Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS INDONESIA

KONDUKSI NEURAL DAN TRANSMISI SINAPS

REFERAT NEUROFISIOLOGI

Penyusun:
dr. Muhamad Aulia Rahman

Pembimbing:
Dr. dr. Wismaji Sadewo, SpBS(K)

DEPARTEMEN BEDAH SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO
2019
KONDUKSI NEURAL DAN TRANSMISI SINAPS

Potensial Membran Neuron

Potensial membran muncul karena adanya dua kekuatan yang saling berlawanan, yaitu
kekuatan yang muncul dari peristiwa difusi dan kekuatan dari tekanan elektrostatis.

1. Difusi
Peristiwa difusi dapat kita pahami melalui percobaan berikut; bila kita memasukkan
sesendok gula dalam segelas air, tanpa mengaduknya, maka dalam beberapa waktu gula akan
larut tetapi tetap akan berada dekat dengan dasar gelas. Bila larutan tersebut kita diamkan untuk
beberapa hari, maka molekul-molekul gula dalam larutan tersebut akan tersebar merata dalam
cairan meskipun tidak ada yang mengaduknya.

Dalam kondisi normal (tidak ada hambatan dalam peristiwa difusi), molekul-molekul akan
berdifusi dari bagian yang memiliki konsentrasi tinggi ke bagian yang memiliki konsentrasi
rendah.

2. Tekanan Elektrostatis
Bila kita mencairkan suatu substansi elektrolit dalam air, maka substansi tersebut akan
berpecah menjadi molekul-molekul (ion) yang mengandung muatan listrik yang saling
berlawanan. Ion positif disebut dengan cations dan ion negatif disebut dengan anions.

Partikel dengan muatan-muatan listrik yang sejenis akan saling tolak menolak, sedangkan
partikel dengan muatan-muatan listrik yang berlawanan akan saling tarik menarik. Tarikan yang
berulang-ulang antara cations dan anions ini disebut dengan tekanan elektrostatis.

Seperti halnya peristiwa difusi yang menggerakkan molekul dari konsentrasi yang tinggi
ke konsentrasi rendah, maka tekanan elektrostatis akan memindahkan cations dari daerah yang
berlebihan ion positif dan memindahkan anions dari daerah yang berlebihan ion negatif.
Berdasarkan pengetahuan tentang difusi dan tekanan elektrostatis, maka akan dimulai
usaha untuk memahami potensial listrik yang dimiliki oleh membran sel saraf yang berasal dari
cairan kimia pembawa ion-ion positif dan ion-ion negatif. Membran sel dikelilingi oleh ion-ion listrik
yang ditimbulkan oleh cairan-cairan kimia disekitarnya. Cairan bagian dalam
membran (intracellular fluid) terdiri dari:

 Ion Natrium (sodium), pembawa muatan positif (Na+)


 Ion Kalium (potassium), pembawa muatan positif (K+)
 Ion Klorida, pembawa muatan negatif (Cl-)
 Ion Protein/Organik, pembawa muatan negatif (An-)

Sedangkan cairan bagian luar membran (extracellular fluid) terdiri dari:

 Ion Natrium (sodium), pembawa muatan positif (Na+)


 Ion Kalium (potassium), pembawa muatan positif (K+)
 Ion Klorida, pembawa muatan negatif (Cl-)

Ion protein tidak terdapat di bagian luar membran karena partikelnya terlalu besar untuk
dapat melalui membran sel yang sifatnya semipermeable.

Membran potensial dihasilkan oleh keseimbangan antara difusi ion-ion positif dan negatif,
oleh karena itu kita pelu memahami konsentrasi ion-ion yang terdapat dalam intracellular fluid
maupun extracellular fluid.

Bila tidak ada stimulus yang diterima oleh saraf (membran berada dalam kondisi tenang),
ion K+ yang berada di dalam membran sel memiliki konsentrasi lebih tinggi, yaitu 30x jumlah ion
K+ yang berada di luar membran. Konsentrasi ion protein (An-) juga lebih tinggi konsentrasinya
di dalam membran sel. Dalam kondisi tenang tersebut, bagian luar sel memiliki konsentrasi ion
Cl- dan Na+ yang lebih tinggi, untuk ion Na+ konsentrasinya 10 kali lebih besar daripada jumlah
ion Na+ yang berada di dalam membran sel.
Dalam kondisi tenang, terdapat perbedaan potensial sebesar -70 mV (milivolt), hal
tersebut menunjukkan bahwa potensial listrik di dalam membran lebih rendah sekitar 70m V
daripada potensial listrik di luar membran. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka dalam kondisi
tenang, muatan positif memenuhi bagian luar membran sel, dan muatan negatif memenuhi
bagian dalam sel dengan kekuatan yang sarna besar sehingga tidak terjadi perbedaan potensial
(neuron berada dalam kondisi polarisasi).

Ion protein partikelnya terlalu besar untuk dapat melalui membran sel, sehingga ia akan
selalu tetap berada di dalam membran. Ion K+ terkonsentrasi di dalam membran tetapi peristiwa
difusi mendorongnya keluar (ke bagian yang konsentrasinya lebih rendah), tetapi bagian luar
membran bermuatan positif sehingga terjadi penolakan terhadap difusi ion K+keluar membran,
dengan kata lain tekanan elektrostatis menahan ion K+ untuk berdifusi keluar membran.

Ion klorida (Cn terkonsentrasi di bagian luar membran. Peristiwa difusi menekan ion Cl
untuk masuk ke dalam membran yang memiliki konsentrasi Cl- lebih rendah. tetapi bagian dalam
membran bermuatan negatif, sehingga ada tekanan elektrostatis yang menahan ion Cl- untuk
berdifusi ke dalam membran. Sehingga ada dua kekuatan sama besar yang saling
menyeimbangkan.

Ion natrium (Na+) juga banyak terkonsentrasi di bagian luar membran, ia juga terpengaruh
oleh peristiwa difusi, tetapi tidak seperti Cl-, Na+ tidak mampu ditahan oleh tekanan elektrostatis
karena bagian dalam sel yang bermuatan negatif akan saling tarik menarik dengan ion natrium
yang positif. Bila Na+ mampu untuk berdifusi ke dalam membran dan terdorong untuk masuk ke
dalam membran karena tekanan elektrostatis, lalu mengapa konsentrasi Na+ di luar membran
tetap lebih tinggi?

Penjelasan dapat dilakukan melalui peristiwa pemompaan sodium-potassium. Peristiwa


pemompaan sodium potassium dimulai dari dinding membran yang pemiable terhadap Na+.
Tetapi pada saat yang sarna, kekuatan dari pemompaan sodium-potassium akan memompa Na+
keluar dan menukar Na+ yang keluar dengan K+ yang masuk dengan perbandingan 3 banding
2. Yaitu setiap 3 ion sodium (Na+) yang keluar akan ditukar dengan 2 ion pottasium (K+) yang
masuk. Peristiwa tersebut akan menjaga keseimbangan konsentrasi ion Na+ tetap lebih tinggi
dibagian luar daripada di bagian dalam, dan konsentrasi ion K+ lebih tinggi di bagian dalam
daripada di bagian luar.

2.2 Potensial Generator Neuron

Pada peristiwa pemompaan sodium-potassium, membran sel tetap menjaga


permebailitasnya meskipun Na+dan K+dapat melaluinya. Apa yang akan terjadi apabila terdapat
suatu keadaan dimana membran menjadi sangat mudah dilalui Na+? Kekuataan elektrostatis dan
dorongan difusi akan mendorong Na+ masuk ke dalam membran, otomatis keseimbangan ion
positif diluar membran dan negatif di dalammembran akan terganggu dan kondisi potensial
membran akan berubah menjadi potensial generator (memiliki tenaga pembangkit/generator
untuk meneruskan impuls).

Pada peristiwa potensial generator, ion Na+ yang masuk ke dalam membran akan
mengurangi jumlah ion positif di luar membran dan menambah jumlah ion positif di dalam
membran, akibatnya bagian luar membran akan bermuatan negatif (karena ion Na+ yang masuk
sangat banyak) dan bagian dalam membran akan bermuatan positif. Oleh karena itu bagian saraf
yang mengalami potensial generator (tempat impuls timbul) akan bermuatan negatif.

Dalam kondisi potensial generator tersebut, potensial listrik di dalam membran yang
semula sebesar-70mVberubah menjadi+50mV. Ambang perbedaan potensial antara bagian
dalam membran dan luar membran yang mampu menimbulkan nilai lucutan aliran aksi adalah
kurang dari – 5,5mV. Berkurangnya perbedaan potensial antara di luar membran dan di dalam
membran disebut dengan peristiwa depolarisasi.

Setelah mencapai ambang batas, membran yang semula sangat permiable akan kembali
pada kondisi semula, dimana ia akan sangat selektif terhadap Na+ yang akan masuk tetapi agak
lebih longgar terhadap K+yang keluar dan Cl- yang masuk sehingga akan tercapai kondisi
membran tenang, dimana bagian luar membran bermuatan positif dan bagian dalam membran
bermuatan negatif. Kondisi ini akan tercapai dalam waktu 1 sampai 2 milidetik setelah terjadi
potensial generator dan disebut dengan peri ode refrakter mutlak (absolute refractory
period). Pada periode ini stimulasi yang sebesar apapun tak akan mampu menimbulkan potensial
generator.

Periode refrakter mutlak akan diikuti oleh periode refrakter relatif (relative refractory
period), yaitu keadaan dimana serabut saraf dapat kembali distimulasi tetapi hanya dengan
stimulasi yang yang lebih tinggi dari tingkat stimulasi normal yang mampu menimbulkan impuls
(lebih besar dari nilai ambang axon).

Periode refrakter memegang peranan penting dalam karakteristik aktivitas neuron, yang
pertama adalah peranannya dalam aliran aksi. Adanya periode refrakter menyebabkan aliran aksi
hanya dapat berlangsung searah karena bagian yang ditinggalkan (dalam kondisi refrakter
mutlak) tidak dapat distimulasi kembali, kecuali bila terjadi hal-hal yang luar
biasa. Kedua, peranan periode refrakter adalah dalam laju/kecepatan aliran aksi.

lntensitas stimulasi yang besar akan menambah laju aliran karena setelah
periode refrakter mutlak terjadi, aliran dapat tetap diteruskan pada periode refrakter relatif. Tetapi
intensitas stimulus yang rendah baru dapat diteruskan apabila periode refrakter mutlak dan
periode refrakter relatif sudah tercapai..

Potensial aksi akan mengalirkan aliran aksi (aliran listrik) yang dapat meneruskan impuls
yang diterima oleh bagian saraf tersebut ke bagian saraf yang lain dan sifatnya irreversible (tidak
dapat berbalik arah), kecuali dalam kondisi tidak normal. Seperti dikatakan tadi, aliran aksi
sifatnya searah, kecuali terdapat kondisi khusus. Oleh karena itu aliran aksi atau potensial aksi
ini terdiri dari 2 macam aliran , yaitu:

1. Aliran Bifasis, yaitu terjadinya dua aliran yang arahnya saling bertentangan
2. Aliran Monofasis, hanya terjadi satu arah aliran.

Pada serabut saraf yang diselubungi oleh myelin, impuls hanya dapat timbul di Nodes of
Ranvier sehingga alirannya terjadi secara meloncat-Ioncat (saltatoris). Kondisi tersebut
menyebabkan hantaran impuls berlangsung lebih cepat lagi. Kecepatan hantaran sebanding
dengan tebal axon. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tebal axon, semakin cepat impuls
dihantarkan.
Pada saat terjadi stimulus, neuron umumnya mengeluarkan cairan kimia yang disebut
dengan neurotransmitter yang berdifusi disekitar celah-celah sinapsis dan berinteraksi dengan
molekul reseptordi membran sel tujuan. Pengaruh neurotransmitter akan menimbulkan dua
macam peristiwa tergantung dari struktur neurotransmitter dan reseptor penerimanya.

Peristiwa tersebut adalah:

a) Depolarisasi, yaitu potensial membran menurun (contohnya dari -70mV menjadi – 67mV),
sarna seperti peristiwa depolarisasi di atas yang menimbulkan potensial aksi. Dalam peristiwa
depolarisasi ini, axon berada dalam periode supernormal (nilai ambang turun sehingga stimulasi
yang tidak begitu kuat dapat menimbulkan impuls). Kondisi ini disebut dengan Potensial Susulan
Negatif (negative after potential/excitatory postsynaptic potentials).

b) Hyperpolarisasi, yaitu potensial membran meningkat (misalnya dari -70mV menjadi -72mV).
Dalam peristiwa hyperpolarisasi ini axon berada dalam periode subnormal. periode nisbi (nilai
ambang naik, sehingga stimulasi harus lebih kuat lagi agar dapat menimbulkan impuls). Kondisi
ini disebut dengan Potensial Susulan Positif (positive after potential /inhibitory postsynaptic
potentials).

Excitatory dan Inhibitory postsynaptic potentials merupakan respon yang meningkatkan


aktivitas neuron dan hal ini akan dibicarakan lebih lanjut pada bagian di bawah ini.

Potensial postsynapsis muncul pada sinapsis tunggal dan hanya memiliki efek yang
terbatas dalam menimbulkan neuron postsynapsis yang lain. Efek yang timbul sangat tergantung
pada keseimbangan antara sinyal-sinyal excitatory dan inhibitory yang sampai pada axon hillock
(tempat pertemuan antara soma sel dan axon).

Bila jumlah depolarisasi dan hyperpolarisasi yang sampai di axon hillock mampu
mendepolarisasi membran (yaitu dalam kondisi melampaui ambang batas tegangan/threshold of
excitation, yaitu sekitar -65 mY), maka potensial aksi akan timbul di axon hillock. Potensial aksi
hanya terjadi sekitar 1milidetik dan akan mengubah membran potensial dari -70mV menjadi
+50mV. Potensial aksi ini sifatnya ada-atau-tidak Uadi bukan seperti potensial susulan negatif
dan potensial susulan positifyang sifat responnya membesar). Jadi tidak bersifat setengah-
setengah, ia hanya akan muncul oleh depolarisasi yang melampaui ambang batasnya.

Efek dari munculnya potensial aksi adalah penambahan semua potensial postsynaptik
yang ada di neuron multipolar dan mengumpulkannya di axon hillock. Dari bagian ini akan dibuat
keputusan apakah impuls akan dilanjutkan atau tidakdan hal tersebut sangat tergantung dari
penjumlahan potensial postsynapsis yang ada.Penggabungan atau penjumlahan potensial
postsynapsis ini disebut dengan integration (integrasi).

Struktur Sinapsis

Sitoplasma dalam terminal button, terdiri dari pembuluh sinapsis (synaptic vesicles), yang
terletak dekat dengan membran pre-synaptic; mitokondria yang berfungsi sebagai sumber energi;
dan cisternas yang merupakan pembungkus dari neuro transmitter yang bentuknya seperti Badan
Golgi di sel-sel tubuh manusia. Selain bagian-bagian tersebut, membran presinapsis dan
membran postsinapsis adalah bagian penting dalam mekanisme transmisi synapsis. Diantara
membran presinapsis dan membran postsinapsis terdapat celah yang disebut synaptic cleft, yang
jaraknya tergantung tugas masing-masing neuron. Umumnya, lebar celah ini adalah sekitar 200
A(A= angstroms,dimana1Asarna dengan 1/10.000 mm). Dalam celah sinapsis ini terdapat cairan
ekstrasel tempat substansi neurotransmitter akan berdifusi.

Neurotransmitter diproduksi oleh soma sel dan dialirkan ke terminal button


melalui microtubules di sepanjang axon. Proses ini disebut dengan axoplasmic
transport. Membran postsinapsis merupakan membran yang paling tebal dibandingkan dengan
membran di bagian-bagian lain. Ia mengandungmolekul-molekul protein yang yang mampu
mendeteksi hadimya substansi transmitter di celah sinapsis dan selanjutnya mampu untuk
mengubah potensial membran dan terjadilah proses yang akan menghambat atau meningkatkan
aktivitas neuron penerima.

Mekanisme Transmisi Sinapsis


Transmisi sinapsis berlangsung melalui dua macam proses transmisi neurokimia yang
berbeda satu sarna lain, yaitu small-molecule neurotransmitters dan large-molecule
neurotrnsmitters.

a. Small-Molecule Neurotransmitters. Proses ini dimulai dengan berkumpulnya substansi kimia


didalam cisterna yang akan disimpan di dekat membran presinapsis (membran presinapsis kaya
akan kelenjar kelenjar yang mengandung kalsium. Bila mendapat stimulasi dari potensial aksi,
saluran kalsium tadi akan terbuka dan ion Ca++akan masuk ke dalam button. Masuknya
Ca++akan mendorong pembuluh sinapsis untuk melakukan kontak dengan membran presinapsis
dan melepaskan isinya ke dalam celah sinapsis. Proses ini disebut dengan exocytosis. Proses
ini berlangsung pada setiap kali stimulasi dari potensial aksi terjadi. Ia langsung menyampaikan
pesan kepada reseptor postsinapsis yang ada di sekitarnya (lokal).

b. Large-molecule Neurotransmitters. Proses exocytosis juga terjadi, namun


untuk largemolecule neurotransmitter, substansi kimia yang dibutuhkan akan berkumpul
dalam badan golgi dan dialirkan ke buttons
melalui microtubules. Proses exocytosisnya tetap sarna, namun bila small-
molecule berlangsung pada setiap kali terjadi stimulasi; proses exocytosis large-molecule akan
berlangsung secara bertahap. Large-molecule umumnyajuga tidak dilepaskan pada celah
sinapsis, namun dilepaskan pada cairan ekstrasel dan pembuluh darah. Oleh karena itu
proses large-molecule ini biasanya terjadi pada reseptor yang letaknya jauh dari
proses exocytosis dan pengaruh yang disebarkan juga tidak terbatas pada neuron yang ada
disekitarnya tetapi juga neuron-neuron yang letaknya berjauhan

Neurotransmitter

Dalam peristiwa trasmisi, neurotransmitter yang dikeluarkan ada berbagai macam yang
akan menentukan proses yang berlangsung. Untuk proses small molecule
neurotransmitter, substansi kimia yang dihasilkan adalah amino acid
neurotransmitter dan monoamine neurotransmitter. Untuk proses large-molecule
neurotransmitter, substansi kimia yang dihasilkan adalah peptide neurotransmitter. Selain dari
pengelompokan di atas, masih ada jenis neurotransmitter lain dalam proses small-molecule
neurotransmitter, yaitu acetylcholine yang dikelompokkan tersendiri
1) Amino Acid Neurotransmitters, adalah substansi neurotransmitter dalam proses smallmolecule
neurotransmitter yang bekerja dengan sangat cepat, terarah dengan pasti di sistem saraf pusat.
Ada empat jenis neurotransmitter yang berfungsi dengan efektif, yaitu glutamate, aspartate,
glycine, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).

2) Monoamine Neurotransmitters, adalah substansi neurotransmitter lain yang digunakan dalam


proses small-molecule neurotransmitter. Setiap jenis monoamine disintesa dari asam amino
tunggal, bentuknya sedikit lebih besar, dan efeknya cenderung lebih menyebar. Monoamine
neurotransmitter, sebagian besar terdapat dalam kelompok kelompok kecil neuron yang soma
selnya terletak di batang otak. Neuron-neuron ini umumnya memiliki cabang yang sangat banyak.

3) Acetylcholine. Acetylcholine (Ach) juga termasuk dalam substansi neurotransmitter yang


dilepaskan dalam proses small molecule neurotransmitter. Proses pembentukannya bukan
berasal dari asam amino, melainkan dari penggabungan kelompok substansi acetyl dengan
molekul cholin. Acetylcholin adalah neurotransmitter yang terletak pada pertemuan neuron-
neuron otot, terutama pada sistem sarafotonom (bagian saraf otonomyang lain dikendalikan
oleh norepinephrine) dan juga pada sinapsis-sinapsis di sistem saraf pusat. Acetylcholine akan
dinon-aktitkan di celah sinapsis dengan cara penghancuran oleh enzym
acetylcholinesterase, sedangkan neurotransmitter dalam
proses smallmolecule neurotransmitter yang lain akan dinon-aktitkan dengan proses
pengembalian substansi ke dalam terminal button.

4) Neuropeptides. Sekitar 40 jenis peptida diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter.


Daftar peptida ini semakin panjang dengan ditemukannya putative
neurotransmitter. Neuropeptida sudah dipelajari sejak lama, namun bukan dalam fungsinya
sebagai neurotransmitter, namun fungsinya sebagai substansi hormonal. Peptida ini mula-
mula dilepaskan ke dalam aliran darah oleh kelenjar endokrin, kemudian hormon-hormon peptida
itu akan menuju ke jaringan-jaringan otak. Saat ini sudah dapat dibuktikan bahwa peptida yang
berfungsi sebagai neurotransmitter, dapat disintesa dan dilepaskan oleh neuron di susunan saraf.

Pengaruh Obat-obatan Terhadap Trasmisi Sinapsis


Obat -obatan memiliki dua efek dasar terhadap proses transmisi sinapsis, yaitu
menghambat (inhibitory); atau meningkatkan aktivitas (excitatory). Obat-obatan yang
meningkatkan aktivitas proses sinapsis disebut sebagai agonist dari neurotransmitter yang
berperan dalam proses sinapsis tersebut, sedangkan obat-obatan yang menghambat aktivitas
proses sinapsis disebut sebagai antagonist dari neurotransmitter yang bersangkutan dalam
proses sinapsis tersebut.

Proses tersebut berlangsung dalam 7 tahap sebagai berikut:

1. Molekul neurotransmitter disintesa/diproduksi oleh substansi-substansi kimia dalam


sitoplasma dengan bantuan enzym-enzym tertentu
2. Molekul-molekul tersebut kemudian disimpan pada kelenjar sinapsis (synaptic vesicles)
3. Molekul neurotransmitter yang keluar dari synaptic vesicle karena suatu kebocoran, akan
dihancurkan oleh enzym-enzym disekitarnya
4. Bila terjadi potensial aksi di synaptic button, vesicle akan bersentuhan denganmembran
presinapsis dan molekul neurotransmitter dilepaskan ke celah sinapsis
5. Pada celah synapsis, molekul neurotransmitter yang tidak mengikatkan diri pada
reseptor di membran presinapsis (karena neurotransmitter yang dilepaskan sudah cukup
untuk meneruskan impuls) akan masuk kembali ke dalam synaptic vesicles yang
melepaskannya (autoreceptor) dan sekaligus menghambat pelepasan neurotransmitter
6. Neurotransmitter yang sampai pada reseptor di membran postsinapsis akan meneruskan
aktivitas sesuai dengan pesan yang dibawanya
7. Proses neurotransmitter ini akhimya berhenti; baik karena mekanisme penarikan
neurotransmitter ke synapsis vesicles maupun oleh enzim-enzim di celah sinapsis yang
memecah molekul-molekul neurotransmitter ini menjadi substansi yang tidak digunakan
lagi.

Perbedaan Konduksi Neural dan Transmisi Sinapsis

Konduksi neural dan transmisi sinapsis yang terjadi di otak, pada prinsipnya juga memiliki
tahapan proses seperti yang berlangsung di neuron motorik, namun sebagian besar melalui
proses yang jauh lebih rumit. Pada bagian ini kita tidak akan membicarakan proses yang rumit,
tetapi sebatas pada prinsip-prinsip umum dari konduksi neural dan transmisi sinapsis.
Daftar Pustaka

1. Albert, B., Bray, D., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., Watson, J.D. 1994, Cellular
Mechaninsm of development in Molecular Biology of The Cell., 3rd Ed., Garland
Publishing, New York and London, pp. 1037-1138
2. Bergman, R.A., Afifi, A.K., Heidger, P.M., 1996, Neural Tissue in Histology, W.B.
Saunders Company, Philadelphia, USA, pp. 112-132
3. Gartner, L.P., and Hiatt, J.L. (Ed) 1997, Nervous Tissue in Color Textbook of Histology,
W.B. Saunders Company, Philadelphia,USA, pp. 155-185.
4. Kessel, R.G., 2013, Nervous Tissue in Basic Medical Histology: The Biology of Cells,
Tissues and Organs, Oxford University Press, New York, USA, pp. 249-275.
5. Lodish, H., Baltimore, D., Berk, A., Zipursky, S.L., Matsudara, P., Darnell, J., 1986.
Microtubule and Intermediate Filament in Molecular Cell Biology, 3rd Ed., Scientific
American Books, New York, USA, pp 1051-1119.
6. Andrew, S., Seward. B., 2007, The Clinical Neurophysiology, Humana Press, Totowa,
New Jersey

Anda mungkin juga menyukai