Anda di halaman 1dari 26

BAB 3

PERENCANAAN
3.1 Pengorganisasian.
Untuk efektifitas pelaksanaan model asuhan keperawatan professional
dalam menentukan kebijakan – kebijakan internal yang sifatnya umum, kelompok
menyusun struktur organisasi sebagai berikut:
Ketua : Heri Susilowanto, S.Kep
Wakil Ketua : Irma Victorista, S.Kep
Sekretaris : Eva Asri, S.Kep
Bendahara : Umi Ma’rifah, S.Kep
Penanggung Jawab MAKP : Dwi Sari,S.Kep
Penanggung Jawab SO : Heni , S.Kep
Penanggung Jawab PPB : Heni,S.Kep
Penanggung Jawab TT : Wigberta, S.Kep
Penanggung Jawab RK : Eva Asri, S.Kep
Penanggung Jawab SV : Heri S,S.Kep
Penanggung Jawab DP : Umi Ma’rifah,S.Kep
Penanggung Jawab Doc : Irma Vicctorista,S.Kep
Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan
pengorganisasian dalam pembagian peran sebagai berikut:
1. Kepala Ruangan
2. Perawat Primer
3. Perawat Associate
Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah pelaksanaan Model
Asuhan Keperawatan Professional (MAKP) di ruangan.

3.2 Strategi Kegiatan


3.2.1 Model Asuhan Keperawatan Professional (MAKP)
Setelah dilakukan analisa dengan metode SWOT maka kelompok
praktek klinik managemen keperawatan di Ruang Paviliun Shofa Marwah
menerapkan Model Asuhan Keperawatan Professional (MAKP) Primay
Nursing.
Model keperawatan primary nursing merupakan salah satu model
praktik keperawatan professional dimana perawat bertanggung jawab penuh

106
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien mulai dari klien
masuk sampai keluar Rumah Sakit. Model ini mendorong kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan keperawatan dan
pelaksanaan asuhan keperawatan selama klien dirawat. Model ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara klien dan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan selama klien dirawat. Konsep dasar model ini adalah tanggung
jawab dan tanggung gugat.
Berikut system pemberian asuhan keperawatan primary nursing.

Tim Medis Kepala Ruangan Sarana Rumah Sakit

PP 1 PP 1
PA 1 PA 1
PA 2 PA 2

PASIEN PASIEN
KET :

: Garis Komando
: Garis Koordinasi
Diagram 3.1 Sistem Pemberian Model Asuhan Keperawatan Primary Nursing.

107
Dalam Penerapan MAKP model Primary Nursing terdapat beberapa
kelebihan dan kelemahan :
Kelebihan
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif.
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan pengembangan diri.
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan Rumah
Sakit.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang
diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga
merasaan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan
informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan komprehensif.
Kelemahan
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang
memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan criteria
asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
Konsep dasar metode primer :
a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
b. Ada otonomi.
c. Ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas perawat primer :
a. Mengkaji kebutuhan pasien secara konprehensif.
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas.
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain.
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
f. Menerima dan menyesuaikan rencana.
g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
h. Melakukan rujukan kepada pekerja social, kontak dengan lembaga
social dimasyarakat.
i. Membuat jadwal perjalan kinis.
j. Mengadakan kunjungan rumah.
Peran kepala ruang dengan metode primer :
a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer.

108
b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru.
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten.
d. Evaluasi kerja.
e. Merencanakan / menyelenggarakan pengembangan staf.
f. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang
terjadi.
Ketenagaan metode primer :
a. Setiap perawat primer adalah perawat bedside atau selalu berada dekat
dengan pasien.
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer.
c. Penugasan ditentukan oleh kepala ruangan.
d. Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non
professional sebagai perawat asisten.

3.2.1.1 Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


a. Penanggung jawab : Dwi sari, S.Kep
 Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan praktik manajemen oleh
mahasiswa Profesi Ners, Ruang Paviliun Shofa Marwah
mampu menerapkan MAKP primary secara baik.
 Waktu : Pelaksanaan aplikasi MAKP mulai minggu ke II sampai
minggu ke III.
b. Rencana strategis :
1) Mendiskusikan bentuk dan penerapan model MAKP yang
dilaksanakan, yaitu model Primary Nursing.
2) Mengajukan proposal MAKP dan melaksanakan desiminasi
awal.
3) Sosialisasi hasil desiminasi.
4) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
5) Melakukan pembagian peran perawat.
6) Menentukan deskripsi tugas dan tanggung jawap perawat.
7) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat.
8) Menerapkan model MAKP yang sudah ditentukan.
c. Kriteria Evaluasi :
1) Struktur :
a. Menentukan penanggung jawab MAKP.
b. Mendiskusikan bentuk penerepan MAKP yaitu primary
nursing.
c. Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
d. Melakukan pembagian peran perawat.
e. Menentukan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
f. Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga
perawat.
2) Proses :

109
Menerapkan MAKP:
a. Tahap uji coba MAKP pada tanggal 10–13 September
2018
b. Tahap Aplikasi MAKP tahap II- III pada tanggal 14–23
September 2018
3) Hasil :
Mahasiswa mampu menerapkan MAKP primary nursing sesuai
dengan job discription.

3.2.1.2 Timbang Terima


Timbang terima (operan) merupakan tehnik atau cara untuk
menyampaikan laporan yang berkenaan dengan keadaan klien.
1. Metode Pelaporan
a) Perawat yang bertanggung jawab terhadap klien melaporkan
langsung kepada perawat penanggung jawab berikutnya dengan
membawa laporan timbang terima.
b) Pelaksanaan timbang terima dapat dilakukan di ruang perawat,
kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi klien satu-persatu
terutama pada klien-klien yang memiliki masalah khusus serta
memerlukan observasi lebih lanjut
2. Mekanisme Timbang Terima

KLIEN

DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA


MASALAH KEPERAWATAN
KOLABORATIF

RENCANA
TINDAKAN

TINDAKAN
TELAH BELUM
DILAKUKAN DILAKUKAN

DILAKUKAN DILAKUKAN
PERKEMBANGAN /
KEADAAN PASIEN
Diagram 3.2 Mekanisme Timbang Terima

3. Prosedur pelaksanaan
MASALAH
1) Kedua kelompok dinasTERATASI
siap. SELURUHNYA,
SEBAGIAN, BELUM TERATASI DAN
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
TERDAPAT MASALAH BARU
3) Kepala ruangan membuka acara timbang terima.

110
4) Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara
penuh terhadap masalah, kebutuhan dan tindakan yang telah
dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa
perawatan.
5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat mengklarifikasi,
melakukan Tanya jawab, dan melakukan validasi terhadap hal-
hal yang telah ditimbang terima dan berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang kurang jelas.
6) Hal-hal yang sifatnya khusus di serah terimakan kepada perawat
berikutnya.
7) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima
adalah:
a. Identitas klien dan diagnosis medis.
b. Data (keluhan obyektif dan subyektif).
c. Masalah keperawatan yang masih muncul.
d. Intervensi keperawatan yang sudah dilakukan.
e. Intervensi keperawatan yang belum atau akan dilakukan.
f. Intervensi kalaboratif.
g. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, Tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-
hal yang telah ditimbang terima atau terhadap hal-hal yang
kurang jelas.
h. Mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
i. Lama timbang terima untuk tiap klien tidak lebih dari 3
menit, kecuali dalam kondisi khusus dan memerlukan
keterangan yang rumit.
4. Penerapan timbang terima
1) Penanggung jawab : Wigberta, S.Kep
 Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan praktik manajemen oleh
mahasiswa Profesi Ners, Ruang Pavilliun Shofa
Marwah mampu melaksanakan timbang terima dengan
baik
 Waktu : Pelaksanaan aplikasi timbang terima dimulai minggu ke
II-III
 Rencana strategi
a. Menentukan penanggung jawab timbang terima.
b. Menyusun format timbang terima serta petunjuk teknis
pengisiannya.

111
c. Menyiapkan kasus kelolaan yang akan digunakan untuk
timbang terima.
d. Menentukan jadwal pelaksanaan timbang terima.
e. Timbang terima dapat dilakukan secara lisan atau tertulis.
f. Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala
ruangan dan staf keperawatan.
g. Dilaksanakan pada setiap pergantian sift.
h. Dipimpin oleh perawat primer sebagai penanggung jawab
sift.
i. Diikuti perawat.
2) Kriteria Evaluasi :
1. Sruktur :
a. Menetukan penanggung jawab timbang terima.
b. Menyusun teknik timbang terima bersama–sama dengan
staf keperawatan.
c. Menentukan timbang terima.
d. Status klien disiapkan
e. Persiapan buku laporan dan buku pesanan khusus.
2. Proses :
a. Melaksanakan timbang terima bersama dengan Karu dan
Staf keperawatan pada pergantian shift.
b. Timbang terima dipimpin oleh Perawat Primer sebagai
penanggung jawab shift.
c. Timbang terima diikuti oleh perawat, mahasisswa yang
berdinas atau akan berdinas.
d. Timbang terima dilaksanakan di nurse station paling lama
15 menit dan 3 menit di setiap klien dengan keadaan
istimewa.
3. Hasil :
a. Perawat mampu melaporkan timbang terima yang berisi
(identitas, diagnose medis, masalah keperawatan, intervensi
yang sudah dan belum dilaksanakan, intervensi kolaboratif,
rencana keperawatan).
b. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara
paripurna.
c. Dapat meningkatkan kemampuan komunikasi antar
perawat.
d. Menjalin hubungan kerja sama yang bertanggung jawab
antar perawat.

112
e. Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan
berkesinambungan.

3.2.1.3 Ronde Keperawatan


Ronde keperawatan merupakan suatau kegiatan dalam mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan disamping klien, membahas
dan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang
dilakukanoleh perawat primer, kepala ruangan, perawat associate serta
melibatkan seluruh anggota tim.
A. Kriteria klien yang dilakukan ronde :
a. Klien dengan penyakit kronis.
b. Klien dengan komplikasi.
c. Klien dengan penyakit akut.
d. Kasus langka
e. Kasus dengan perawatan yang sulit dan lama.
B. Karakteristik :
a. Klien dilibatkan secara langsung.
b. Klien merupakan fokus kegiatan.
c. PA, PP, dan konselur melakukan diskusi bersama.
d. Konselor memfasilitasi kreatifitas.
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP untuk
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
C. Prosedur pelaksanaan Ronde Keperawatan
a. Persiapan
 Penetapan kasus minimal 1 hari sebelumnya waktu pelaksanaan
ronde.
 Pemberian informed consent kepala klien / keluarga.
b. Pelaksanaan ronde
 Penjelasaan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasaan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas
yang perlu didiskusikan.
 Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
 Pemberian justifikasi oleh PP atau konselor/kepala ruangan
tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
 Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan
yang akan ditetapkan.
c. Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut
serta menetapakan tindakan yang dilakukan.

113
D. TAHAP PRA Keperawatan
Alur Ronde PP
RONDE
Gambar :
PROPOSAL
PENETAPAN PASIEN

PERSIAPAN PASIEN :
INFORMED CONCENT
HASIL PENGKAJIAN/
INTERVENSI

APA YANG MENJADI MASALAH


TAHAP RONDE CROSS CEK DATA YANG ADA
PENYAJIAN MASALAH APA YANG MENYEBABKAN MASALAH
TERSEBUT
BAGAIMANA PENDEKATAN (PROSES,
SAK, SOP)

TAHAP RONDE VALIDASI DATA

Diagram 3.3 Alur RondeDISKUSI KARU, PP,


TAHAP RONDE
E. Penerapan Ronde Keperawatan PERAWAT KONSELOR
1) Penanggung jawab : Eva Asri, S.Kep

TAHAP PASCA RONDE EVALUASI

114 MASALAH TERATASI


 Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan praktik manajemen oleh
mahasiswa Profesi Ners, Ruang Paviliun Shofa Marwah
mampu melaksanakan ronde keperawatan dengan baik
 Waktu : Pelaksanaan aplikasi ronde keperawatan pada minggu III
2) Rencana Strategi :
a. Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan.
b. Menentuka klien yang akan dijadikan subyek dalam ronde
keperawatan.
c. Menyusun proposal kegeiatan ronde keperawatan (strategi dan materi).
d. Menentukan strategi ronde keperawatan yang akan dilakukan.
e. Menentukan materi dalam pelaksanaan ronde keperawatan.
f. Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanaan ronde keperawatan.
g. Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama kepala keruangan dan
staf keperawatan.
3) Kriteria Evaluasi
a. Struktur
 Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan.
 Menetapkan kasus yang akan di rondekan.
 Memberikan informed consent kepada klien dan keluarga.
b. Proses
 Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama Kepala ruangan dan
staf keperawatan.
 Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan intervensi
yang telah dilaksanakan tetapi belum mampu mengatasi masalah
klien.
 Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
 Pemberian masukan solusi tindakan yang lain yang mampu
mengatasi masalah klien tersebut.

c. Hasil
 Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan
masalah klien.
 Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindak lanjuti dan
dilaksanakan.

3.2.1.4 Sentralisasi Obat


Pengendalian sentralisasi obat merupakan salah satu peran perawat
sehingga perlu dilakukan dalam satu pola/ alur yang sistematis sehingga
penggunaan obat benar – benar dikontrol oleh perawat sehingga resiko
kerugian baik material maupun nonmaterial dapat eliminasi. Upaya sistematik

115
meliputi uraian terinci tentang pengelolahan obat secara ketat oleh perawat
diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan
keperawatan.
Teknik pengelolaan obat kontrol seluruh penuh sentralisasi adalah
pengelolahan obat dimana seluruh obat yang diberikan pada klien diserahkan
sepenuhnya oleh perawat.
1. Pengeluaraan dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan perawat.
a. penanggung jawab dalam pengelolaan adalah kepala ruang secara
operasional dapat didelegasikan pada staff yang ditunjuk (PP).
b. keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan
obat.
2. Penerimaan obat :
a. Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh perawat diserahkan
kepada pasien/keluarga dengan menandatangani lembar serah terima
obat yang ada pada lembar kontrol obat.
b. Perawat menuliskan nama klien nama klien, register, jenis obat,
jumlah dan sediaan serta dosis obat dalam lembar serah terima obat
dan diketahui (tanda tangan) oleh keluarga.
c. Klien/keluarga untuk selanjutnya dapat melakukan kontrol
keberadaan obat pada lembar serah terima obat yang ada di sisi klien
(sisi bed klien).
d. Obat yang sudah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam
kontak obat.
e. Keluarga dan klien wajib mengetahui letak kontak obat.
3. Pembagian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam format
pemberiaan obat oral/injeksi.
b. Obat – obat yang telah diterima disimpan untuk selanjutnya
diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang telah
tercantum format pemberian obat oral dan injeksi.
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskaan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping kemudiaan memberi
kode dan tanda tangan setelah melakukan pemberian obat.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala
ruangan / petugas yang ditunjuk (PP) dan didokumentasikan dalam
format pemberian obat oral/injeksi.
4. Penambahan obat baru

116
a. Bilamana terdapat penambahan baru atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan rute pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan
dalam buku disentralisasi obat dan lembar control obat.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu), maka
dokumentasi tetap dicatat pada buku sentralisasi obat dan lembar
control obat.
5. Obat khusus
a. Obat tersebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan rute pemberiaan yang cukup sulit, memilki
efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu
tertentu saja.
b. Pemberiaan obat khusus tetap dicatat pada buku sentralisasi obat
yang dilaksanakan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan pada klien/keluarga: nama obat, kegunaaan
obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian.
Wadah obat sebaiknya diserahkan / ditunjukkan pada klien atau
keluarga.

6. Alur pelaksanaan sentralisasi obat


Diagram

DOKTER

PENDEKATAN PERAWAT

KELUARGA/ PASIEN

FARMASI/ APOTIK

 Surat persetujuan
KELUARGA/ PASIEN sentralisasi obat

 Lembar serah terima obat


PENGATURAN / PENGELOLAAN
 Buku serah terima obat
OLEH PERAWAT
masuk
KET :
: Garis Komando
: Garis Koordinasi

7. Penerapan Sentralisasi Obat

117
a. Penanggung jawab : Heni, S.Kep
 Tujuan :Setelah dilakukan praktik manajeme
keperawatn, diharapkan mahasiswa mahasiswa
Profesi Ners dan diruang paviliun shofa marwah
mampu menerapkan sentralisasi obat yang benar.
 Waktu : Pelaksanaan aplikasi sentralisasi obat
pada minggu ke II-III
b. Rencana strategi :
 Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat.
 Menyusun proposal sentralisasi obat.
 Melaksanakan sentralisasi obat klien bekerja sama dengan
perawat, dokter dan bagian farmasi.
 Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan
sentralisasi obat.
 Melaksanakan sentralisasi obat klien bekerja sama dengan
perawat, dokter dan bagian farmasi.
 Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan
sentralisasi obat.
c. Kriteria evaluasi :
 Struktur :
 Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat.
 Menyiapkan sentralisasi obat.
 Proses :
 Melaksanakan sentralisasi obat klien bersama–sama
dengan perawat, dokter dan bagian farmasi.
 Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan
sentralisasi obat.
 Hasil :
 Klien menerima sistem sentralisasi obat.
 Perawat mampu mengelola obat klien.
 Mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian
obat meningkat.
 Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat baik
secara hukum maupun secara moral.
 Pengelolaan obat efektif dan efisien.

3.2.1.5 Supervisi Keperawatan

118
Secara teori, supervisi keperawatan adalah salah satu fungsi pokok
manajer berupa proses pemberian sumber–sumber yang dibutuhkan perawat
dalam menyelesaikan tugas–tugasnya untuk pencapaian tujuan, meliputi :
Langkah–langkah supervisi, Prinsip supervisi, peran dan fungsi supervisi,
Tugas supervisi dan Teknik supervisi.
1. Langkah – langkah supervisi :
a. Pra supervisi
 Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
 Supervisor menetapkan tujuan supervisi.
b. Supervisi
 Supervisor ikut dalam pendokumentasikan kegiatan pelayanan
bersama–sama PP dan PA.
 Supervisuor meneliti dokumentasi stasus klien.
 Supervisor mendapatkan hal–hal yang perlu dilakukan pembinaan.
 Supervisor memanggil PP dan PA yang perlu dilakukan pembinaan.
 Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
 Supervisor memberikan masukan kepada PP dan PA.
c. Evaluasi
 Supervisor mengevaluasi hasil bimbingan.
 Supervisor memberikan reward atau umpan balik kepada PP dan
PA.
2. Prinsip supervisi
a. Supervisi dilakukan sesuai struktur organisasi
b. Supervisi memerlukan pengetahuan dan ketrampilan dasar
manajemen, kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan.
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan sesuai
standart.
d. Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokrasi antara
supervisor dan perawat pelaksanaan.
e. Supervisi menerapkan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik.
f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreatifitas dan motivasi.
g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil guna dan berdaya guna
dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat
dan manajer.
3. Fungsi dan peran supervisor
Fungsi dan peran supervisor khususnya dalam supervisi
keperawatan mempertahankan keseimbangan manajemen pelayanan

119
keperawatan, manajemen sumber daya, dan manajemen anggaran yang
tersedia.
Manajemen pelayanan keperawatan meliputi : mendukung
pelayanan keperawatan, rencana program keperawatan, implementasi dan
evaluasi keperawatan.
a. Tugas supervisor
 Mempertahankan standart praktek keperawatan.
 Menilai kualitas asuhan keperawatan yang diberikan.
 Mengembangngkan peraturan dan prosedur pelayanan
keperawatan, bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
 Memantapkan kemampuan perawat.
 Memastikan asuhan keperawatan profesional dilaksanakan.
b. Teknik Supervisi
 Secara langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang
sedang berjalan. Supervisor terlibat dalam kegiatan,
memberikan reward dan perbaikan.
Prosesnya :
 Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu
tindakan keperawatan didampingi supervisor.
 Selama proses, supervisor memberi dukungan.
reinforcement dan petunjuk.
 Supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi
setelah kegiatan selesai, yang bertujuan untuk menguatkan
cara yang telah sesuai dan memperbaiki kekurangan dan
reinforcement positif dari supervisor.
 Secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis maupun lisan.
Supervisor tidak terlibatkan atau melihat langsung apa yang
terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara
tertulis.

120
Alur Supervisi

Ka. Bid Perawatan

Kasi Perawatan

Ka. Perawatan

Menetapkan kegiatan dan tujuan Kepala Ruangan


serta instrumen / alat ukur

Supervisi

Menilai kinerja Perawat PP 1 PP 2

Delegasi

 Fair PA PA
 Feed Back
 Follow Up, pemecahan
masalah,
reward/reinforcement

Kualitas Pelayanan Meningkat

Keterangan : Kegiatan supervisi


Delegasi dan supervisi

4. Penerapan Supervisi
a. Penanggung jawab : Heri S, S.Kep

121
 Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan praktik manajemen oleh
mahasiswa Profesi Ners, Ruang Paviliun Shofa Marwah
mampu menerapkan supervise keperawatan dengan
baik
 Waktu : Pelaksanaan aplikasi supervise mulai minggu ke III
b. Rencana strategi :
 Mengajukan proposal pelaksanaan supervisi.
 Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.
 Merevisi konsep supervisi keperawatan.
 Menentukan materi supervisi keperawatan
 Merevisi format supervisi
 Melaksanakan supervisi keperawatan bersama – sama perawat
ruangan.
 Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.
c. Kriteria evaluasi :
 Struktur :
 Menentukan penanggung jawab supervisi keperawatan.
 Menyusun konsep supervisi keperawatan.
 Menetukan materi supervisi.
 Proses :
 Melaksanakan supervisi keperawatan bersama perawat ruangan
dan supervisor.
 Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.
 Hasil :
 Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal.
 Supervisor mengevaluasi hasil supervisi.
 Supervisior memberikan reward/ feed back pada PP dan PA.

3.2.1.6 Discharge Planning


Perencanaan pelaksanaan discharge planning adalah suatu
dokumentasi untuk menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi klien yang
akan pulang dan asuhan keperawatan saat klien di rumah.
1. Langkah – langkah dalam perencanaan pulang Pra discharge planning
1) Perawat primer mengindentifikasikan klien yang direncanakan untuk
pulang
2) Perawat primer melakukan identifikasi kebutuhan klien yang akan
pulang.
3) Perawat primer membuat perencanaan klien pulang
4) Melakukan kntrak waktu dengan klien dan keluarga.
2. Tahap Pelaksanaan Discharge Planning :

122
1) Menyiapkan klien dan keluarga, peralatan, status, kartu dan
lingkungan.
2) Perawat primer dibantu perawat associate melakukan pemeriksaan
fisik sesuai kondisi klien.
3) Perawat primer memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan
klien dan keluarga untuk perawatan di rumah tentang : aturan diet,
obat yang harus diminum dirumah, aktivitas dan kegiatan, yang harus
dibawa pulang, rencana control, yang perlu dibawa saat control,
prosedur kntrol, jadwal pesan khusus.
4) Perawat primer memberikan kesempatan kepada klien dan keluarga
untuk mencoba mendemonstrasikan pendidikan kesehatan yang telah
diajarkan.
5) Perawat primer memberikan kesempatan kepada klien dan keluarga
untuk bertanya bila belum mengerti.
3. Tahap post pelaksanaan Discharge Planning :
1) Karu melakukan evaluasi terhadap perencanaan pulang
2) Karu memberikan reinforcement atau reward kepada klien dan
keluarga jiaka dapat melakukan dengan benar apa yang sudah
dilaksanakan.
3) Follow up
Dokter dan Tim Kesehatan PP dibantu PA
4. Discharge Planning

Keadaan Klien :
Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
Tingkat ketergantungan
klien

Perencanaan Pulang

Penyelesaian Administrasi Program HE : Lain-Lain


Diet
Obat
Aktivitas dan kegiatan
Yang perlu dibawa pulang
Rencana control
Jadwal pesan khusus
Diagram 3.6 Alur Dischage Planning

Monitoring 123
(sebagai
program service safety)
oleh:
Keluarga dan Petugas
5. Penerapan Discharge Planning
1) Penanggung jawab : Umi Ma’rifah, S.Kep
 Tujuan : Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan,
diharapkan semua perawat di Ruang Paviliun
Shofa Marwah dan mahasiswa Profesi Ners
rnampu melaksanakan discharge planning dengan
benar.
 Waktu : Pelaksanaan Discharge Planning mulai minggu ke III
2) Rencana Strategi :
1. Menentukan penanggurg jawab discharge planning.
2. Menentukan materi discharge planning.
3. Menentukan klien yang akan dijadikan subjek discharge planning.
4. Menentukan jadwal pelaksanaan discharge planning
5. Melaksanakan discharge planning.
3) Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur.
a. Persiapan klien, peralatan, status, kartu dan lingkungan.
b. Penyusunan struktur pelaksanaan Discharge Planning
2. Evaluasi proses
a) Discharge Planning dilaksanakan pada semua klien pulang.
b) Materi yang disampaikan sesuai dengan kebututran klien.
3. Evaluasi hasil
1) Terdokumentasinya pelaksanaan klien pulang.
2) Klien dan keluarga dapat mengetahui perawatan di rumah tentang :
Aturan diet, obat yang harus diminum di rumah, aktivitas, yang harus
dibawa pulang, rencana kontrol, yang perlu di bawa saat kontrol,
prosedur kontrol, jadwal pesan khusus.

3.2.1.7 Penerimaan Pasien Baru


a) Penanggung Jawab : Heni, S.Kep
 Tujuan : Setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan,
diharapkan semua perawat dan masiswa profesi
ners di Ruang Paviliun Shofa Marwah mampu
menerapkan sistem penerimaan pasien baru
dengan baik dan benar.
 Waktu : pelaksanaan aplikasi dokumentasi mulai minggu II-
III
b) Protap Penerimaan Klien Baru :
1) Tahap pra penerimaan klien baru
a. Menyiapkan fungsi administrasi

124
b. Menyiapkan fungsi kamar sesuai pesanan
c. Menyiapkan peralatan khusus
d. Menyiapkan format penerimaan klien baru
2) Tahap pelaksanaan penerimaan klien baru
a. Klien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/ perawat
primer/ perawat yang diberi delegasi.
b. Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya.
c. Perawat menunjukkan kamar/ tempat tidur kl;ien dan mengantar ke
tempat yang telah ditetapkan.
d. Perawat bersama karyawan lain memindahkan klien ke tempat tidur
(apabila klien datang dengan branchard/ kursi roda) dan berikan
posisi yang nyaman.
e. Perkenalkan klien baru dengan klien baru yang sekamar.
f. Perawat melakukan pengkajian data awal sesuai format.
g. Barang-barang untuk klien diinventaris, yang diletakkan dialmari
klien yang tidak diperlukan klien dibawa pulang oleh keluarganya.
h. Setelah klien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat
memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang :
a) Orientasi ruangan, perawat (termasuk perawat yang
bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang
bertanggung jawab dan jadwal visite), tata tertib ruangan.
b) Jarn berkunjung :
Senin – Sabtu : Pukul 16.00-19.00
Minggu dan Hari libur : Pagi : Pukul 10.00-12.00
Sore : Pukul 16.00-19.00
c) Persyaratan menunggu apabila diperlukan : penunggu adalah
keluarga yang terdekat dan masing-masing klien hanya boleh
dua
penunggu.
d) Administrasi ruangan yang perlu diketahui :
1) Sentralisasi obat
2) Tata cara pembayaran jasa RS

125
3) Dokter, nama kepala ruangan, perawat penangggung jawab
klien dan tenaga non keperawatan yang akan berhubungan
dengan klien.
4) Tunjukkan alat-alat yang dapat digunakan klien (tempat
tidur,lampu, kipas angin, AC)
e) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang
telah disampaikan.
f) Apabila klien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menandatangani informed concent.
g) Perawat mempersilahkan anggota keluarga yang lain untuk
keluar.

126
Alur penerimaan pasien baru
Karu memberitahu PP akan ada pasien baru di nurse station
PRA

PP menyiapkan
1. Lembar pasien masuk RS
2. Lembar format pengkajian pasien
Pelaksanaan 3. Nursing kit dan alat kesehatan yang dibutuhkan
4. Tempat tidur pasien
5. Kartu penunggu pasien
6. Booklet
7. Lembar persetujuan sentralisasi obat
8. Lembar serah terima obat
Menjelaskan segala sesuatu persiapan penerimaan pasien barukepada KARU dan
9. Format pemberian obat
kepla ruangan memeriksa kelengkapan penerimaan pasien baru
KARU memperkenalkan diri dan memperkenalkan PP serta PA kepada pasien baru dan keluarganya.

Anamnesa pasien baru oleh PP dan PA dikamar pasien


PP menjelaskan segala sesuatu yang tercantum dalam lembar penerimaan pasien baru dikamar pasien

PP meorientasikan ruangan

PP menjelaskan tentang sentlalisasi obat ( pengertian, tujuan, alur, kelengkapan : lember persetujuan
dilakukan sentralisasi obat, lembar serah terima obat, format pemberian obat, dan penyimpanan obat)

Pasien/keluarga menyetujui dilaksanakan sentralisasi obat dan menandatangani lembar sentralisasi obat

Keluarga menyerahkan obat dan perawat primer serta PA obat

Keluarga menandatangani informed consent

POST Terminasi
3.2.1.8 Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah catatanEvaluasi
otentik yang dapat dibuktikan atau
dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Komponen dari dokumentasi
mencakup aspek komunikasi, proses keperawatan, standar keperawatan.
1. Tujuan Utama Pendokumentasian
1) Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat
kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan
dan mengevaluasi tindakan.
2) Dokumentasi untuk penelitian, hukum dan etika.
2. Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
1) Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi
dan bernilai hukum, oleh karena itu data harus diidentifikasi secara

127
lengkap, jelas, objektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan atau
perawat. Dalam hal ini perlu dicantumkan waktu dan sebaiknya
dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan interpretasi yang
salah
2) Jaminan Mutu (kualitas pelayanan)
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat akan memberi
kemudahanperawat unruk menyelesaikan masalatr klien serta untuk
mengetahui sejauh mana masalah dapat teratasi. Hal ini juga
memungkinkan perawat untuk rnengetahui adanya masalah baru
secara dini.
3) Komunikasi
Dokumentasi merupakan alat perekam masalah yang berkaitan dengan
klien sehingga dapat dijadikan sebagai alat komunikasi antar tenaga
kesehatan.
4) Keuangan
Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan
dicatat dengan lengkap sebagai acuan dalam menentukan biaya
perawatan klien.

5) Pendidikan
Dokumentasi berisi kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang
dapat digunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa
atau profesi keperawatan.
6) Penelitian
Data yang terdapat dalam dokumentasi keperawatan mengandung
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan riset untuk
pengembangan ilmu keperawatanan.
7) Akreditasi
Dokumentasi keperawatan dapat digunakan untuk melihat sejauh
mana peran dan fungsi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
3. Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian (potter dan
perry, 2005)
1) Jangan menghapus dengan type-x atau menghapus tulisan yang salah.
cara
yang benar adalah dengan mencoret tulisan yang salah dengan 2 garis
kemudian dituliskan kata salah dan diberi paraf, setelah itu dituliskan

128
catatan yang benar.
2) Jangan mengkritik klien atau tenaga kesehatan yang lain yang dapat
sebagai bukti terhadap asuhan keperawatan yang tidak professional.
3) Jangan tergesa-gesa melengkapi catatan, pastikan dulu bahwa datanya
akurat.
4) Catat hanya faktor akurat, reliable.
5) Jangan biarkan pada akhir catatan perawat kosong. coret bagian sisa
yang
kosong dan bubuhkan tanda tangan.
6) semua catatan ditulis dengan tinta dan bahasa yang lugas.
7) Jika mempertanyakan suatu instruksi catat bahwa anda sedang
mengklarifikasi.
8) Tulis hanya untuk diri sendiri.
9) Hindari penulisan yang kurang spesifik.
10) Catatlah dokumentasi dengan waktu dan diakhiri dengan tanda
tangan. Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan dianda
tangani.
Kelompok mencoba membuat suatu model pendokumentasian yang mengacu
pada model SOAP. Tehnik pengisian lembar dokumentasi keperawatan:
a. Pengkajian pada waktu klien masuk diikuti pengkajian persistem.
b. Pengkajian dilakukan secara komprehensif.
c. Lembar dokumentasi asuhan keperawatan:
1) Pengisian nama, umur, jenis kelamin, tanggal, dan nomor register

klien.
2) Tiap lembar data diisi problem, intervensi dan evaluasi.
d. Pada kolom problem ditambahkan data subjektif dan objektif.
e. Pada kolom intervensi, intervensi langsung terhadap penyelesaian masalah
ditandai dengan "I" (intervensi), nomor masalah dicatat dan dibuat oleh
PP.
f. Pada kolom evaluasi dicatat keadaan klien sebagai pengaruh dari
intervensi diidentifikasi dengan tanda "E” (evaluasi) dan nomor masalah,
berisi tentang jam dan paraf perawat.
g. Setiap masalah yang diidentifikasi dievaluasi minimal tiap 8 jam (setiap
pergantian jaga).
Selain menggunakan model SOAP pada minggu II, digunakan
modifikasi model dokumentasi keperawatan untuk klien kamar 6 ( 3 Tempat
Tidur). Dokumentasi tersebut meliputi lembar pengkajian, lembar intervensi

129
keperawatan dan evaluasi dalam satu hari (3 shift). Dengan modifikasi ini
diharapkan dokumentasi yang dilakukan lebih efektif dan efisien yang
dilaksanakan pada minggu II-III
4. Keuntungan pendokumentasian :
1) Memungkinkan penggunaan proses keperawatan.
2) Rencana tindakan dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.
3) Memungkinkan pemberian asuhan keperwatan secara kontinyu.
4) Perkembangan klien dapat dengan mudah digambarkan.

5. Kerugian pendokumentasian:
1) Tidak dapat digunakan untuk pencatatan semua disiplin ilmu.
2) Pembatasan rencana tindakan keperawaran yang tidak aplikatif untuk
beberapa situasi keperawatan.
6. Bagian dari dokumentasi keperawatan:
Format pengkajian dengan menggunakan format pengkajian
persistem. lembar dokumentasi keperawatan dengan system SOAP
berisi tentang:
a. Nama klien
b. Umur
c. No register
d. Diagnosa medis
e. Diagnosa keperawatan
f. Kolom tanggal dan jam
g. Kolom problem
h. Kolom intervensi
i. Evaluasi
j. Kolom tanda tangan
7. Penerapan Dokumentasi keperawatan
1) Penanggung jawab : Irma Victorista, S.Kep
 Tujuan :Setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan,
diharapkan semua perawat di Ruang Paviliun Shofa
Marwah dan Mahasiswa Profesi Ners mampu
menerapkan pendokumentasian keperawatan secara
baik dan benar.
 Waktu : Pelaksanaan aplikasi dokumentasi mulai minggu II –
III
2) Rencana strategi :
a. Mendiskusikan format pengkajian dan pendokumentasian sesuai kasus
b. Merevisi format pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
c. Menyiapkan format / pendokumentasian keperawatan.
d. Melaksanakan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan.

130
3) Kriteria Evaluasi :
a. Struktur
a) Menentukan penanggungiawab kegiatan.
b) Mendiskusikan format pengkajian dan pendokumentasian sesuai
kasus
c) Menyiapkan format pengkajian, diagnosa keperawatan,
Perencanpan, pelaksanaan dan evaluasi.
d) Menyiapkan formatrpendokumetasian keperarvatan.
b. Proses:
a) Penggunaan standar terminologi (pengkajian, diagnosa,
perencaruum, pelaksanaan, evaluasi).
b) Data yang relevan dan bermanfaat dikumpulkan kemudian di catat
sesuai dengan prosedur dalam catatan yang pennanen.
c) Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan klasifikasi dan analisa
data yang akurat.
d) Rencana tindakan keperawatan ditulis dan dicatat sebagai bagian
dari catatan yang permanen.
e) Observasi dicatat secara akurat, lengkap dan sesuai urutan waktu.
f) Evaluasi dicatat sesuai dengan urutan waktu meliputi selama
dirawat, dirujuk pulang ataupun perubahan status klien, respon klien
terhadap tindakan.
g) Rencana tindakan yang direvisi, berdasarkan hasil yang diharapkan
klien.
c. Hasil :
Mahasiswa mampu menerapkan pendokumentasian secara baik dan
benar.

131

Anda mungkin juga menyukai