BAB I
PENDAHULUAN
Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
ditemukan dan ditambang umurnya berumur jauh lebih muda, yaitu terbentuk
pada jaman tersier. Batubara tertua yang ditambang di indonesia berumur
Eosen (40-60 juta tahun yang lalu) namun sumber daya batubara di indonesia
umumnya berumur antara Miosen dan Pliosen (2-15 juta tahun yang lalu).
Proses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap, yaitu :
1. Tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan, sering disebut proses
peatification.
2. Tahap pembentukan batubara dari gambut, sering disebut proses
coalification.
Pembentukan gambut (pengambutan). Tumbuhan yang tumbang atau
mati dipermukaan tanah umumnya akan mengalami proses pembusukan dan
penghancuran yang sempurna hingga setelah beberapa waktu sehingga tidak
terlihat lagi bentuk asalnya. Pembusukan dan penghancuran tersebut pada
dasarnya merupakan proses oksidasi yang disebabkan oleh adanya oksigen
dan aktifitas bakteri atau jasad renik lainnya. Daerah yang ideal pembentukkan
gambut misalnya delta sungai, danau dangkal. Meskipun oksigen tidak
tersedia dalam jumlah yang cukup, komponen utama pembentuk kayu akan
juga teroksidasi menjadi H2O, CH4, CO dan CO2. Umumnya gambut berwarna
kecokelatan sampai hitam merupakan padatan yang bersifat porous dan masih
memperlihatkan struktur tumbuhan asalnya.
Pembentukan batubara (pembatubaraan). Proses pembentukan
gambut akan berhenti misalnya karena penurunan cepat dasar cekungan. Jika
lapisan gambut yang telah terbentuk kemudian ditutupi oleh lapisan sedimen,
maka tidak ada lagi bakteri anaerob, atau oksigen yang dapat mengoksidasi,
maka lapisan gambut akan mengalami tekanan dari lapisan sedimen selain
karena adanya lapisan sedimen. Tekanan terhadap lapisan gambut akan
meningkat dengan bertambahnya tebalnya lapisan sedimen. Tekanan yang
bertambah besar akan mengakibatkan peningkatan suhu.
Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
(Sukandarrumidi, 2005)
Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
batubara dengan jenis berbeda dan mengandung hamparan dari pecahan atau
lensa material bukan batubara. Lapisan batubara tunggal dapat menebal,
menipis, atau menyempit dengan berbagai cara, atau terbagi dan bergabung
satu sama lain akibat adanya aktifitas pengendapan.
Mencermati berbagai bentuk lapisan batubara, dikenal beberapa tipe
antara lain bentuk horse back, pinch, clay vein, burried hill, fault dan fold yang
dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
1. Bentuk Horse Back
Bentuk ini dicirikan oleh lapisan batubara dan lapisan batuan
sedimen yang menutupinya melengkung kearah atas, akibat adanya gaya
kompresi. Tingkat pelengkungan sangat ditentukan oleh besaran gaya
kompersi. Makin kuat gaya kompresi yang berpengaruh, makin besar
tingkat pelengkungannya. Pengaruh air hujan, yang selanjutnya menjadi
air tanah, akan mengakibatkan sebagian dari butiran batuan sedimen
yang terletak di atasnya, bersama air tanah akan masuk diantara rekahan
lapisan batubara. Kejadian ini akan mengakibatkan apabila batubara
tersebut ditambang, batubara mengalami pengotoran (kontaminasi) dalam
bentuk butiran-butiran batuan sedimen sebagai kontaminan anorganik,
sehingga batubara menjadi tidak bersih.
Gambar 1.1
Bentuk Horse Back
2. Bentuk Pinch
Bentuk ini dicirikan oleh lapisan batubara yang menipis di bagian
tengah. Pada umumnya bagian bawah dari lapisan batubara bentuk ini
merupakan batuan yang plastis, sedang bagian atas dari lapisan batubara
secara setempat-setempat ditutupi oleh batupasir, yang secara lateral
merupakan pengisian suatu alur.
Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 1.2
Bentuk Pinch
3. Bentuk Clay Vein
Bentuk ini terjadi apabila di antara 2 bagian (secara lateral)
endapan batubara terdapat urat lempung ataupun pasir. Bentuk ini terjadi
pada satu seri endapan batubara yang mengalami patahan di antara 2
bidang patahan tersebut ialah rekahan terbuka yang terisi oleh lempung
atau pasir.
Gambar 1.3
Bentuk Clay Vein
Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 1.4
Bentuk Burried Hill
5. Bentuk Fault (Patahan)
Bentuk ini terjadi apabila di daerah endapan batubara mengalami
beberapa seri patahan. Apabila hal ini terjadi akan mempersulit dalam
melakukan perhitungan cadangan batubara.
Gambar 1.5
Bentuk Fault
6. Bentuk Fold (Perlipatan)
Bentuk ini terjadi apabila di daerah endapan batubara, mengalami
proses tektonik hingga terbentuk perlipatan. Perlipatan tersebut
dimungkinkan masih dalam bentuk sederhana.
Gambar 1.6
Bentuk Fold
(Sukandarrumidi, 2006)
Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
(Muchjidin, 2006)
Kelompok II