Bab 05 Bottom Hole Assembly
Bab 05 Bottom Hole Assembly
, ITB
TUJUAN
5.1. Pendahuluan
Bottom Hole Assembly (BHA) adalah serangkaian kombinasi peralatan
bawah permukaan yang dipasang pada rangkaian drill string sehingga diperoleh
suatu performansi yang baik dalam membentuk kemiringan atau arah dari
lintasan lubang bor. Susunan BHA dapat terdiri dari : bit, reamer, peralatan
survey, drill collar, non-magnetik drill collar, down hole motor, bent-sub, heavy
wall drill pipe (HWDP), jars dengan pola susunan tertentu mengikuti prinsip-
prinsip fulcrum, pendulum atau stabilisasi.
Prinsip ini berhubungan erat dengan pengaturan jarak dari titik tangensial
(titik sentuh peralatan dengan dinding sumur yang terdekat dengan bit) terhadap
bit. Pengaturan itu dilakukan dengan menempatkan stabilizer pada jarak
tertentu dari bit. Metoda trial & error serta modifikasi yang disesuaikan dengan
kondisi formasi yang ditembus, merupakan cara yang cocok dalam menentukan
pola susunan BHA, karena pola untuk suatu daerah belum tentu cocok untuk
daerah operasi lainya.
Prinsip fulcrum menunjukkan penempatan stabilizer dekat bit akan
memperkecil jarak titik tangential dari bit. Ketika ada pembebanan, stabilizer
akan menjadi titik tumpu peralatan dan memberikan efek menggeser pada arah
bit sehingga memperbesar sudut kemiringan, seperti terlihat pada Gambar 5.1.
Pengaturan jarak penempatan dan ukuran stabilizer dapat dilakukan untuk
mengatur laju pertambahan sudut disamping pembebanan pada bit.
Sebaliknya prinsip pendulum memperlihatkan bila jarak titik tangensial
diperbesar dengan menempatkan stabilizer lebih jauh dari bit, maka gaya
gravitasi cenderung menarik bit ke arah sumbu vertikal lubang. Efek ini
menyebabkan sudut kemiringan mengecil. Gambar 5.2 memperlihatkan prinsip
pendulum. Jarak dan ukuran stabilizer digunakan untuk mengatur penurunan
sudut kemiringan lubang bor.
5.2. Peralatan
5.2.1. Downhole Drilling Motor (DHDM)
DHDM adalah motor yang digunakan untuk menggerakkan bit. Penggunaan
motor ini mempunyai keuntungan, antara lain : mengurangi penggunaan daya di
permukaan, mengurangi ketergantungan operator terhadap karakteristik mekanis
rangkaian drill string, dan pengunaannya relatif ekonomis dibandingkan dengan
pemboran konvensional.
Penggerak utama dari motor ini adalah aliran fluida lumpur pemboran
dipompakan dari permukaan menuju motor melalui drill string. Lumpur tersebut
menggerakkan mekanisme motor. Dari mekanisme motor, DHDM dibagi menjadi dua
jenis yaitu : turbine motor dan positive displacement motor (PDM).
Turbine motor, terdiri dari rangkaian sudu-sudu yang dipasang 45 - 50 derajat
dari arah rotasi. Sudu-sudu tersebut menghasilkan gaya sentrifugal hasil dari energi
mekanik fluida. Karena diameter turbin cukup kecil, motor harus berputar dengan
kecepatan tinggi, sehingga motor ini cocok untuk digabung dengan PDC atau
diamond bit.
Positive displacement motor, digerakkan oleh pompa Moineau dengan rotor
berbentuk helicoidal yang berperan sebagai rotor tersekat di dalam stator. Jika fluida
dialirkan, rotor akan berputar untuk memberikan jalan kepada fluida untuk mengalir.
Rotor bergerak karena ada perbedaan tekanan di dalam motor yang dihasilkan oleh
lumpur (Gambar 5.4).
B ' B1 B2
57.3 S1 1 1
B1
24 L1 L2
57.3 S 2 1
B2
24 L2
dengan,
= Sudut efektif motor , derajat
BUR = Sudut build up rate, o/100 ft
B' = Sudut ekivalen untuk single bent-sub, derajat
B1 = Sudut stabilizer 1, derajat
B2 = Sudut stabilizer 2, derajat
S1 = Jarak terkecil stabilizer 1 dengan lubang bor, in
S2 = Jarak terkecil stabilizer 2 dengan lubang bor, in
Untuk penentuan pemilihan konfigurasi dalam pembentukan build up rate
dari suatu tipe peralatan dapat mempergunakan beberapa persamaan yang
telah diturunkan seperti berikut ini.
Untuk memperjelas pemahaman masing-masing geometri tipe motor
yang digunakan perhatikan Gambar-Gambar dari masing-masing tipe tersebut
(Gambar 5.6, 5.7, 5.8 dan 5.9).
Contoh 1 :
Diketahui diameter lubang bor 8 1/2", bent-housing yang dipergunakan selama
pemboran mempunyai sudut 1 1/2o. Clearance antara lubang dan stabilizer, S1
= 1/8" dengan jarak 5' dari bit dan S2 =1/8" dengan jarak 15' dari bit. Tentukan
build up rate yang terbentuk ?
L1 = A
L2 = B + C
dimana,
B' = Sudut ekivalent stabilizer pertama, derajat
x = Sudut bent-housing, derajat
A = Jarak bit ke stabilizer 1, feet
B = Jarak dari stabilizer 1 ke bent-housing, feet
C = Jarak dari bent-housing ke stabilizer 2, feet
Contoh 2 :
Diketahui diameter lubang bor 8 1/2", bent-housing yang dipergunakan selama
pemboran mempunyai sudut 1 1/2 o dengan jarak bent 8 3/4' dari bit. Diamater
stabilizer 1 = 8-1/4" dengan jarak 5' dari bit dan stabilizer 2 =8-3/8" dengan
jarak 25' dari bit. Tentukan build up rate yang terbentuk ?
C C D
B' X Y
C D B C D
Contoh 3 :
Diketahui diameter lubang bor 8 1/2", bent-housing yang dipergunakan selama
pemboran mempunyai sudut 2 1/2o dengan jarak bent 12' dari bit, sedangkan
bent-sub mempunyai besar sudut 3 1/2 o dengan jarak 28' dari bit. Diameter
stabilizer 1 = 8-1/4" dengan jarak 5' dari bit dan stabilizer 2 = 8-1/4" dengan
jarak 36' dari bit.
o Tentukan build up rate yang terbentuk ?
o Bila lubang terjadi wash-out, sehingga diameter lubang tetap pada
stabilizer 2 = 9-3/4", berapa BUR yang terbentuk ?
o Pada kasus pertama, dimana jarak stabilizer 2 adalah 30', berapa BUR-
nya ?
E DE A
B' Z Y X
E D C D E A B
L1 = A + B
L2 = C + D + E
dimana,
B' = Sudut equivalen stabilizer pertama, derajat
x = Sudut tilted drive bushing, derajat
y = Sudut bent-housing, derajat
z = Sudut bent-sub, derajat
A = Jarak bit ke tilted drive bushing, feet
B = Jarak dari drive bushing ke stabilizer 1, feet
C = Jarak stabilizer 1 ke bent-housing, feet
D = Jarak bent-housing ke bent-sub, feet
E = Jarak dari bent-sub ke stabilizer 2, feet
Contoh 4 :
o
Diketahui diameter lubang bor 8-1/2", tilted drive bushing 2-1/2 dengan jarak
5' dari bit, bent-housing yang dipergunakan selama pemboran mempunyai
o
sudut 3 1/2 dengan jarak bent 18' dari bit, sedangkan bent-sub mempunyai
o
besar sudut 3 dengan jarak 33' dari bit. Clearance antara lubang dan
stabilizer, S1 = 1/8" dengan jarak 11' dari bit dan S2 =1/8" dengan jarak 43' dari
bit.
o Tentukan build up rate yang terbentuk ?
o Bila tilted drive bushing diganti DC biasa, berapa BUR-nya?
Contoh 5
Dalam mendesain Bottom Hole Assembly (BHA), diketahui:
Diameter pahat yang digunakan 8 1/2 inch, dengan panjang 0.9 ft
Stabilizer, diameter 8.375 inch dengan panjang 2.2 ft
Bent sub yang tersedia 2o dan 2.5o , dengan panjang 3.8 ft
Steerable Downhole motor yang ditempatkan antara stabilizer 1 dan
stabilizer 2, mempunyai panjang 14 ft
MWD di antara stabilizer 1 dan stabilizer 2 dengan panjang 21 ft
Tersedia Drill Collar (DC) cukup banyak dengan variasi panjang 6, 15, 30 ft
Buatlah konfigurasi susunan BHA Type Motor - 2, dimana diinginkan
BUR 6o/100 ft dengan error maximum sebesar 0.2o.
Dimana antara stabilizer-1 dengan bent sub hanya terpasang 1 buah
DC dengan panjang 6 ft di zona B.
Drill Collar (DC) harus dipasang minimum 1 (satu) buah di zona A
maupun zona C.
Tambahan : Boleh digunakan Tabel di bawah sebagai alat bantu:
Xo P1 P2 L1 L2 B' B1 B2 BUR
DAFTAR PUSTAKA
Halaman pelengkap