Anda di halaman 1dari 8

PENGANTAR EKONOMI MAKRO (B)

TUGAS
ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN DAERAH

OLEH:

DINDA FATMALA ROSA

170810301309

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2018
A. PENYAJIAN DATA-DATA
1. Data Rasio Gini dan Analisis Distribusi Pendapatan

Gini Ratio Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat


Tahun 2011-2016

Gini Ratio
Kabupaten/Kota
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bogor 0,41 0,42 0,42 0,39 0,42 0,4
Sukabumi 0,3 0,35 0,35 0,32 0,36 0,33
Cianjur 0,29 0,33 0,33 0,28 0,28 0,36
Bandung 0,36 0,36 0,36 0,37 0,4 0,4
Garut 0,3 0,34 0,34 0,33 0,31 0,35
Tasikmalaya 0,37 0,33 0,33 0,29 0,3 0,3
Ciamis 0,31 0,31 0,31 0,31 0,33 0,33
Kuningan 0,33 0,36 0,36 0,37 0,34 0,33
Cirebon 0,27 0,36 0,36 0,28 0,33 0,36
Majalengka 0,31 0,39 0,39 0,34 0,35 0,36
Sumedang 0,33 0,37 0,37 0,33 0,35 0,37
Indramayu 0,28 0,29 0,29 0,28 0,29 0,26
Subang 0,28 0,33 0,33 0,31 0,33 0,35
Purwakarta 0,34 0,39 0,39 0,37 0,35 0,36
Karawang 0,33 0,34 0,34 0,3 0,34 0,34
Bekasi 0,33 0,36 0,36 0,33 0,35 0,31
Bandung Barat 0,29 0,37 0,37 0,33 0,34 0,36
Pangandaran - - - - 0,36 0,34
Kota Bogor 0,39 0,45 0,45 0,36 0,47 0,43
Kota Sukabumi 0,34 0,4 0,4 0,36 0,43 0,42
Kota Bandung 0,41 0,42 0,42 0,48 0,44 0,44
Kota Cirebon 0,38 0,41 0,41 0,4 0,41 0,4
Kota Bekasi 0,37 0,37 0,37 0,33 0,41 0,39
Kota Depok 0,36 0,4 0,4 0,37 0,4 0,4
Kota Cimahi 0,34 0,37 0,37 0,39 0,4 0,42
Kota Tasikmalaya 0,37 0,4 0,4 0,37 0,49 0,42
Kota Banjar 0,37 0,39 0,39 0,32 0,42 0,37

JAWA BARAT 0,422 0,423 0,423 0,433 0,433 0,423


Koefisien Gini berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila koefisien Gini bernilai 0 berarti
pemerataan sempurna, sedangkan apabila bernilai 1 berarti ketimpangan sempurna.

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa perkembangan gini ratio di Kota
Bandung merupakan yang terbesar dibandingkan dengan daerah sekitarnya yang ada di
provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2010 hingga tahun 2014 pada gambar data perbandingan gini
ratio yang diperoleh menunjukkan nilai yang terus bergerak naik dan bahkan sudah mencapai
angka 0,48 pada tahun 2014. Angka gini ratio yang lebih dari 0,5 mengindikasikan bahwa di
wilayah tersebut ketimpangan distribusi pendapatannya tergolong tinggi, sebaliknya jika
angka gini ratio kurang dari 0,4 maka dapat mengindikasikan bahwa di wilayah tersebut
ketimpangan pendapatannya tergolong rendah.

Angka gini ratio dari tahun 2008-2010 di Kota Bandung dapat mengandung arti
bahwa ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat di kota tersebut tergolong rendah,
akan tetapi angka gini ratio dari tahun 2011-2014 di Kota Bandung dapat memberikan
gambaran bahwa ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat di kota tersebut sudah
bergerak naik ke level sedang. Tetapi pada tahun 2015-2016 mengalami penurunan angka
sebesar 0,04, sehingga hal ini menandakan bahwa ketimpangan distribusi pendapatannya
lebih baik dari tahun sebelumya.
Ratio Gini Menurut Kecamatan di Kota Bandung pada tahun 2015

Sesuai dengan data yang saya peroleh, secara keseluruhan angka gini rasio yang
tersebar di kecamatan-kecamatan yang berada di Kota Bandung termasuk kategori sebagai
ketimpangan rendah, hal ini digambarkan oleh rata-rata kecamatan yang memiliki gini rasio
kurang dari 0.4 yaitu 0,336. sayangnya, data ratio gini per kecamatan yang saya peroleh
hanya pada tahun 2015 saja, dan tidak diketahui apa penyebabnya, dan dari sektor apa saja
yang menyebabkan kesenjangan tersebut terjadi.
2. DATA PDRB KOTA BANDUNG PADA TAHUN 2011-2015
Data diatas merupakan data PDRB Kota Bandung didasarkan atas harga berlaku.
PDRB Kota Bandung yang dihitung atas dasar harga berlaku dari tahun 2011 sampai tahun
2016 menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Nilai absolut PDRB Kota Bandung
atas dasar harga berlaku tahun 2016 sebesar Rp. 217.041.726,29 juta. Sementara pada tahun
2015 nilai absolut PDRB Kota Bandung atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 195.844.956,38
juta. Hal ini memnunjukkan peningkatan sebesar Rp. 21.196.769.91 juta.

Pada tahun 2016 distribusi persentase sektor perdagangan besar, dan eceran, reparasi
mobil dan sepeda merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peranan terbesar terhadap
penciptaan PDRB Kota Bandung. Sama dengan data pada PDRB tahun 2011-2013
perdagangan memiliki angka yang paling tinggi dibandingkan dengan sektor yang lain,
namun pada tahun 2011-2013 memiliki keterangan bukanlah reparasi mobil atau motor
melainkan perdagangan, hotel dan restoran. Kemudian nilai terbesar kedua setelah
perdagangan adalah sektor industri pengolahan pada tahun 2011-2016.

B. KURVA LORENZ
a. Distribusi yang relatif tidak merata b. Distribusi yang merata

100
Garis kemiskinan sempurna

A
A

B
B

0 % Penduduk 100

semakin jauh kurva Lorenz dari garis diagonal (garis kemerataan sempurna), semakin tinggi
derajat ketidakmerataan yang ditunjukan. Semakin tinggi derajat ketidakmerataan, kurva
Lorenz ini akan semakin melengkung (cembung) dan semakin mendekati sumbu horisontal
sebelah bawah

Anda mungkin juga menyukai