Makalah Bu Meta
Makalah Bu Meta
“HIPERTENSI EMERGENSI”
KELOMPOK 2
TEORI 4 - G
Disusun oleh :
I. DASAR TEORI
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis di mana tekanan
darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat. Kondisi ini
dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena jarang memiliki gejala yang
jelas. Satu-satunya cara mengetahui apakah Anda memiliki hipertensi adalah
dengan mengukur tekanan darah. Hipertensi bila tidak diobati dengan baik, maka
akan menyebabkan beberapa komplikasi penyakit, serebrovaskuler salah satunya.
Penyakit serebrovaskuler merupakan penyakit yang timbul dari keparahan
hipertensi, biasanya pasien akan mengalami rasa nyeri parah pada kepala.
Epidemiologi
Penyakit serebrovaskular termasuk di dalamnya beberapa kelainan yang
paling sering terjadi dan paling fatal yaitu: stroke iskemik, stroke hemoragik,dan
kelainan serebrovaskular seperti aneurisma intrakranial dan malformasi
arteriovenous. Penyakit-penyakit tersebut menyebabkan sekitar 200.000
kematian setiap tahun di Amerika Serikat dan penyebab utama dari
kecacatan.Insidensi penyakit serebrovaskular meningkat seiring dengan
bertambah tua usia, dan jumlah kejadian stroke terpantau meningkat seiring
dengan bertambahnya penduduk usia tua. Kebanyakan penyakit serebrovaskular
bermanifestasi sebagai defisit neurologi fokal dengan onset yang sangat cepat
(Smith et al., 2012).
Klasifikasi
Klasifikasi keparahan hipertensi meliputi 2 kondisi:
A) Hipertensi emergensi (krisis) adalah peningkatan tekanan darah mencapai
>180/120 dengan disertai adanya keterlibatan kerusakan organ. Contoh organ
yang terlibat diantaranya otak, mata, jantung dan ginjal.
B) Hipertensi urgensi adalah peningkatan tekanan darah mencapai >180/120
namun tanpa disertai adanya keterlibatan kerusakan organ.
.
BAB II
II. PATOFISIOLOGI
Penyakit serebrovaskular (CVD) terjadi ketika arus ke arteri otak tertutup
secara tiba-tiba dan akhirnya aliran darah ke otak terhenti. Tanpa oksigen,
jaringan otak akan mati dalam beberapa menit, yang dapat menyebabkan
perubahan organik dalam bahasa dan gerakan lengan dan kaki.
Etiologi dan Faktor Resiko
Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular, berupa disfungsi
endotel, remodeling, dan arterial striffness. Namun faktor penyebab hipertensi
emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami. Diduga karena terjadinya
peningkatan tekanan darah secara cepat disertai peningkatan resistensi vaskular.
Peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan menyebabkan jejas endotel
dan nekrosis fibrinoid arteriol sehingga membuat kerusakan vaskular, deposisi
platelet, fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi.
Faktor resiko
Hipertensi
Hipertensi didefinisikan tekanan darah persistem dimana tekanan darah sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Sedangkan pada lansia
dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya 160/90 mmHg. Hipertensi
dapat mengakibatkan stroke khususnya stroke hemogarik (perdarahan) akibat
tekanan yang kuat kepembuluh darah. Tekanan darah yang tinggi bisa diakibatkan
oleh diameter pembuluh darah yang kurang elastis atau adanya sumbatan berupa
thrombus dan emboli (Brunner & Suddarth 2002).
Merokok
Berbagai penelitian menghubungkan kebiasaan merokok dengan peningkatan
resiko penyakit pembuluh darah (termasuk stroke). Merokok memacu peningkatan
kekentalan darah, pengerasan dinding pembuluh darah, dan penimbunan plak di
dinding pembuluh darah.
Obesitas
Seseorang dengan berat badan berlebih memiliki resiko yang tinggi untuk
menderita stroke. Kurukulasuriya, atal (2006) mengatakan bahwa seseorang
disebut mengalami obesitas jika indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 30 kg/m2.
Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa seseorang dengan indeks massa tubuh ≥
30 kg/m2 memiliki resiko stroke 2,4 kali dibanding yang memiliki indeks massa
tubuh < 30 kg/m2. Seseorang yang mengalami obesitas akan memicu terjadinya
thrombosis, penyakit arteri koroner, dan meningkatkan resiko stroke.
Dislipidemia
Banyak penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kolestrol darah yang
tinggi dapat meningkatkan resiko stroke. Penelitian Amerenco, dkk (2006) pada
492 pasien stroke iskemik (sumbatan) menunjukkan bahwa kadar kolestrol LDL
(kolestrol jahat) dan kolestrol total yang tinggi meningkatkan resiko stroke sampai
dua kali lipat.
Tanda dan Gejala
a) Tekanan darah sistolik (TDS) > 180 mmHg dan tekanan darah diastolik
(TDD) > 120 mmHg
b) Gangguan penglihatan
c) Edema pada ekstremitas
d) Penurunan kesadaran
e) Sakit kepala
f) Mual/muntah
g) Nyeri dada
h) Sesak napas
i) Kencing sedikit/berbusa
j) Nyeri seperti disayat pada abdomen
Manifestasi Klinik
V. STRATEGI TERAPI
Terapi Non Farmakologi
terapi terhadap perilaku pasien, pasien harus dinilai secara berkala setiap 6
bulan. Pemeriksaan kognisi, fungsi secara global dan perilaku harus dilakukan
berkala. Penilaian keluarga terhadap kondisi pasien baik saat sebelum mulai
terapi dan saat follow up harus diperhatikan.
Terapi Farmakologi
Terapi hipertensi emergensi harus disesuaikan setiap individu
tergantung pada kerusakan organ target. Manajemen tekanan darah dilakukan
dengan obat-obatan parenteral secara tepat dan cepat. Pasien harus berada di
dalam ruangan ICU agar monitoring tekanan darah bisa dikontrol dan dengan
pemantauan yang tepat. Tingkat ideal penurunan tekanan darah masih belum
jelas, tetapi penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) 10% selama 1 jam awal
dan 15% pada 2-3 jam berikutnya. Penurunan tekanan darah secara cepat dan
berlebihan akan mengakibatkan jantung dan pembuluh darah orak mengalami
hipoperfusi.
Penatalaksanaan khusus untuk hipertensi emergensi
Neurologic emergency
Kegawatdaruratan neurologi sering terjadi pada hipertensi emergensi
seperti hypertensive encephalopathy, perdarahan intrakranial dan stroke
iskemik akut. American Heart Association merekomendasikan penurunan
tekanan darah > 180/105 mmHg pada hipertensi dengan perdarahan intrakranial
dan MAP harus dipertahankan di bawah 130 mmHg. Pada pasien dengan stroke
iskemik tekanan darah harus dipantau secara hati-hati 1-2 jam awal untuk
menentukan apakah tekanan darah akan menurun secara sepontan. Secara terus-
menerus MAP dipertahankan > 130 mmHg.
Cardiac emergency
Kegawatdaruratan yang utama pada jantung seperti iskemik akut pada
otot jantung, edema paru dan diseksi aorta. Pasien dengan hipertensi emergensi
yang melibatkan iskemik pada otot jantung dapat diberikan terapi dengan
nitroglycerin. Pada studi yang telah dilakukan, bahwa nitroglycerin terbukti
dapat meningkatkan aliran darah pada arteri koroner. Pada keadaan diseksi
aorta akut pemberian obat-obatan β-blocker (labetalol dan esmolol) secara IV
dapat diberikan pada terapi awal, kemudian dapat dilanjutkan dengan obat-
obatan vasodilatasi seperti nitroprusside. Obat-obatan tersebut dapat
menurunkan tekanan darah sampai target tekanan darah yang diinginkan (TD
sistolik > 120mmHg) dalam waktu 20 menit.
Kidney Failure.
Acute kidney injury bisa disebabkan oleh atau merupakan konsekuensi
dari hipertensi emergensi. Acute kidney injury ditandai dengan proteinuria,
hematuria, oligouria dan atau anuria. Terapi yang diberikan masih kontroversi,
namun nitroprusside IV telah digunakan secara luas namun nitroprusside
sendiri dapat menyebabkan keracunan sianida atau tiosianat. Pemberian
fenoldopam secara parenteral dapat menghindari potensi keracunan sianida
akibat dari pemberian nitroprussidedalam terapi gagal ginjal.
Hyperadrenergic states.
Hipertensi emergensi dapat disebabkan karena pengaruh obat-obatan seperti
katekolamin, klonidin dan penghambat monoamin oksidase. Pasien dengan
kelebihan zat-zat katekolamin seperti pheochromocytoma, kokain atau
amphetamine dapat menyebabkan over dosis. Penghambat monoamin oksidase
dapat mencetuskan timbulnya hipertensi atau klonidin yang dapat menimbukan
sindrom withdrawal. Pada orang-orang dengan kelebihan zat
seperti pheochromocytoma, tekanan darah dapat dikontrol dengan pemberian
sodium nitroprusside (vasodilator arteri) atau phentolamine IV (ganglion-
blocking agent). Golongan β-blockers dapat diberikan sebagai tambahan sampai
tekanan darah yang diinginkan tercapai. Hipertensi yang dicetuskan oleh
klonidinterapi yang terbaik adalah dengan memberikan kembali klonidin
sebagaidosis inisial dan dengan penambahan obat-obatan anti hipertensi yang
telah dijelaskan di atas.
VI. PENYELESAIAN KASUS
A. Analisis kasus : SOAP
Subyek
1. Data diri
Nama : H.E
Umur : 53 thn
Jenis kelamin : Wanita
Alamat :-
Ras :-
Pekerjaan : -
Sosial :-
No Rek Medik :-
Dokter yg merawat : -
2. Riwayat penyakit: Riwayat medisnya meliputi asma exertional, hipertensi
yang tidak terkontrol dengan baik (HTN), dan hiperlipidemia
3. Riwayat keluarga :-
4. Riwayat Alergi :-
5. Riwayat Sosial :-
6. Tanda dan keluhan umum
Subjek Objek
Sakit kepala berat TD: 220/100 mmHg
Nadi: 65 kali/menit
objek
Pemeriksaan Nilai normal Hasil Keterangan
pemeriksaan
TD 120/80 mmHg 220/100 Hipertensi
mmHg
Nadi 70-80 kali/menit 65 Rendah
kali/menit
Assesment
Problem Subyek objek Terapi DRP Analisis
Hipertensi 1. Subyek Klonidin (gol. Obat tidak Penggunaan
diminum
emergensi Sakit kepala Kerja sentral) klonidin pada
teratur
berat
pasien kurang
2. Obyek tepat.
TD: 220/100
mmHg
Nadi: 65
kali/menit
C. KIE
Memberikan informasi tentang obat yang diberikan
Memberitahu efek samping obat yang mungkin terjadi
Memberitahukan cara penggunaan obat
Mengingatkan pasien untuk teratur minum obat, dan memberi tahu dampak
tidak minum obat
VIII. KESIMPULAN
Dari indintifikasi kasus di atas maka pasien dinyatakan menderita hipertensi
emergensi karena peningkatan tekanan darah mencapai >180/120 dengan disertai
adanya keterlibatan kerusakan organ, yaitu serebrovaskuler. Pengobatan pasien
berdasarkan JNC 7 menggunakan obat golongan CCB(Calcium Channel Blocker)
yaitu Nicardipine 20-40 mg 3 x sehari, pemberian sampai TD turun ± 160/100
kalau bisa sampai optimal 120/80. Untuk terapi asma diberikan salbutamol tiap 4-
8 jam/hari, dan untuk terapi hiperlipidemia diberikan sivastatin 1xsehari.
Monitoring terhadap pasien meliputi tekanan darah pasien dan kondisi pasien
setelah melaksanakan terapi. Konseling terhadap pasien terutama terhadap
kepatuhan pasien untuk mengonsumsi obat yang diberikan.