Anda di halaman 1dari 6

Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu ukur tambang adalah suatu kegiatan kerja yang harus dilakukan dalam
beberapa pekerjaan pertambangan untuk mengetahui dan memperoleh data
tentang kedudukan lubang bukaan terhadap peta topography yang ada, gambaran
lubang-lubang tambang (peta tambang), kemajuan arah penggalian serta besar
tonase penggalian didalam stope.
Peta ukur tambang ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan daerah
kerja tambang dengan batas daerah pertambangan, sehingga dapat diperoleh suatu
keterangan untuk menetapkan arah penggalian lebih lanjut, untuk menghitung
berapa besar material (ore) yang telah digali dan kemungkinan berapa banyak ore
yang akan digali, juga untuk memperoleh data dari daerah kerja tambang menurut
grafik yang mungkin dibuat, apabila diadakan suatu penambahan kerja yang efisien.
Mengenai peralatan ukur tambang ini pada umumnya tidak jauh berbeda dengan
alat-alat ukur tanah, kecuali apabila alat tersebut tidak dapat digunakan untuk
pengukuran dalam tanah, maka digunakan atau diperlukan alat-alat khusus.
Pemilihan sistem penambangan didasarkan pada keuntungan maksimal
yang dapat diperoleh. Faktor yang mempengaruhi sistem penambangan yaitu
karakteristik spasial dari endapan, faktor geologi dan hidrogeologi, sifat-sifat
geoteknik, konsiderasi ekonomi, faktor ekonomi, serta faktor lingkungan. Objektif
dasar dari pemilihan metode penambangan adalah sistem ekploitasi yang saling
berkaitan dengan kegiatan survey dalam tahap awal pada proses perencanaan
pemilihan metode penambangan.
Salah satu kegiatan yang paling mendasar pada proses penambangan
adalah kegiatan survey. Pada kegiatan pertambangan, survey memiliki berbagai
macam kegunaan, salah satunya adalah untuk mengetahui kemajuan tambang
(mine progress) pada satu satuan waktu tertentu. Kemajuan tambang adalah
keadaan tambang pada tiap akhir satuan waktu, yang diukur dengan menggunakan
alat dan software tertentu yang hasil pengukurannya digunakan sebagai dasar
pembayaran jasa kepada pihak kontraktor.
(Anonim, 2018)

Anggraini Wahyu Saputri I-1


1610813120002
Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2019

1.2. Maksud dan Tujuan Praktikum


Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan praktikum Ilmu Ukur Tambang
antara lain sebagai berikut:
1. Memahami prinsip kerja alat-alat survei.
2. Dapat mengoperasikan secara langsung alat-alat survei di lapangan.
3. Mampu menganalisa kesalahn-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran
data.
4. Dapat melakukan pengolahan data dan menyajikan dalam bentuk peta.

1.3. Dasar Teori


Ilmu ukur tambang adalah salah satu aplikasi dari ilmu geodesi dan rekayasa
yang berhubungan dengan masalah pertambangan. Tujuan ilmu ukur tambang,
menyajikan secara grafis (rencana atau bagian dari rencana) bentuk dan kejadian
gambaran penyebaran bahan galian serta struktur yang ada dari kenampakan
permukaan bumi. Memecahkan berbagai permasalahan dalam ilmu ukur tambang
(eksplorasi, konstruksi, eksploitasi).
Untuk melakukan sebuah pengukuran diperlukan perencanaan dan
persiapan terlebih dahulu agar hasil yang diperoleh dapat digunakan secara efektif
dengan waktu, biaya dan tenaga pengukuran yang efisien.
Pengukuran (survey) adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat
memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke obyek
lainnya. Hasil penelitian geodesi dipakai sebagai dasar referensi pengukuran,
kemudian hasil pengolahan data pengukuran adalah dasar dari pembuatan peta.
Dalam tahapan eksplorasi, peran tenaga survey dan pemetaan antara lain,
penyediaan peta-peta kerja geologi dan peta untuk perijinan penambangan,
pengukuran topografi original, dan penentuan posisi titik bor geologi. Dalam tahapan
eksploitasi peran tenaga surveyor diperlukan untuk pelaksanaan konstruksi
insfrastruktur serta aplikasi dari desain tambang dengan memasang patok-patok
acuan desain.
Pekerjaan survey pada tahapan kegiatan tambang dapat dikategorikan
sebagai pekerjaan Geodesi Rendah (Plane Geodesi). Pada umumnya wilayah
tambang tidak mencakup areal yang terlalu luas sehingga kelengkungan bumi dapat
diabaikan. Aspek ketelitian survey dan pemetaan pada kegiatan penambang, yang
diharapkan masih dalam ketelitian fraksi desimeter-meter, kecuali untuk pekerjaan

Anggraini Wahyu Saputri I-2


1610813120002
Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2019

yang berhubungan dengan konstruksi infrastruktur atau bangunan dan pengukuran


deformasi lereng.
(Maolana, 2012)
Adapun survey tambang terbuka dan tambang bawah tanah pada ilmu ukur
tambang adalah sebagai berikut ini:
1. Survey Tambang Terbuka
Survey pada tambang terbuka dalah kegiatan pengambilan data di lapangan
yang kegiatannya meliputi pengukuran crest dan toe, pengukuran poin spot pada
daerah coal getting, pengukuran overburden, pengukuran disposal, pengukuran roof
and floor pada lapisan batubara dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dengan tujuan
untuk membuat perencanaan rekayasa tambang terbuka.
Survey tambang terbuka adalah dimana kegiatan pengukuran atau kegiatan
pengamatan penambangan yang dilakukan di permukaan, tambang terbuka (open
pit mine) adalah bukaan yang dibuat di permukaan tanah, bertujuan untuk
mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak ditimbun kembali) selama
pengambilan bijih masih berlangsung. Untuk mencapai badan bijih yang umumnya
terletak di kedalaman, diperlukan pengupasan tanah atau batuan penutup (waste
rock) dalam jumlah yang besar.
2. Survey Tambang Bawah Tanah
Survey atau pengukuran tambang yang dilakukan pada pengukuran bawah
tanah (underground) meliputi banyak keistimewaan yang tidak dijumpai pada
pengukuran di permukaan (surface). Kegelapan, kelembaban, aliran air, daerah
yang kasar dan tidak rata, daerah penglihatan yang terbatas dan memerlukan
penglihatan yang lama dalam membidik sasaran adalah beberapa masalah yang
dihadapi dalam pengukuran tambang bagi surveyor. Perlu ketelitian dalam
membaca instrumen dan pita ukur, lebih lanjut disekeliling patok dinding dan latar
belakangnya harus diperiksa hati-hati terhadap runtuhan batu yang dapat merusak
atau operatornya, ataupun patok akan rusak dan tidak berfungsi.
Selain hal-hal diatas beberapa faktor penting yang juga perlu diperhatikan
antara lain adalah tentang gangguan aliran air, rembesan air dan sebagainya,
sehingga instrumen harus dilindungi dari pengaruh rembesan air tersebut. Faktor
kelembaban (humidity) harus selalu di kontrol, sehingga diperlukan aliran udara
yang dimaksud agar surveyor dapat tahan lama dalam melakukan pengukuraan.
Secara garis besarnya, metode pemetaan topografi dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu metode teresteris dan metode fotogrametris, sebagai berikut:

Anggraini Wahyu Saputri I-3


1610813120002
Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2019

a. Metode Teresteris
Dalam metode ini, semua pekerjaan pengukuran topografi dilaksanakan di
lapangan dengan menggunakan peralatan ukur, seperti theodolit, waterpass, alat
ukur jarak, serta peralatan ukur modern lainnya (GPS, total station, Real Time
Kinematic dan lain-lain). Pengukuran topografi adalah pengukuran posisi dan
ketinggian titik kerangka pemetaan serta pengukuran detail topografi (semua objek
yang terdapat di permukaan bumi). Pada metode ini terdapat dua jenis pengukuran
yaitu pengukuran sifat datar dan pengukuran polygon.
Pengukuran sifat datar yakni pengukuran untuk menentukan beda tinggi
antara dua titik atau lebih secara langsung atau tidak langsung yang dilaksanakan
serentak atau dibagi dalam beberapa seksi.
Pengukuran polygon yakni pengukuran jumlah sudut yang diukur dilapangan
dimana sudut tersebut dihubungkan menjadi beberapa garis lurus dari suatu titik
ketitik yang lain untuk menentukan titik koordinat.

Gambar 1.1
Metode Teresteris
b. Metode Fotogrametris
Pengukuran detail topografi (disebut pengukuran situasi) selain dapat
langsung dikerjakan di lapangan, dapat pula dilakukan dengan teknik pemotretan
dari udara, sehingga dalam waktu yang singkat dapat terukur atau terpotret daerah
yang seluas mungkin.
Pada dasarnya, metode fotogrametris ini mencakup fotogrametris metrik dan
interpretasi citra. Fotogrametris metrik merupakan pengenalan serta identifikasi
suatu objek pada foto. Dengan metode ini, pengukuran tidak perlu dilakukan
langsung di lapangan, tetapi cukup dilaksanakan di laboratorium melalui
pengukuran pada citra foto. Titik kontrol ini dapat dihasilkan dari proses

Anggraini Wahyu Saputri I-4


1610813120002
Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2019

fotogrametris selanjutnya, yaitu proses triangulasi udara yang bertujuan


memperbanyak titik kontrol foto berdasarkan titik kontrol yang ada.

Gambar 1.2
Metode Fotografimetris
(Anonim, 2018).
Pengukuran merupakan proses yang mencakup tiga hal atau bagian yaitu
benda ukur, alat ukur dan pengukur atau pengamat karena ketidaksempurnaan
masing-masing bagian ini ditambah dengan pengaruh lingkungan maka bisa
dikatakan bahwa tidak ada satu pun pengukuran yang memberikan ketelitian yang
absolut. Ketelitian bersifat relatif yaitu kesamaan atau perbedaan antara harga hasil
pengukuran dengan harga yang dianggap benar karena yang absolut benar tidak
diketahui. Setiap pengukuran dengan kecermatan yang memadai mempunyai
ketidaktelitian yaitu adanya kesalahan yang berbeda-beda, tergantung pada kondisi
alat ukur, benda ukur, metode pengukuran dan kemahiran pengukur. Adapun
sumber-sumber kesalahan yang menjadi penyebab kesalahan pengukuran adalah
sebagai berikut:
1. Karena faktor alam yaitu perubahan angin, suhu, kelembaban udara, pembiasan
cahaya, gaya berat dan deklinasi magnetik.
2. Karena faktor alat yaitu ketidaksempurnaan konstruksi atau penyetelan
instrumen.
3. Karena faktor pengukur yaitu keterbatasan kemampuan pengukur dalam merasa,
melihat dan meraba.
Kondisi alam walaupun pada dasarnya merupakan suatu fungsi yang
berlanjut akan tetapi mempunyai karakteristik yang dinamis. Hal inilah yang
menyebabkan banyak aplikasi pada bidang pengukuran dan pemetaan. Pengukuran
dan pemetaan banyak tergantung dari alam. Pelaksanaan pekerjaan dan

Anggraini Wahyu Saputri I-5


1610813120002
Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2019

pengukuran jarak, sudut, dan koordinat titik pada foto udara juga diperlukan suatu
instrumen pengukuran yang prosedurnya untuk mengupayakan kesalahan yang
kecil dan jika diantara kesalahan itu terjadi maka pengukuran dan pengumpulan
data harus di ulang.
(Wongsotjitro, 1985)
Selain kesalahan dalam pengukuran juga terdapat dalam Kesalahan dalam
pengamatan, adapaun kesalahan dalam pengamatan dapat digolongkan menjadi
tiga jenis, yaitu:
1. Kesalahan kasar atau kesalahan besar (mistake atau blunders), kesalahan ini
terjadi karena kurang hati-hati, kurang pengalaman, atau kurang perhatian.
Dalam pengukuran, jenis kesalahan ini tidak boleh terjadi, sehingga dianjurkan
untuk mengadakan self-checking dari pengamatan yang dilakukan. Apabila
diketahui ada kesalahan kasar maka dianjurkan untuk mengulang seluruh atau
sebagian pengukuran tersebut. Contoh kesalahannya adalah salah baca (6
dibaca 9, 3 dibaca 8), salah mencatat data ukuran, dan salah dengar dari si
pencatat. Untuk menghindari terjadinya kesalahan kasar, dapat dilakukan
pengukuran lebih dari satu kali.
2. Kesalahan sistematik (sistematic error), disebabkan oleh alat-alat ukur sendiri
seperti panjang pita ukur yang tidak standar, pembagian skala yang tidak
teratur pada pita ukur, dan pembagian skala yang tidak teratur pada pita ukur
dan pembagian teodolit yang tidak seragam. Kesalahan ini juga dapat terjadi
karena cara-cara pengukuran yang tidak benar. Sifat kesalahan ini dapat
dihilangkan dengan cara, sebagai berikut:
a. Sebelum digunakan untuk pengukuran, alat dikalibrasi terlebih dahulu.
b. Dengan cara-cara tertentu, misalnya pengamatan biasa dan luar biasa dan
hasilnya dirata-rata.
c. Dengan memberikan koreksi pada data ukuran yang didapat.
d. Koreksi pada pengolahan peta.
3. Kesalahan random (accidental error), terjadi karena hal-hal yang tak terduga.
(Iskandar, 2011)

Anggraini Wahyu Saputri I-6


1610813120002

Anda mungkin juga menyukai