Anda di halaman 1dari 22

@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S.

, ITB

BAB. V. Bottom Hole Assembly

TUJUAN

 Memahami Pengertian Bottom Hole Assembly


 Memahami Prinsip-prinsip Penyusunan Bottom Hole Assembly
 Mengenali Peralatan yang digunakan dalam Bottom Hole
o Assembly
o Downhole Drilling Motor
o Steerable System
o Drill Collar
 Mengenali Proses Pemilihan Konfigurasi Pembentukan Build Up Rate

Bottom Hole Assembly 41


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

5.1. Pendahuluan
Bottom Hole Assembly (BHA) adalah serangkaian kombinasi peralatan
bawah permukaan yang dipasang pada rangkaian drill string sehingga diperoleh
suatu performansi yang baik dalam membentuk kemiringan atau arah dari
lintasan lubang bor. Susunan BHA dapat terdiri dari : bit, reamer, peralatan
survey, drill collar, non-magnetik drill collar, down hole motor, bent-sub, heavy
wall drill pipe (HWDP), jars dengan pola susunan tertentu mengikuti prinsip-
prinsip fulcrum, pendulum atau stabilisasi.
Prinsip ini berhubungan erat dengan pengaturan jarak dari titik tangensial
(titik sentuh peralatan dengan dinding sumur yang terdekat dengan bit) terhadap
bit. Pengaturan itu dilakukan dengan menempatkan stabilizer pada jarak
tertentu dari bit. Metoda trial & error serta modifikasi yang disesuaikan dengan
kondisi formasi yang ditembus, merupakan cara yang cocok dalam menentukan
pola susunan BHA, karena pola untuk suatu daerah belum tentu cocok untuk
daerah operasi lainya.
Prinsip fulcrum menunjukkan penempatan stabilizer dekat bit akan
memperkecil jarak titik tangential dari bit. Ketika ada pembebanan, stabilizer
akan menjadi titik tumpu peralatan dan memberikan efek menggeser pada arah
bit sehingga memperbesar sudut kemiringan, seperti terlihat pada Gambar 5.1.
Pengaturan jarak penempatan dan ukuran stabilizer dapat dilakukan untuk
mengatur laju pertambahan sudut disamping pembebanan pada bit.
Sebaliknya prinsip pendulum memperlihatkan bila jarak titik tangensial
diperbesar dengan menempatkan stabilizer lebih jauh dari bit, maka gaya
gravitasi cenderung menarik bit ke arah sumbu vertikal lubang. Efek ini
menyebabkan sudut kemiringan mengecil. Gambar 5.2 memperlihatkan prinsip
pendulum. Jarak dan ukuran stabilizer digunakan untuk mengatur penurunan
sudut kemiringan lubang bor.

42 Bottom Hole Assembly


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

Gambar 5.1. Prinsip Fulcrum

Gambar 5.2. Prinsip Pendulum


Prinsip stabilisasi digunakan untuk mempertahankan sudut kemiringan lubang
bor yang telah dicapai. Hal ini dapat dicapai dengan pola susunan BHA yang kekar
untuk mengimbangi pembebanan dan titik tangential, perhatikan Gambar 5.3.

Bottom Hole Assembly 43


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

Gambar 5.3. Prinsip Stabilisasi


Hal yang perlu diperhatikan dalam pengontrolan sudut kemiringan adalah
WOB (weight on bit), RPM dan hidrolika di bit. WOB terlalu besar akan memperbesar
efek fulcrum, RPM dan hidrolika yang berlebihan akan menimbulkan pembesaran
lubang (wash out) sehingga sudut kemiringan menjadi turun. Pengontrolan ketiga
parameter di atas pada kondisi optimum akan membantu memperbaiki performansi
BHA sehingga pengontrolan sudut kemiringan atau arah dapat dilakukan dengan
baik.

5.2. Peralatan
5.2.1. Downhole Drilling Motor (DHDM)
DHDM adalah motor yang digunakan untuk menggerakkan bit. Penggunaan
motor ini mempunyai keuntungan, antara lain : mengurangi penggunaan daya di
permukaan, mengurangi ketergantungan operator terhadap karakteristik mekanis
rangkaian drill string, dan pengunaannya relatif ekonomis dibandingkan dengan
pemboran konvensional.
Penggerak utama dari motor ini adalah aliran fluida lumpur pemboran
dipompakan dari permukaan menuju motor melalui drill string. Lumpur tersebut
menggerakkan mekanisme motor. Dari mekanisme motor, DHDM dibagi menjadi dua
jenis yaitu : turbine motor dan positive displacement motor (PDM).
Turbine motor, terdiri dari rangkaian sudu-sudu yang dipasang 45 - 50 derajat
dari arah rotasi. Sudu-sudu tersebut menghasilkan gaya sentrifugal hasil dari energi

44 Bottom Hole Assembly


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

mekanik fluida. Karena diameter turbin cukup kecil, motor harus berputar dengan
kecepatan tinggi, sehingga motor ini cocok untuk digabung dengan PDC atau
diamond bit.
Positive displacement motor, digerakkan oleh pompa Moineau dengan rotor
berbentuk helicoidal yang berperan sebagai rotor tersekat di dalam stator. Jika fluida
dialirkan, rotor akan berputar untuk memberikan jalan kepada fluida untuk mengalir.
Rotor bergerak karena ada perbedaan tekanan di dalam motor yang dihasilkan oleh
lumpur (Gambar 5.4).

Gambar 5.4 Positive Displacement Motor

5.2.2. Steerable System


Steerable system adalah sistem pemboran yang dapat dikontrol arah
pemborannya secara langsung ketika melakukan pemboran. Sistem ini meliputi bit,
bent-housing, DHDM, MWD dan stabilizer yang sudah merupakan kombinasi BHA.
Pemboran dengan steerable system dapat menggunakan dua cara yaitu :
a. Sliding mode
b. Rotary mode
Sliding mode adalah membor dengan menggunakan DHDM sebagai
penggerak bit. Cara ini dilakukan jika akan melakukan perubahan arah pemboran.
Rotary mode adalah membor dengan menggunakan DHDM dan rotary table, untuk
menggerakkan bit. Cara ini dilakukan jika akan membor lubang dengan arah tidak
berubah (Gambar 5.5).

Bottom Hole Assembly 45


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

Gambar 5.5. DHDM dan Rotary Table


5.2.3. Drill Collar
a. Articulated Drill Collar (ADC) adalah drill collar dengan sistem fleksibel joint.
Drill collar jenis ini biasanya digunakan untuk pemboran type short radius.
b. Non Magnetic Drill Collar (NMDC), sering disebut dengan MONEL collar, hal ini
disebabkan NMDC sering terbuat dari stainless steel. Monel terdiri dari 70 %
nikel dan 30 % tembaga. Fungsi dari NMDC adalah tempat penempatan
peralatan-peralatan survey, sehingga dengan menggunakan NMDC akan
memberikan atau tidak mengganggu orientasi magnet bumi sehingga dapat
dibaca dengan baik oleh peralatan survey.
5.3. Pemilihan Konfigurasi Pembentukan Build Up Rate (BUR)
Pengaturan posisi motor dan stabilizer serta besar sudut bent- housing
dan bent-sub, akan memberikan efek pada pembentukan besar build rate
yang ingin dicapai.
Persamaan-persamaan berikut dipergunakan untuk menentukan besar
build rate suatu kombinasi BHA.

BUR  200
L1  L2

  B '  B1  B2

46 Bottom Hole Assembly


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

57.3 S1  1 1 
B1    
24  L1 L2 

57.3 S 2  1 
B2   
24  L2 

dengan,
 = Sudut efektif motor , derajat
BUR = Sudut build up rate, o/100 ft
B' = Sudut ekivalen untuk single bent-sub, derajat
B1 = Sudut stabilizer 1, derajat
B2 = Sudut stabilizer 2, derajat
S1 = Jarak terkecil stabilizer 1 dengan lubang bor, in
S2 = Jarak terkecil stabilizer 2 dengan lubang bor, in
Untuk penentuan pemilihan konfigurasi dalam pembentukan build up rate
dari suatu tipe peralatan dapat mempergunakan beberapa persamaan yang
telah diturunkan seperti berikut ini.
Untuk memperjelas pemahaman masing-masing geometri tipe motor
yang digunakan perhatikan Gambar-Gambar dari masing-masing tipe tersebut
(Gambar 5.6, 5.7, 5.8 dan 5.9).

Gambar 5.6. Geometri Motor Tipe 1

Bottom Hole Assembly 47


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

Gambar 5.7. Geometri Motor Tipe 2

Gambar 5.8. Geometri Motor Tipe 3

48 Bottom Hole Assembly


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

5.9. Geometri Motor Tipe 4

5.3.1. Geometri Motor Tipe 1


Merupakan suatu rangkaian motor pembelok dimana bent-housing dengan
menggunakan stabilizer yang ditempatkan pada posisi belokan/lengkungan dan
bagian atas motor ( Gambar 5.6). Jumlah stabilizer pada tipe motor ini ada sebanyak
2 buah. Sedangkan build rate yang terbentuk tergantung pada ekivalen sudut
stabilizer yang ditempatkan pada belokan tadi. Disamping itu ditentukan juga oleh
jarak dari stabilizer yang ditempatkan di puncak belokan ke bit dan ke stabilizer
kedua. Persamaan yang digunakan untuk menentukan sudut ekivalen sebagai
berikut :
B' =x
L1 =A
L2 =B
dengan,
B'= Sudut equivalen untuk stabilizer pertama, derajat
x = Sudut bent-housing, derajat
A = Jarak bit ke bent-housing, feet
B = Jarak stabilizer 1 dengan stabilizer 2, ft

Bottom Hole Assembly 49


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

Contoh 1 :
Diketahui diameter lubang bor 8 1/2", bent-housing yang dipergunakan selama
pemboran mempunyai sudut 1 1/2o. Clearance antara lubang dan stabilizer, S1
= 1/8" dengan jarak 5' dari bit dan S2 =1/8" dengan jarak 15' dari bit. Tentukan
build up rate yang terbentuk ?

50 Bottom Hole Assembly


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

5.3.2. Geometri Motor Tipe 2


Pada prinsipnya sama dengan tipe # 1. Perbedaannya terletak pada
penempatan stabilizer pertama (Gambar 5.7), yaitu ditempatkan diantara bit dengan
bent-housing. Efek dari penempatan ini berpengaruh pada sudut ekivalen yang
dibentuk oleh stabilizer pertama ini. Makin jauh penempatan stabilizer pertama dari
bent-housing makin kecil sudut ekivalent yang terbentuk. Persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
 C 
B'  x  
BC 

L1 = A
L2 = B + C
dimana,
B' = Sudut ekivalent stabilizer pertama, derajat
x = Sudut bent-housing, derajat
A = Jarak bit ke stabilizer 1, feet
B = Jarak dari stabilizer 1 ke bent-housing, feet
C = Jarak dari bent-housing ke stabilizer 2, feet

Bottom Hole Assembly 51


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

Contoh 2 :
Diketahui diameter lubang bor 8 1/2", bent-housing yang dipergunakan selama
pemboran mempunyai sudut 1 1/2 o dengan jarak bent 8 3/4' dari bit. Diamater
stabilizer 1 = 8-1/4" dengan jarak 5' dari bit dan stabilizer 2 =8-3/8" dengan
jarak 25' dari bit. Tentukan build up rate yang terbentuk ?

52 Bottom Hole Assembly


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

5.3.3. Geometri Motor Tipe 3


Motor jenis ini terdiri dari bent-housing dan bent-sub serta dua buah
stabilizer (Gambar 5.8). Stabilizer pertama ditempatkan diantara bit dengan
puncak bent-housing. Sedangkan bent-sub ditempatkan diantara keduanya
(bagian atas) dengan motor.
Penentuan sudut ekivalen pada stabilizer pertama dipengaruhi oleh
jarak penempatan stabilizer pertama dan stabilizer kedua terhadap bit, bent-
hou- sing dan bent-sub.

  C   C  D 
B'   X  Y    
  C  D   B  C  D 

Untuk menentukan sudut ekivalen dipergunakan persamaan :


L1 = A
L2 = B + C + D
dengan,
B' = Sudut equivalent stabilizer pertama, derajat
x = Sudut bent-housing, derajat
y = Sudut bent-sub, derajat
A = Jarak bit ke stabilizer 1, feet
B = Jarak dari stabilizer 1 ke bent-housing, feet
C = Jarak bent-housing ke bent-sub, feet
D = Jarak bent-sub ke stabilizer 2, feet

Bottom Hole Assembly 53


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

Contoh 3 :
Diketahui diameter lubang bor 8 1/2", bent-housing yang dipergunakan selama
pemboran mempunyai sudut 2 1/2o dengan jarak bent 12' dari bit, sedangkan
bent-sub mempunyai besar sudut 3 1/2 o dengan jarak 28' dari bit. Diameter
stabilizer 1 = 8-1/4" dengan jarak 5' dari bit dan stabilizer 2 = 8-1/4" dengan
jarak 36' dari bit.
o Tentukan build up rate yang terbentuk ?
o Bila lubang terjadi wash-out, sehingga diameter lubang tetap pada
stabilizer 2 = 9-3/4", berapa BUR yang terbentuk ?
o Pada kasus pertama, dimana jarak stabilizer 2 adalah 30', berapa BUR-
nya ?

54 Bottom Hole Assembly


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

5.3.4. Geometri Motor Tipe 4


Tipe motor ini sama dengan motor tipe #3. Perbedaannya hanya antara
stabilizer pertama dengan bit ditambah lagi sebuah bent-sub, yang fungsinya
sebagai pengarah (Gambar 5.9). Dengan penambahan ini akan
mempengaruhi sudut ekivalent pada stabilizer pertama.Sudut ekivalent
ditentukan dari persamaan:

  E    DE   A 
B'   Z   Y    X  
  E  D    C  D  E   A B

L1 = A + B
L2 = C + D + E
dimana,
B' = Sudut equivalen stabilizer pertama, derajat
x = Sudut tilted drive bushing, derajat
y = Sudut bent-housing, derajat
z = Sudut bent-sub, derajat
A = Jarak bit ke tilted drive bushing, feet
B = Jarak dari drive bushing ke stabilizer 1, feet
C = Jarak stabilizer 1 ke bent-housing, feet
D = Jarak bent-housing ke bent-sub, feet
E = Jarak dari bent-sub ke stabilizer 2, feet

Bottom Hole Assembly 55


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

Contoh 4 :
o
Diketahui diameter lubang bor 8-1/2", tilted drive bushing 2-1/2 dengan jarak
5' dari bit, bent-housing yang dipergunakan selama pemboran mempunyai
o
sudut 3 1/2 dengan jarak bent 18' dari bit, sedangkan bent-sub mempunyai
o
besar sudut 3 dengan jarak 33' dari bit. Clearance antara lubang dan
stabilizer, S1 = 1/8" dengan jarak 11' dari bit dan S2 =1/8" dengan jarak 43' dari
bit.
o Tentukan build up rate yang terbentuk ?
o Bila tilted drive bushing diganti DC biasa, berapa BUR-nya?

56 Bottom Hole Assembly


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

Contoh 5
Dalam mendesain Bottom Hole Assembly (BHA), diketahui:
 Diameter pahat yang digunakan 8 1/2 inch, dengan panjang 0.9 ft
 Stabilizer, diameter 8.375 inch dengan panjang 2.2 ft
 Bent sub yang tersedia 2o dan 2.5o , dengan panjang 3.8 ft
 Steerable Downhole motor yang ditempatkan antara stabilizer 1 dan
stabilizer 2, mempunyai panjang 14 ft
 MWD di antara stabilizer 1 dan stabilizer 2 dengan panjang 21 ft
 Tersedia Drill Collar (DC) cukup banyak dengan variasi panjang 6, 15, 30 ft
 Buatlah konfigurasi susunan BHA Type Motor - 2, dimana diinginkan
BUR 6o/100 ft dengan error maximum sebesar 0.2o.
 Dimana antara stabilizer-1 dengan bent sub hanya terpasang 1 buah
DC dengan panjang 6 ft di zona B.
 Drill Collar (DC) harus dipasang minimum 1 (satu) buah di zona A
maupun zona C.
Tambahan : Boleh digunakan Tabel di bawah sebagai alat bantu:
Xo P1 P2 L1 L2 B' B1 B2  BUR

Bisa juga digunakan iterasi "Newton - Rapshon" dalam mempercepat penemuan,


atau menggunakan Grafik gari hasil Tabel seperti contoh di atas.

Bottom Hole Assembly 57


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

5.4. Contoh Type BHA


Beberapa type BHA untuk beberapa jenis pemboran horizontal dapat
dilihat seperti berikut ini :
a. ANGLE BUILDING 9-7/8"
 Component OD (inch) Length (feet)
 Bit 9-7/8 0.90
 Steerable PDM 6-3/4 21.19
 Pony Collar 7 8.17
 Integral Blade Stab. 9-3/4 4.46
 MWD Monel 6-1/4 29.24
 MWD Pulser 6-1/4 6.45
 Monel Drill Collar 6-5/16 29.55
 Drill Collar 6-3/8 184.42
 Heavy Weight DC 4-1/2 902.86
 Drill Pipe 4-1/2 ke permukaan
b. ANGLE BUILDING 6-1/2"
 Component OD (inch) Length (feet)
 PDC Bit 6-1/2 0.80
 Steerable PDM 4-3/4 18.88
 Non-Magnetic Stab 6 5.25
 MWD Monel 4-3/4 31.11
 MWD Pulser Sub 5 3.35
 Float Sub 5-3/8 1.35
 Flex. Non-Mag Collar 4-3/4 62.21
 Nipple Sub 5-1/4 1.78
 Heavy Weight DC 3-1/2 1748.51
 Drill Collar 4-3/4 448.21
 Heavy Weight DC 3-1/2 1265.32
 Drill Pipe 3-1/2 ke permukaan
c. SHORT DIRECTIONAL 6-1/2"
 Component OD (inch) Length (feet)
 Bit 6-1/2 0.60
 Directional PDM 4-3/4 10.37

58 Bottom Hole Assembly


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

 1-1/2 Degree Bent Sub 4-3/4 1.34


 MWD Monel 4-3/4 31.11
 MWD Pulser Sub 5 3.35
 Float Sub 5-3/8 1.35
 Flex. Non-Mag.Collars 4-3/4 62.21
 Nipple Sub 5-1/4 1.78
 Heavy-Weight DC 3-1/2 1748.51
 Drill collars 4-3/4 448.21
 Heavy-Weight DC 3-1/2 1265.32
 Drill pipe 3-1/2 ke permukaan
d. LATERAL REACH 6-1/2"
 Component OD inch Length (feet)
 PDC Bit 6-1/2 0.80
 Steerable PDM 4-3/4 18.90
 Pony Collar 4-3/4 6.79
 Integral Blade Stabilizer 6-3/8 2.92
 MWD Monel 4-3/4 31.11
 MWD Pulser Sub 5 3.35
 Float Sub 5-3/8 1.35
 Flex. Non-Mag. Collars 4-3/4 62.21
 Nipple Sub 5-1/4 1.78
 Heavy-Weight DC 3-1/2 2923.10
 Drill Collars 4-3/4 448.21
 Heavy-Weight DC 3-1/2 90.73
 Drill Pipe 3-1/2 ke permukaan

Bottom Hole Assembly 59


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

DAFTAR PARAMETER DAN SATUAN

BUR = Sudut Build Up Rate, o/100 ft


 = Sudut Efektif Motor, derajat
B' = Sudut Ekivalen Untuk Single Bent, derajat
B1 = Sudut Srabilizer 1, derajat
B2 = Sudut Stabilizer 2, derajat
S1 = Jarak Terkecil Stabilizer, 1 Dengan Lubang Bor, in
S2 = Jarak Terkecil Stabilizer, 2 Dengan Lubang Bor, in
L1 = Jarak Antara Bit Ke Stabilizer 1, feet
L2 = Jarak Antara Bit Ke Stabilizer 2, feet
x = Sudut Bent Housing, derajat

60 Bottom Hole Assembly


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

DAFTAR PUSTAKA

1. Tiraspolsky W., "Hydraulic Downhole Drilling Motors", Gulf Publishing Company,


Houston-texas, 1985.
2. nn., "Powerpak Steerable Motor Handbook", Anadrill Educational Services,
Sugarland, Texas, 1993.
3. Pettus. D.S., "Horizontal Drilling: High-Angle and Extended-Reach", Southwest
Geoservices, USA, 1992.

Bottom Hole Assembly 61


@ Copyright 2009 By Dr.-Ing.Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB

Halaman pelengkap

62 Bottom Hole Assembly

Anda mungkin juga menyukai