Anda di halaman 1dari 2

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

2.7. Pembahasan
Batuan ialah kumpulan-kumpulan ataupun agregat dari sebuah mineral-
mineral yang telah dalam keadaan membeku ataupun keras. Ada beberapa batuan
yang terutama tersusun dari sejenis mineral saja,dan juga sebagian kecil yang
dibentuk oleh gabungan mineral, bahan organik, dan juga bahan-bahan vulkanik
yang lainnya beserta kombinasi dari semua komponen tersebut.
Geologi adalah faktor terpenting dalam menentukan jenis, bentuk dan biaya
terowongan, pelaksanaan terowongan akan menemui tingkat ketidak pastian yang
tinggi jika data kondisi batuan atau tanah disekitar terowongan tidak lengkap.
Sebelum pelaksanaan terowongan, pada umumnya akan dilakukan penyelidikan
geologi teknik menggunakan metode pemboran, insitu testing, adits maupun pilot
tunnel. Secara sederhana, klasifikasi massa batuan digunakan sebagai sebuah
check-list untuk meyakinkan bahwa semua informasi penting telah dipertimbangkan.
Secara umum tujuan dan manfaat pengklasifikasian massa batuan yaitu
dapat mengelompokkan batuan dan mengetahui jenis, karakter atau data-data lain
mengenai batuan tersebut.
Data yang diambil berupa dip, dip direction, keadaan air tanah, kekasaran
kekar, arah orientasi kekar, Panjang kekar, Panjang scanline dan jarak antar kekar.
Pertama pengambilan data pada klasifikasi massa batuan pada posisi wall (N 86o E)
dan heading (N 190o E) dengan span 2,5 meter dengan pasangan kekar 2 untuk
wall dan 2 heading serta dengan kedudukan yang berbeda-beda untuk setiap
kekarnya. Setelah itu pengambilan data kedudukan kekar maka dilanjutkan dengan
pengambilan data kekerasan batuan dengan hammer test untuk kuarsit didapat 39,5
MPa dengan titik pengukuran 10 titik dan pada Pos B dan untuk heading dengan
batuan serpentinit yang kekerasannya 38,2 MPa dengan pengukuran yang sama.
Hasil pengambilan data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui nilai
RMR, Q – system, stand-up time untuk masing-masing klasifikasi serta rekomendasi
untuk penyanggaan buatan yang akan dilaksanakan. Pengolahan data ini
berpatokan pada tabel yang telah ada bagi RMR dan Q-system.
Nilai yang dihasilkan pada perhitungan RMR untuk wall dan heading adalah
62 dan 72. Untuk wall mampu bertahan selama lebih dari 2 tahun 2 bulan dengan
lubang bukaan sebesar 2,5 meter. Sedangkan untuk heading mampu bertahan
selama kurang lebih 11 tahun 4 bulan dengan lubang bukaan yang sama yaitu
sebesar 2,5 meter.

Anggraini Wahyu Saputri


1610813120002
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

Nilai yang dihasilkan pada perhitungan Q-system untuk wall dan heading
adalah 2,96 dan 4,14. Untuk wall mampu bertahan selama 4 hari dengan
maksimum lubang bukaan sebesar 4,9 meter. Sedangkan untuk heading mampu
bertahan selama 48 hari dengan lubang bukaan maksimum sebesar 3,37 meter.
Berdasarkan rekomendasi penyangga (Bieniawski, 1989) dengan nilai RMR
yang didapat dari hasil perhitungan pembobotan parameter batuan yaitu untuk wall
dan heading sebesar 62 dan 72 yang merupakan klasifikasi batuan good (good
rock) maka untuk penggaliannya sendiri dapat dilakukan secara full face dengan
kemajuan 1,0 – 1,5 m. Penyangga batuan dengan menggunakan rock bolt yang
dipasang di atas dengan Panjang 3 m, spasi 2,5 m dengan occasional wire mesh.
Untuk Q-system, Dari hasil grafik tersebut didapat bahwa dengan Q untuk
wall = 2,96 dan Dequivalent = 3,0625 lokasi tersebut termasuk kedalam kelas batuan D
(poor) yaitu dengan perkuatan menggunakan shotcrete dan rock bolt dengan spasi
1,4 m pada area bukan shotcreted dengan panjang bolt 9 – 12 cm dan spasi pada
area yang shotcrete yaitu 1,8 m. Dan untuk heading, hasil grafik tersebut didapat
bahwa dengan Q untuk heading = 4,14 dan Dequivalent = 2,106 lokasi tersebut
termasuk kedalam kelas batuan C (fair poor) dengan perkuatan menggunakan
shotcrete dan rock bolt dengan spasi 1,2 m Pada area bukan shotcreted spasi bolt
1,3 – 1,4 meter dan spasi pada area yang shotcrete yaitu 2,1 – 2,3 meter.
Dari data pengamatan yang telah didapatkan di atas, dapat dilihat
perbedaan antara RMR dengan Q-syste adalah penentuan parameternya. Untuk
RMR mengambil data dengan cara mengukur secara langsung sedangkan Q-
System parameternya adalah hasil pengamatan langsung dan kemudian dihitung
dengan rumus yang sudah ada. Untuk membandingkan keduanya, RMR terbilang
lebih rinci, karena berdasarkan hasil pengamatan dan menyesuaikan dengan
parameter yang sudah ada untuk Q-system yang dilakukan hanya pada terowongan
tambang abwah tanah.
Jadi, parameter RMR bisa dinyatakan lebih rinci dan akurat untuk penentuan
parameternya, penentuan cara atau metode untuk perencanaan pembuatan
terowongannya dibandingkan dengan Q-system yang terbilang untuk hasil yang
diberikan bisa saja masih kurang meyakinkan karena hanya menggunakan hitungan
semata

Anggraini Wahyu Saputri


1610813120002

Anda mungkin juga menyukai