjadi.
tulus kepada klien.
5. Mengurangi nyeri yang
5. Kolaborasi pemberian obat diraskan klien
sesuai indikasi: - Nitrat mengontrol nyeri
- Antiangina seperti nitogliserin melalui efek vasodilatasi
(Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro- koroner yang meningkatkan
Dur) sirkulasi koroner dan perfusi
miokard
- Analgetik seperti morfin, - Morfin atau narkotik lain
meperidin (Demerol) dapat dipakai untuk
menurunkan nyeri hebat
pada fase akut atau nyeri
berulang yang tak dapat
18
dihilangkan dengan
nitrogliserin.
- Bekerja melalui efek
- Penyekat saluran kalsium
vasodilatasi yang dapat
seperti verapamil (Calan),
meningkatkan sirkulasi
diltiazem (Prokardia).
koroner dan kolateral,
menurunkan preload dan
kebu-tuhan oksigen
miokard. Beberapa di
antaranya bekerja sebagai
antiaritmia.
4. Penurunan sirkulasi ke
4. Pantau fungsi gastrointestinal
mesentrium dapat menimbulkan
(anorksia, penurunan bising
disfungsi gastrointestinal
usus, mual-muntah, distensi
5. Asupan cairan yang tidak adekuat
abdomen dan konstipasi).
dapat menurunkan volume
5. Pantau asupan caiaran dan
sirkulasi yang berdampak negatif
haluaran urine, catat berat
terhadap perfusi dan fungsi ginjal
jenis.
dan organ lainnya. BJ urine
merupakan indikator status hidrsi
dan fungsi ginjal.
Menurunkan/menetralkan asam
lambung, mencegah
- Simetidin (Tagamet),
18
D. EVALUASI
1. Nyerit teratasi
2. Penurunan curah jantung tidak terjadi
3. Intoleransi aktivitas teratasi
4. Perubahan perufusi jaringan tidak terjadi
5. Kelebihan volume cairan teratasi
18
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis.
Edisi 9. Jakarta: EGC
2. Skema
Arterosklerosis
Trombus
Konstriksi arteri koronaaria
Intoleransi
Aktivitas Penurunan
Curah Jantung
Nyeri
Gagal jantung
Gangguan
(Tambayong, 2007) Perfusi
jaringan Resiko
Kelebihan
Volume Cairan
18