Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hamil adalah sebuah proses yang diawali dengan keluarnya sel telur
yangmatang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan
keduanyamenyatu membentuk sel yang akan bertumbuh .Seorang ibu belum tentu
dikatakan hamil apabila hanya memiliki tanda-tanda sepertiterlambat haid, mual,
muntah, perut dan payudara membesar karena dikatakan hamilapabila sudah terdengar
bunyi denyut jantung janin serta terlihatnya tulang janinmelalui Ultra Sono Grafi
(USG).
Di negara berkembang, khususnya didaerah yang penduduknya berpendidikan
rendah dan tingkat ekonomi rendah, pengetahuan ibu mengenai perawatan dan
pemberian makanan bayi khususnya mengenai manfaat air susu ibu (ASI) sangat
kurang. Umumnya pengetahuan tentang perawatan dan pemberian makanan bayi
diperoleh dari keluarga ataupun teman. Untuk menghindari kebiasaan yang salah,
diperlukan bantuan petugas kesehatan untuk memberikan pengarahan yang tepat. Pada
masa menyusui, ibu sering mengalami problema (mendapat kesulitan) dalam hal
menyusui bayinya. Jika problema ini tidak dapat diatasi, jelas akan mengganggu
kesinambungan pelaksanaan pemberian ASI. Untuk mendapatkan ASI yang memadai
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, kerjasama antara ibu (keluarga)
denganpetugaskesehatan mutlak diperlukan. Kerjasama ini harus dimulai pada
kehamilan trimester pertama.
B. Tujuan
1. Agar tidak salah dalam mengambil tindakan yang tepat pada saat sang ibu dan
bayinya mendapat problem.
2. Tujuan pembuatan makalah ini,agar mahasiswa memahami tentang ibu
hamilagar nantinya dapat mengetahui status gizi ibu hamil
3. Demi terjaminnya kesehatan bayi dan sang ibu.
4. Menjelaskan tentang bagaimana proses kehamilan, dan bagaimana cara menyusui
dengan baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hamil adalah sebuah proses yang diawali dengan keluarnya sel telur yang
matang padasaluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya
menyatumembentuk sel yang akan bertumbuh. Seorang ibu belum tentu dikatakan
hamil apabila hanya memiliki tanda-tanda sepertiterlambat haid, mual, muntah, perut
dan payudara membesar karena dikatakan hamilapabila sudah terdengar bunyi denyut
jantung janin serta terlihatnya tulang janinmelalui Ultra Sono Grafi (USG) .
A. Proses Kehamilan
1. Awal proses kehamilan
Kehamilan (alamiah) terjadi akibat adanya pembuahan sel telur di dalam
indung telur wanita oleh sperma. Dalam proses alamiah, ini terjadi karena sperma
masuk ke indung telur melalui saluran rahim pada saat melakukan berhubungan badan.
Normalnya, wanita hanya memproduksi satu sel telur setiap bulannya. Dilain tubuh
pria bisa memproduksi sperma terus menerus dalam jumlah besar. Rata-rata setiap
semprotan air mani mengandung 100-200 juta sperma. Namun dari jumlah tersebut
hanya satu yang berhasil menembus indung telur dan membuahi sel telur. Ini
merupakan salah satu bentuk seleksi alam untuk memilih bibit yang terbaik.Apabila
pembuahan ini berhasil, dari satu sel telur yang telah dibuahi dan berukuran 0.2 mm
akan terus berkembang biak dan berpindah ke dalam rahim.
Kurang lebih sekitar 7-10 hari setelah pembuahan, sel telur yang telah dibuahi akan
masuk dan menempel di selaput dalam rahim. Dianalogikan dengan kasur, selaput
dalam rahim ini tebal dan lunak sehingga bisa melindungi sel telur yang telah dibuahi.
Pada tahap ini kehamilan sudah dimulai. Selama ini sel telur yang telah dibuahi tersebut
terus berbiak dan membentuk semacam akar/rambut yang halus. Ini menyerap gizi
yang terkandung dalam selaput dalam rahim sehingga bisa terus berkembang. Rambut-
rambut halus ini nantinya memiliki fungsi yang sangat penting untuk janin.
Pada sekitar hari ke 5, sel telur yang telah dibuahi dan keluar dari indung telur
sudah berbentuk sebagai satu garis. Pertama yang yang terbentuk adalah syaraf.
Perkembangan berikutnya terbagi dua yaitu otak dan sumsum. Segera setelah ini cikal
bakal organ tubuh penting seperti jantung, pembuluh darah, otot, dll sudah mulai
terbentuk.Dilain pihak plasenta (ari-ari) yang berfungsi menyelimuti janin selama
proses kehamilan juga sudah mulai terbentuk. Sampai usia kehamilan 3 minggu ini
janin masih belum bisa dideteksi. Pada saat ini kepala bayi kurang lebih setengah dari
panjang badan, dimana badan bayi masih tampak seperti ekor saja.
2. Proses Kehamilan dan Perkembangan Janin Dalam Kandungan
Proses kehamilan adalah proses dimana bertemunya sel telur dengan sel sperma
hingga terjadi pembuahan. Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama 40 minggu
atau 280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri
adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya
sperma dengan telur), yang terjadi dua minggu setelahnya.
Dalam dunia kedokteran, proses kehamilan dibagi menjadi tiga fase sesuai dengan
pertumbuhan fisik bayi. Masing-masing fase tersebut disebut trimester.
a. Trimester Pertama (Minggu 0 – 12)
Dalam fase ini ada tiga periode penting pertumbuhan mulai dari periode germinal
sampai periode terbentuknya fetus.
1) Periode Germinal (Minggu 0 – 3)
Proses pembuahan telur oleh sperma yang terjadi pada minggu ke-2 dari
hari pertama menstruasi terakhir. Telur yang sudah dibuahi sperma bergerak
dari tuba fallopi dan menempel ke dinding uterus (endometrium).
2) Periode Embrio (Minggu 3 – 8 )
Proses dimana sistem syaraf pusat, organ-organ utama dan struktur
anatomi mulai terbentuk seperti mata, mulut dan lidah mulai terbentuk,
sedangkan hati mulai memproduksi sel darah. Janin mulai berubah dari
blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala yang besar
3) Periode Fetus (Minggu 9 – 12)
Periode dimana semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan
saling berkaitan dan aktivitas otak sangat tinggi.
b. Trimester kedua (Minggu 12 – 24)
Pada trimester kedua ini terjadi peningkatan perkembangan janin. Pada minggu ke-18
kita bisa melakukan pemeriksaan dengan ultrasongrafi (USG) untuk mengecek
kesempurnaan janin, posisi plasenta dan kemungkinan bayi kembar. Jaringan kuku,
kulit dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu ke 20 – 21. Indera
penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi. Kelopak mata sudah dapat
membuka dan menutup. Janin (fetus) mulai tampak sebagai sosok manusia dengan
panjang 30 cm.

c. Trimester ketiga (24 -40)


Dalam trimester ini semua organ tubuh tumbuh dengan sempurna. Janin menunjukkan
aktivitas motorik yang terkoordinasi seperti menendang atau menonjok serta dia sudah
memiliki periode tidur dan bangun. Masa tidurnya jauh lebih lama dibandingkan masa
bangun. Paru-paru berkembang pesat menjadi sempurna.
Pada bulan ke-9 ini , janin mengambil posisi kepala di bawah dan siap untuk dilahirkan.
Berat bayi lahir berkisar antara 3 -3,5 kg dengan panjang 50 cm. Untuk lebih jelasnya
lihat Perkembangan bayi dalam kandungan (Sumber: Majalah Kesehatan).

B. Proses Kelahiran Anak Perlu Diketahui Para Ibu


Kelahiran adalah merupakan pengakhiran kepada proses kehamilan dan juga
merupakan permulaan kepada sebuah kehidupan manusia. Ada beberapa hal mengenai
proses kelahiran anak yang penting untuk diketahui para ibu untuk menyiapkan dirinya.
Berikut di antaranya:
1. Tidak seperti di film. Seringkali, di film-film, kita melihat, ketika si aktris yang
memerankan peran ibu hamil, saat air ketubannya pecah, semua orang panik, si ibu
terhuyung-huyung, mengalami kontraksi mendadak yang luar biasa, lalu berteriak
memanggil taksi. Padahal, dalam kehidupan nyata, tidak selalu sedramatis itu. Air
ketuban umumnya pecah saat menjelang kelahiran anak, dan meski pun pecah duluan,
tak harus bergegas dan berlarian ke rumah sakit. Tentu, Anda harus segera menemui
dokter kandungan, tetapi bukan berarti Anda bisa berteriak-teriak sambil berlari-lari di
tengah jalan. Di kehidupan nyata, setiap proses kelahiran bayi itu sangat unik dan
spesial.
2. Tanggal kelahiran, lebih tepatnya, bulan kelahiran. Sebuah proses kehamilan
yang lengkap berlangsung antara 37-42 minggu. Tanggal perkiraan kelahiran adalah
sebuah perkiraan, bukan tenggat waktu pasti. Kebanyakan bayi bahkan terlahir
sebelum atau setelah tanggal perkiraan, rata-rata anak lahir 4 hari sesudah tanggal
perkiraan yang dibuat oleh para dokter. Memang agak sulit untuk merencanakan
seluruh bulan sebagai momen kelahiran, namun tanggal kelahiran pun terlalu spesifik.
Yah, kita hanya bisa bersiap menunggu kelahiran si kecil dan tidak terpaku pada
tanggal yang diberikan oleh para dokter.
3. Proses kelahiran melewati fase yang khusus dan memiliki tantangan yang
berbeda-beda. Proses kelahiran adalah sebuah proses yang ritmis. Kelahiran yang
terlalu dini umumnya akan berlangsung lama, namun lebih mudah ditangani ketimbang
kelahiran yang aktif, yang umumnya membutuhkan lebih banyak fokus dan teknik
mengatasi rasa sakit. Mendorong bayi keluar di akhiran adalah suatu hal yang berbeda
dan bisa menjadi sebuah perubahan. Memahami tahapan-tahapan kelahiran akan
membantu Anda untuk menghadapinya dengan cara yang berbeda-beda.
4. Epidural adalah satu dari sekian banyak cara untuk menghadapi kelahiran. Ada
banyak debat yang mempertanyakan apakah epidural adalah hal yang baik atau tidak
untuk diberikan kepada ibu yang sedang dalam proses melahirkan. Satu jawabannya
adalah, tergantung. Epidural yang terlalu dini disuntikkan akan memperlambat proses
dan membuat diperlukan intervensi medis. Namun, epidural yang diberikan terlambat,
saat ibu sudah sangat kelelahan, bisa mempercepat kelahiran, dan mengurangi
kemungkinan intervensi. Coba lupakan sejenak mengenai baik atau buruk yang
menyangkut epidural, tetapi penuhi pengetahuan Anda mengenai risiko dan
keuntungan dari obat tersebut, serta pelajari teknik cara menghadapi proses kelahiran
yang menyakitkan, lalu lihat bagaimana perjalanan proses kelahiran bayi Anda.
5. Filosofi dari petugas medis yang Anda percayakan sangat berpengaruh. Beberapa
dokter percaya bahwa ia harus secara aktif menghadapi proses kelahiran, dan
mengenalkan teknologi medis seputar penanganan proses kelahiran, bahkan sebelum
terjadi kebutuhan, sebagai pencegahan. Lainnya, ada yang percaya bahwa kelahiran
seharusnya berjalan alami dan penanganan intervensi medis sebaiknya hanya dilakukan
saat mulai terjadi hal-hal yang di luar kewajaran. Dengan begini, proses kelahiran akan
sangat berpengaruh oleh siapa yang membantu Anda. Bicarakanlah kepada petugas
medis yang menangani Anda mengenai filosofinya membantu kelahiran. Pastikan hal
tersebut sesuai dengan pemahaman Anda.
6. Bidan atau dokter kandungan mungkin tak akan selalu bersama Anda. Hal ini bisa
jadi hal yang mengejutkan bagi banyak pasangan, namun seringkali terjadi. Dokter
kandungan atau bidan yang Anda percayakan untuk mengurusi kesehatan kandungan
Anda mungkin tidak akan selalu ada untuk Anda. Umumnya, mereka akan
menyarankan kapan Anda sebaiknya memeriksakan kandungan dan perkembangan
kehamilan secara periodik. Namun, secara umum, mereka kemungkinan tidak akan ada
di sana untuk membimbing Anda setiap waktu. Biasanya, mereka akan ada di akhiran,
saat si bayi hampir lahir. Bidan biasanya akan ada bersama Anda lebih lama, namun,
itu pun tergantung. Inilah alasan mengapa kelas-kelas kelahiran akan sangat berarti.
7. Kelahiran yang diinduksi biasanya berakhir pada C-Section. Ekspektasi untuk
membuat proses kelahiran terus berjalan dan tak terhenti pada kecepatan yang tidak
realistis akan mendorong penggunaan pitocin berlebihan, yang bisa menggandakan
kemungkinan harus di-Caesar. Penggunaan pitocin harus terus dimonitor, artinya, ibu
tidak boleh banyak bergerak saat proses. Namun, mengubah posisi sebenarnya bisa
membantu proses kelahiran dan membantu atasi rasa sakit. Intinya, coba hindari
induksi sebisa mungkin kecuali memang secara medis, sangat diperlukan.
8. Banyak beristirahat di awal proses kelahiran bisa mengurangi kemungkinan
proses kelahiran caesar. Saat Anda dan dokter mengetahui bahwa kelahiran Anda
berada dalam keadaan sehat dan baik, Anda bisa mencoba beristirahat dan tidak panik
saat kontraksi mulai terjadi. Satu hal yang bisa Anda pegang adalah untuk mencoba
mengikuti aturan 411. Artinya, barulah mulai proses di ruang bersalin saat kontraksi
berselang selama 4 menit, setiap kontraksi berlangsung selama 1 menit, serta hal ini
sudah berlangsung selama 1 jam. Bicarakan hal ini dengan bidan atau dokter, namun,
siapkan diri Anda untuk bersantai sebelum proses kelahirannya benar-benar dimulai,
gunanya, agar Anda tidak terlalu cepat kelelahan atau terlalu cepat diinduksi karena
panik sudah ada di ruang bersalin dan merasa harus segera melahirkan.
9. Kelahiran termasuk hal fisiologis. Kontraksi memang berlangsung sangat
menyakitkan bagi tubuh dan bahkan prosesnya terasa sangat melelahkan. Namun,
faktanya, tubuh kita sudah didesain sedemikian rupa. Tak seperti hal menyakitkan
lainnya, proses kelahiran tidak mengindikasikan adanya bagian tubuh yang rusak atau
ada yang salah. Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk membantu melewati
proses tersebut. Coba ikuti kelas-kelas seputar kelahiran, dapatkan dukungan kelahiran
dari ahlinya, dan pelajari mengenai proses kelahiran.
10. Proses kelahiran bukan mengenai bagaimana Anda melakukannya. Survei atas
ribuan ibu menemukan bahwa bukan masalah apakah Anda mendapat suntik epidural
atau tidak yang membuat sebuah proses kelahiran menjadi sebuah pengalaman positif.
Melainkan lebih kepada bagaimana si ibu diperlakukan dengan nyaman dan penuh
hormat saat momen yang rapuh. Wanita dengan ekspektasi realistik cenderung lebih
bahagia menghadapi proses kelahiran anaknya. Hal ini berarti memahami apakah Anda
bisa mengkontrol apa yang bisa Anda kontrol. Sebisa kita menghapus konsepsi proses
kelahiran yang sempurna, maka konsepsi pelahiran tak sempurna pun akan menghilang
bersamanya. Toh, yang terpenting adalah si ibu dan si bayi sehat, kan?

C. Menyusui
1. Bagaimana cara menyusui bayi yang benar
The American Academy of Pediatrics merekomendasikan ASI eksklusif selama 6
bulan pertama dan selanjutnya minimal selama 1 tahun. WHO dan UNICEF
merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan, menyusui dalam 1 jam pertama
setelah melahirkan, menyusui setiap kali bayi mau, tidak menggunakan botol dan dot.
Menyusui sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah melahirkan. Bayi dan ibu
yang melakukan proses menyusui dalam 1 jam pertama setelah melahirkan memiliki
keberhasilan yang lebih besar dari mereka yang menundanya. Bayi baru lahir
sebaiknya disusui setiap 2-3 jam sampai bayi merasa puas. Menyusui minimal 5 menit
pada masing-masing payudara pada hari pertama setelah melahirkan dan semakin
meningkat frekuensinya setiap hari sehingga dapat meningkatkan produksi ASI
optimal. Waktu menyusui 20 menit pada masing-masing payudara cukup untuk bayi.
Tidak perlu membatasi waktu menyusui. Frekuensi menyusui yang sering dapat
meningkatkan produksi ASI, mencegah payudara nyeri dan sakit karena penumpukan
dan penggumpalan ASI, dan meminimalkan kemungkinan bayi menjadi kuning.
Jumlah ASI yang normal diproduksi pada akhir minggu pertama setelah melahirkan
adalah 550 ml per hari. Dalam 2-3 minggu, produksi ASI meningkat sampai 800 ml
per hari. Jumlah produksi ASI dapat mencapai 1,5-2 L per harinya. Jumlah produksi
ASI tergantung dari berapa banyak bayi menyusu. Semakin sering bayi menyusu,
semakin banyak hormon prolaktin dilepaskan, dan semakin banyak produksi ASI.
Menyusui dapat berkaitan dengan ketidaknyamanan pada payudara. Nyeri pada puting
dapat diberikan krim vaselin. Perubahan posisi menyusui untuk memutar titik stres
pada puting juga sebaiknya dilakukan. Sebaiknya bayi berhenti dahulu menghisap
puting sebelum mengangkatnya dari payudara.
Wanita yang menyusui membutuhkan 500-1000 kalori lebih banyak dari wanita yang
tidak menyusui. Wanita menyusui rentan terhadap kekurangan magnesium, vitamin
B6, folat, kalsium, dan seng. ASI tidak memiliki suplai zat besi yang cukup untuk bayi
prematur atau bayi berusia lebih dari 6 bulan. Karena itu suplementasi zat besi
sebaiknya diberikan pada ibu menyusui dengan bayi prematur. Nutrisi yang tidak
adekuat dan stres dapat menurunkan jumlah produksi ASI.
Terdapat berbagai posisi untuk menyusui namun posisi yang baik adalah dimana posisi
kepala dan badan bayi berada pada garis yang lurus sehingga bayi dapat menyusui
dengan nyaman. Selain itu posisi ibu pun harus nyaman. Cara menyusui yang benar
adalah :
1. Cobalah untuk menyangga punggung, bahu, dan leher bayi. Bayi
sebaiknya dapat menggerakkan kepalanya ke depan dan ke belakang dengan
mudah
2. Letakkan bayi dengan posisi hidungnya setara dengan puting sehingga
bayi akan melekat sempurna dengan payudara
3. Tunggu sampai bayi membuka mulut lebar dengan lidah di bawah, ibu
dapat membuat bayi dalam posisi ini dengan merangsang bibir bagian atas bayi
dengan jari ibu
4. Bayi anda akan mendekatkan kepalanya ke payudara dengan dahi terlebih
dahulu
5. Bayi akan membuka mulutnya lebar untuk mencakup putting dan
lingkaran gelap di sekitar puting, puting ibu sebaiknya berada pada langit-langit
mulut bayi
6. Untuk merangsang bayi melepaskan mulutnya dari puting, dengan lembut
letakkan ujung jari ibu pada sudut mulut bayi dan bayi akan secara otomatis
membuka mulutnya. Jangan menarik secara paksa karena akan menimbulkan
luka pada putting
2. Keuntungan Menyusui bagi Bayi
ASI menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein, mineral, air,
lemak, serta laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1
bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama,
dan 1/3 nutrisi atau lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan
terhadap infeksi dan penyembuhan yang lebih cepat dari infeksi. Imunoglobulin A
terdapat dalam jumlah yang banyak di dalam kolostrum sehingga memberikan bayi
tersebut kekebalan tubuh pasif terhadap infeksi. Terdapat faktor bifidus di dalam air
susu ibu yang menyebabkan pertumbuhan dari Lactobacillus bifidus yang dapat
menurunkan kumpulan bakteri patogen (menyebabkan penyakit pada manusia)
penyebab diare.
Berdasarkan penelitian di negara maju, ASI dapat menurunkan angka infeksi saluran
pernapasan bawah, otitis media (infeksi pada telinga tengah), meningitis bakteri
(radang selaput otak), infeksi saluran kemih, diare, dan necrotizing enterocolitis.
Karena protein yang terdapat pada ASI adalah protein yang spesifik untuk manusia,
maka pengenalan lebih lama terhadap protein asing atau protein lain yang terdapat di
dalam susu formula, dapat mengurangi dan memperlambat terjadinya alergi.
3. Keuntungan bagi Ibu
Hormon oksitosin dilepaskan selama menyusui yang menyebabkan peningkatan
kontraksi rahim, mencegah involusi rahim, dan menurunkan angka kejadian
perdarahan setelah melahirkan. Wanita yang menyusui, menurunkan angka kejadian
kanker indung telur dan kanker payudara setelah menopause sesuai dengan lamanya
waktu dia menyusui. Wanita yang menyusui juga dapat mengurangi angka kejadian
osteoporosis dan patah tulang panggul setelah menopause, serta menurunkan kejadian
obesitas karena kehamilan. Meyusui dapat menciptakan ikatan antara ibu dengan bayi
yang juga dapat mengurangi biaya dibandingkan dengan pemakaian susu formula.
Menyusui memperlambat ovulasi (keluar dan matangnya sel telur) setelah melahirkan
sehingga menjadi suatu bentuk KB alamiah.
4. Tanda bahwa bayi menyusu dengan benar
· Mulut bayi seluruhnya tertangkup di puting dan payudara
· Dahi bayi menyentuh payudara
· Payudara tidak nyeri ketika disusui
· Apabila ibu dapat melihat daerah gelap di sekitar payudaranya, maka ibu
seharusnya melihat daerah gelap tersebut lebih banyak di atas bibir bayi bagian atas
dibandingkan bibir bagian bawah
· Pipi bayi tidak tertekan atau tetap pada posisinya
· Bayi anda secara teratur menghisap dan menelan ASI, normal apabila sesekali
bayi berhenti
· Apabila bayi sudah selesai menyusu maka dia akan melepaskan puting dengan
sendirinya
5. Tanda bahwa bayi mendapatkan ASI dalam jumlah cukup adalah :
· Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
· Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu pertama (100-200
g setiap minggu)
· Puting dan payudara ibu tidak luka
· Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil minimal 6-8 kali sehari
dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari
· Apabila bayi selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi
dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap
harinya.
6. Hal yang Harus Diperhatikan ketika Menyusui
Beberapa hal yang membuat menyusui tidak diperkenankan adalah :
· Ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang atau alkohol dalam jumlah
berlebihan
· Bayi dengan galaktosemia
· Ibu dengan penyakit HIV/AIDS
· Ibu dengan penyakit Tuberkulosis (TBC) yang tidak diobati dan masih aktif.
Wanita tersebut dapat memberikan ASI kepada bayinya apabila pengobatannya
sudah menujukkan keberhasilan terapi
· Ibu dengan penyakit varisela (cacar). Apabila bayi sudah diberikan
Imunoglobulin virus varisela zoster, maka bayi tersebut dapat disusui apabila
tidak terdapat luka di puting. Dalam waktu 5 hari setelah lenting-lenting muncul,
antibodi ibu dibentuk, dan menyusui pada saat ini dapat memberikan kekebalan
pasif bagi bayi
· Herpes yang aktif pada payudara
7. Menyusui dapat dilakukan pada keadaan :
· Infeksi Cytomegalovirus (CMV) bawaan atau didapat pada bayi yang sehat.
Bayi tersebut sebaiknya disusui karena ASI mengandung antibody
· Ibu dengan penyakit Hepatitis B, apabila bayi sudah diberikan Imunoglobulin
Hepatitis B serta vaksin Hepatitis B (wanita dengan Hepatitis B yang sedang
aktif sebaiknya tidak menyusui)
· Ibu dengan penyakit Hepatitis A, apabila bayi sudah menerima Imunoglobulin
Hepatitis A serta vaksin Hepatitis A
· Masih merupakan kontroversi wanita dengan Hepatitis C dapat menyusui atau
tidak
8. Obat-obatan selama Menyusui
Penggunaan obat-obatan antikanker, tirotoksik, dan obat imunosupresan (penurun
kekebalan tubuh) tidak diperbolehkan selama menyusui. Menyusui dapat dilanjutkan
apabila ibu sedang dalam terapi antibiotik. Meskipun obat antikejang yang diminum
oleh ibu terdapat juga di dalam ASI, namun obat ini tidak perlu dihentikan kecuali bayi
mengalami sedasi.
9. Kontrasepsi selama Menyusui
Pada wanita yang tidak menyusui, waktu rata-rata ovulasi berikutnya adalah 45 hari
setelah wanita tersebut melahirkan (jangka waktu 25-72 hari). Pada wanita menyusui,
waktu rata-rata ovulasi berikutnya adalah 190 hari.
a. Metode Amenorea Laktasi. Metode ini dapat menyediakan proteksi
sebesar 95-99% dalam waktu 6 bulan setelah melahirkan apabila
persyaratannya dipenuhi. Menyusui setiap 4 jam di siang hari, dan setiap 6 jam
di malam hari. Makanan tambahan untuk bayi hanya 5-10% dari total
b. Metode nonhormonal. Dapat dengan menggunakan kondom, spiral, atau
sterilisasi
c. Kontrasepsi Progestin (minipil, suntik, susuk). Kontrasepsi progestin
tidak mengganggu kualitas dari ASI dan bahkan dapat meningkatkan jumlah
dari ASI. Merupakan metode kontrasepsi pilihan bagi wanita menyusui.
Direkomendasikan oleh ACOG penggunaan pil progestin 2-3 minggu setelah
melahirkan, suntikan dan susuk 6 minggu setelah melahirkan. Harus diingat
mengenai penurunan efektivitas dari kontrasepsi progestin pil apabila tidak
diminum di waktu yang sama setiap harinya
d. Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron. Kontrasepsi kombinasi
dapat menurunkan kualitas dan kuantitas dari ASI. WHO menganjurkan
penggunaan pil ini minimal 6 bulan setelah melahirkan
10. Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang menyusui.
Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan. Mastitis ditandai dengan
nyeri pada payudara, kemerahan, area payudara yang membengkak, demam,
menggigil, dan lemah. Penyebabnya adalah infeksi Stafilokokus aureus. Mastitis
ditangani dengan pemberian antibiotika.

D. Problema Ibu Menyusui Dan Penanganannya


1. Putting susu datar/tertarik kedalam (Inverted Nipple) Penanganannya:
Dengan pengurutan putting susu, posisi putting susu ini akan menonjol keluar seperti
keadaan normal. Jika dengan pengurutan posisinya tidak menonjol, usaha selanjutnya
adalah dengan memakai Breast Shield atau dengan pompa payudara (Breast Pump).
Jika dengan cara-cara tersebut diatas tidka berhasil (ini merupakan True Inverted
Nipple) maka usaha koreksi selanjutnya adalah dengan tindakan pembedahan
(operatif).
2. Putting susu lecet (Abraded and or cracked nipple) Penyebabnya:
· Tehnik menyusui yang kurang tepat.
· Pembengkakan payudara
· Iritasi dari bahan kimia, misalnya sabun
· Moniliasis (infeksi jamur)
Penanganan:
· Posisi bayi sewaktu menyusu harus baik
· Hindari pembengkakan payudara dengan lebih seringnya bayi disusui, atau
mengeluarkan air susu dengan urutan (massage)
· Payudara dianginkan di udara terbuka
· Putting susu diolesi dengan lanolin
· Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin.
· Untuk mengurangi rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet analgetika.
3. Pembengkakan payudara (Engorgement)
Penyebab:
Pengeluaran air susu tidak lancar oleh karena putting susu jarang diisap.
Penanganan:
· payudara dikompres dengan air hangat
· payudara diurut sehingga air susu mengalir keluar, atu dengan pompa payudara.
· Bayi disusui lebih sering
· Untuk menghilangkan rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet analgetika
4. Saluran air susu tersumbat (Obstructed Duct)
Penyebab:
1. Air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran. Hal ini terjadi
sebagai akibat air susu jarang dikeluarkan.
2. Adanya penekanan saluran air susu dari luar.
Penanganan:
· Payudara dikompres dengan air hangat, setelah itu bayi disusui
· Payudara siurut (massage), setelah itu bayi disusui
· Bayi disusui lebih sering
· Bayi disusui mulai dengan payudara yang salurannya tersumbat.
5. Mastitis (peradangan payudara)
Penyebab:
Umumnya didahului dengan: putting susu lecet, saluran air susu tersumbat atau
pembengkakan payudara.
Penanganan:
· Payudara dikompres dengan air hangat
· Untuk mengurangi rasa sakit diberi pengobatan dengan tablet analgetika
· Untuk mengatasi infeksi diberi pengobatan dengan antibiotika.
· Bayi disusui mulai dengan payudara yang mengalami peradangan, dan ibu
jangan dianjurkan menghentikan menyusui bayinya.
· Istirahat yang cukup.]
6. Sekresi dan pengeluaran air susu kurang
Penyebabnya:
· Isapan pada putting susu jarang, atau diisap terlalu singkat
· Metode isapan bayi kurang efektif
· Bayi sudah mendapat makanan tambahan hingga keinginan untuk menyusu
berkurang.
· Nutrisi (makanan) ibu kurang sempurna
· Adanya hambatan atas let’s down reflex, misalnya oleh karena stress atu cemas
· Obat-obatan yang menghambat sekresi air susu
· Kelainan hormonal
· Kelainan parenchym payudara.
7. Abses payudara
Penyebab: Infeksi bakterial, khususnya staphylococcus virulent
Penanganan:
· Kultur pus atau sekresi dari putting susu, untuk menentukan antibiotika yang
ampuh
· Pus dikeluarkan dengan pompa payudara.
· Atau kalau ada indikasi untuk tindakan operatif, dibuat pengeluaran (drainage)
pus
· Jika penyebabnya bukan bakteri virulent, bayi dapat diberi air susu ibunya asal
saja si ibu sudah diberi antiobiotika 12 jam sebelumnya
· Ibu dengan keadaan penyakitnya berat dan keadaan umum tidak baik, bayi diberi
ASI donor.
8. Tumor Payudara
Tumor payudara yang dijumpai pada masa laktasi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
biopsi tanpa menghentikan laktasi. Dari pemeriksaan patologi sediaan biopsi ini, sikap
tentang laktasi diputuskan. Laktasi dapat dilanjutkan jika tumor jinak, kemudian tumor
dieksterpasi (dibuang).Jika ibu mendesak untuk segera dilakukan ekstirpasi, maka
permintaan ini dikabulkan tanpa menghentikan laktasi. Jika ternyata jenis tumor ganas
(kanker), maka laktasi segera dihentikan (bayi disapih). Kanker payudara lebih sering
dijumpai pada kelompok ibu yang tidakmenyusui bayinya dibandingkan dengan
kelompok ibu yang menyusui bayi.
9. Ibu menderita hepatitis atau pembawa kuman (carrier)
Ibu yang darahnya mengandung hepatitis B antigen dapat menularkannya ke bayi
semasa hamil (transplacental), pada waktu persalinan, dan akibat hubungan (kontak)
yang berlangsung lama antara ibu-bayi. Penularan dari ibu kepada bayi ini dikenal
dengan istilah “Vertical Transmission”. Beberapa peneliti melaporkan bahwa air susu
penderita Hepatitis B mengandung hepatitis B antigen, tetapi penularan melalui ASI
belum dapat dipastikan. Bayi yang lahir harus diberi Hepatitis B immunoglobulin. Ibu
yang dalam keadaan infeksi aktif tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya.
10. Herpes
Ibu yang mendapat infeksi CMV dapat menularkannya melalui ASI. Untuk mencegah
penularan, laktai dihentikan.
11. Persalinan operatif (seksio sesarea)
Seksio sesarea tanpa komplikasi berat, ibu dapat menyusui bayinya 12 jam pasca
persalinan. Sebaiknya obat-obatan untuk si ibu diberikan setelah bayi disusui. Bayi
yang dilahirkan dengan seksio sasarea dan belum dapat disusui, ASI harus dipompa
dan diberikan kepada bayinya dengan menggunakan sendok teh.
12. Toksemia
Persalinan pada ibu yang menderita pre eklampsia/eklampsia yang masih mendapat
pengobatan diuretik, antihipertensi ataupun sedativa, sebaiknya bayi jangan diberi ASI.
ASI dipompa dan dibuang, dan bayi diberi air susu ibu dari donor. Setelah kondisi ibu
pulih dan obat-obatan dihentikan, ibu dianjurkan menyusui bayinya.
13. Tuberkulosis
Ibu yang menderita TBC boleh menyusui bayinya. Si Ibu diberi pengobatan dan bayi
diberi INH atau divaksinasi dengan BCG dari jenis INH resistant straint. Ibu yang
menderita TBC payudara TBC payudara tidka dianjurkan menyusui bayinya.
14. Lepra Ibu penderita lepra dibolehkan menyusui bayinya. Ibu dan bayi
berhubungan hanya waktu menyusui, setelah selesai, dipisah kembali. Ibu dan bayi
diberi pengobatan oral diaminodiphenyl sulfone.
15. Diare oleh sebab infeksi bacterial Ibu yang menderita diare oleh bakteri boleh
menyusui bayinya setelah lebih dahulu si Ibu diberi pengobatan.
16. Diabetes mellitus
Penderita diabetes mellitus dibolehkan menyusui bayinya.
17. Hypertyroidisme
Ibu penderita hypertyroidisme boleh menyusui bayinya, asal saja kadar T4 dan TSH
dalam darah bayi diukur secara berkala.
18. Psikosis
Ibu yang menderita psikosis tidak dianjurkan menyusui bayinya oleh karena
dikhawatirkan bayi mendapat perlakuan buruk.
19. Ibu bekerja
Penyebab utama penyapihan bayi adalah ibu yang aktif bekerja. Sebaiknya diberi
kesempatan pada si Ibu untuk menyusui bayinya ditempat ia bekerja.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hamil adalah sebuah proses yang diawali dengan keluarnya sel telur yangmatang
pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanyamenyatu
membentuk sel yang akan bertumbuh .
Dari uraian diatas kita tahu bahwa, bila ditinjau menurut ilmu kesehatan
khususnya ilmu kebidanan yang mempelajari tentang bagaimana proses pertama
kehamilan sampai bayi lahir bahwa kadang kala sang ibu mengambil tindakan yang
kurang tepat dalam merawat bayinya baik masih dalam kandungan maupun setelah
melahirkan. Jadi makalah ini membahas tentang bagaimana cara sang ibu merawat
bayinya, merawat dirinya demi kesehatan sang bayi.
Pada saat menyusui sangat dilarang untuk memberikan susu selain ASI kepada
sang bayi. Karena ASI sangat baik untuk kesehatan sang bayi, kecuali disebabkan oleh
hal seperti sakitnya sang ibu yang ASI nya tidak bisa di minum oleh bayinya.

B. Saran
Semua keberhasilan program harus didukung oleh kemauan dan adanya
pengetahuan ibu, petugas kesehatan, dan kelonggaran dari instansi tempat bekerja bagi
ibu yang bekerja. Problematika yang timbul harus diatasi bersama dalam rangka
mendapatkan generasi mendatang yang sempurna fisik dan mental.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Lawrence, R.A.: Breast feeding. A guide for the medical profession. Second Edition.
The CV Mosby Company, Toronto, 1985.
Brinch, J.:Menyusui bayi dengan baik dan berhasil. Ayah Bunda, gaya Favorit Press.
Roberte, W., Vermeersch, Williams (Editor): Nutrition and lactation. Third Edition.
Times Mirror Mosby College Publishing, Toronto, 1985
MAKALAH

PRAKTEK FARMASETIKA
“Ibu Hamil dan Menyusui”

OLEH :

KELOMPOK : 3 (tiga) / G

ANGGOTA : 1. Kurniawan (20144204A)

2. Willy Derizqi B,S (20144229A)

3. Rio Rahayu (20144232A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2017

Anda mungkin juga menyukai