Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCULOSIS PARU (TB PARU)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis yang ditemukan oleh Robert Koch (1882).
Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium africanum dan Mycobacterium
bovuis adalah berasal dari manusia dan penyebab penyakit manusia.
Sedangkan Mycobacterium bovuis berasal dari lembu/sapi dalam susunan
taksonomi Mycobacterium Tuberculosis termasuk dalam Ordo
Actinomycetales dan Familia Microbacteriacea, kuman Mycobacterium
bersifat tahan asam, Strong dan Kubica menyatakan bahwa droplet nuclei
berukuran 5 mikron paling berbahaya. Dalam percobaan pada binatang
terhadap penderita silicosis menunjukkan droplet nuclei yang dapat melalui
bronkhiolus berukuran 2-3 mikron.

Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru


yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Mikrobakteria ini bersifat
aerob, berbentuk batang (panjang 1-4 mikron, diameter 0,3-0,6 mikron).
Sebagian besar kuman ini terdiri asam lemak (dinding selnya kaya akan lipid
dan lapisan tebal peptilogtikan yang mengandung arabinogalaktan,
lipoarabinomanan dan asam mikolat) yang membuatnya tahan terhadap asam
dan gangguan kimia maupun fisika, oleh karena itu dinamakan bakteri tahan
asam atau Basil Tahan Asam (Price et al, 2006).

2. Etiologi
Mycobacterium Tuberculosis
3. Patofisiologi
Sumber penularan adalah klien yang dahaknya mengandung kuman
tuberculosis. Pada waktu batuk atau bersin, klien menyebarkan kumanke
udara dalam bentuk percikan dahak.sekali batuk dapat menyebarkan sekitar
3.500 kuman dan ketika bersin menyebarkan 4.500 – 1.000.000 kuman yang
terkandung dalam percikan dahaknya.

Penularan terjadi melalui percikan darah (droplet) yang dapat bertahan


selama beberapa jam dalam ruangan yang tidak terkena cahayasinar matahari
dan dalam keadaan lembam. Semakin banyak kuman yang ditemukan dalam
tubuh klien berarti semakin besar kemungkinan penularan kepada orang lain.

Kuman masuk kedalam tubuh manusia kebanyakan melalui udara (air bone)
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman basil tuberculosis dari
orang yang terinfeksi (Price, Sylvia 1995:45).

Menurut Depkes RI (1999:78), tuberculosis adalah suatu penyakit menular


yang sebagian besar disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis.
Kuman tersebut biasanyamasuk kedalam tubuh manusia melalui udara
pernapasan kedalam paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya.
Pathway

Mycobacterium TBC

Masuk jalan napas

Tinggal di Alveoli

Tanpa infeksi Inflamasi disebar oleh limfe

Fibrosis Timbul jaringan ikat sifat


elastik & tebal
- Batuk Kalsifikasi
- Spuntum purulen Alaveolus tidak
- Hemoptisis Exudasi kembali saat ekspirasi
- BB menurun
Nekrosis/perkejuan Gas tidak dapat
berdifusi dengan baik.
Kavitasi
Sesak
Kuman

Infeksi primer

Sembuh total Sembuh dgn. Sarang Komplikasi


ghon - Menyebar ke seluruh
tubuh scr. Bronkhogen,
limphogen, hematogen

Infeksi post primer Kuman dormant


Muncul bertahun kemudian

Diresorpsi kembali/ Membentuk jaringan keju Sarang meluas sembuh


sembuh jika dibatukkan dengan jaringan fibrotik
membentuk kavitas

Kavitas meluas Memadat & membungkus diri Bersih & menyembuh


membentuk sarang tuberkuloma

4. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes RI (1999:78) tanda dan gejala yang paling umum pada
penderita TB Paru adalah:
a. Batuk yang terus menerus dan berdahak selama 3 mingguatau lebih
b. Mengeluarkan dahak bercampur darah (haemaptosis), sesak nafas dan rasa
nyeri pada dada.
c. Lemah badan, kehilangan napsu makan dan berat badan turun, rasa kurang
enak badan (malaise), berkeringat malam tanpa disertai kegiatan dan
demam meriang lebih dari satu bulan.

5. Diagnosis Tuberkulosis Paru


Diagnosis tuberculosis paru ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, radilogi dan penunjang lainnya.
a. Gejala Tuberkulosis Paru
Gejala respiratorik yaitu batuk selama 2 minggu atau lebih, berdahak,
batuk darah, nyeri dada, dan sesak nafas. Gejala sistemik yaitu demam,
malaise, nafsu makan menurun, berat badan turun dan berkeringat malam
walaupun tidak melakukan kegiatan. Penderita dengan gejala tersebut
dianggap sebagai curiga tuberculosis paru dan harus diperiksakan
dahaknya. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali (sore-sewaktu-pagi/SSP).
b. Pemeriksaan fisik
Tanda fisik penderita tuberculosis tidak khas, tidak dapat membantu
membedakan tuberculosis dengan penyakit paru lainnya. Tanda fisik
tergantung pada lokasi dan luasnya kelainan struktur paru. Dapat
ditemukan tanda-tanda antara lain suara napas bronchial, amforik, ronchi
basah.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dahak untuk menemukan basil tahan sam merupakan
pemeriksaan yang harus dilakukan pada seorang penderita yang dicurigai
tuberculosis. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali (sewaktu-pagi-
sewaktu/SPS), dengan pewarnaan Ziehl-Nielsen atau Kinyoun Gabbet.
Diagnosis tuberculosis paru ditegakkan dengan menemukan hapusan
sputum secara mikroskopis.
d. Foto Thoraks
Pada kasus dimana pemeriksaan sputum SPS positif/BTA (+) foto toraks
tidak diperlukan lagi. Namun bila BTA (-) namun dtemukan gejala yang
dicurigai tuberculosis, maka diperlukan foto toraks untuk menegakkan
diagnose tuberculosis paru.
Penegakan diagnosis tuberculosis dapat diilustrasikan sebagai berikut.

Semua pasien yang diduga menderita tuberculosis paru

Dahak untuk pemeriksaan mikroskopik

Tiga kali sediaan negative

Antibiotik spectrum luas (tidak termasuk obat anti TB dan


fluorokuinolon

Tidak ada perbaikan


Perbaikan

Ulang pemeriksaan mikroskopik dahak

1 atau lebih sediaan apus positif Semua sediaan apus negatif

Foto toraks dan penilaian dokter

BUKAN TUBERKULOSIS
TUBERKULOSIS

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
1) Kelemahan umum dan kelelahan.
2) Napas pendek dengan pengerahan tenaga.
3) Sulit tidur dengan demam/keringat malam.
4) Mimpi buruk.
5) Takikardia, takipnea/dispnea.
6) Kelemahan otot, nyeri dan kaku.
b. Integritas Ego
1) Perasaan tak berdaya/putus asa.
2) Faktor stress: baru/lama.
3) Perasaan butuh pertolongan.
4) Denial.
5) Cemas, iritable.
c. Makanan/Cairan
1) Kehilangan napsu makan.
2) Ketidaksanggupan mencerna.
3) Kehilangan BB.
4) Turgor kulit buruk, kering, kelemahan otot, lemak subkutan tipis.
d. Nyaman/nyeri
1) Nyeri dada saat batuk.
2) Memegang area yang sakit.
3) Perilaku distraksi.
e. Pernapasan
1) Batuk (produktif/non produktif).
2) Napas pendek.
3) Riwayat tuberculosis.
4) Peningkatan jumlah pernapasan.
5) Gerakan pernapasan asimetri.
6) Perkusi : Dullness, penurunan fremitus pleura terisi cairan).
7) Suara napas : Ronkhi.
8) Spuntum : hijau/purulen, kekuningan, pink.
f. Kemanan/Keselamatan
1) Adanya kondisi imunosupresi : kanker, AIDS, HIV positif.
2) Demam pada kondisi akut.
g. Interaksi Sosial
Perasaan terisolasi/ditolak.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang
kental/darah.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar-kapiler.
c. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia.
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan primer, penurunan geraan silia, stasis dari sekresi.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan
dengan infornmasi kurang/tidak akurat.

3. Intervensi
a. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang
kental/darah.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil:
1) Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan
pertukaran udara.
2) Mendemontrasikan batuk efektif.
3) Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.

Rencana Tindakan :
1) Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa
terdapat penumpukan sekret di saluran pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
2) Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif,
menyebabkan frustasi.
3) Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
4) Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frekuensi napas dan
meningkatkan ventilasi alveolar.
5) Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan,
keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan napas ke dua,
tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan
kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah
pengeluaran sekresi sekret.
6) Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk
klien.
7) Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan
1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
8) Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan
mencegah bau mulut.
9) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: dengan dokter, radiologi dan
fisioterapi, pemberian expectorant, pemberian antibiotika, konsul
photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan
menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran


alveolar-kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas efektif.
Kriteria hasil :
1) Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.

2) Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.

3) Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

Rencana tindakan :

1) Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala


tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk
sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan
ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
2) Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi
sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan
terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
3) Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk
menjamin keamanan.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
4) Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau
kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
5) Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan
menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat
dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
6) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: dengan dokter, radiologi dan
fisioterapi, pemberian antibiotika, pemeriksaan sputum dan kultur
sputum, konsul photo toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

c. Diagnosa Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil :
1) Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori.
2) Menu makanan yang disajikan habis.
3) Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema.

Rencana tindakan :

1) Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.


R/ Dengan membantu klien memahami kondisi dapat menurunkan
ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupetik.
2) Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
R/ Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
3) Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).
R/ Peningkatan tekanan intra abdomen dapat menurunkan/menekan
saluran GI dan menurunkan kapasitas.
4) Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum
dan sesudah makan.
R/ cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan napsu makan dan
masukan.
5) Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu
klien merasa paling suka untuk memakannya.
R/ Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah protein
dan kalori adekuat.
6) Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan makanan tinggi elemen berikut:
a) Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang).
b) Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging).
c) Thiamine (kacang-kacang, buncis, oranges).
d) Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan, sayuran hijau, kacang segar).

R/ Masukan vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi


penurunan metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan
jarinagn hepar.

7) Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien


yang cukup.
R/ Kemungkinan diperlukan suplemen tinggi protein, nutrisi
parenteral,total, atau makanan per sonde.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. 1999. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga Univercity Press.

Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2


Jakarta: EGC.

2000. Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC.

Doengoes, 1999. Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif., et all. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI:
Media Aescullapius.

Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Edisi 4 vol. 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai