Phone: [+62 8564 9967 841] Email: novysetiayunas@gmail.com Online Course: https://independent.academia.edu/yunaszone Konsep.. Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Sejarah Logika
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM),
filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu: Categoriae menguraikan pengertian-pengertian De interpretatione tentang keputusan-keputusan Analytica Posteriora tentang pembuktian. Analytica Priora tentang Silogisme. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat. De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir. Logika Modern & Tradisional Logika Modern, yang juga dikenal dengan nama logika simbolik atau logika matematika. Seperti logika modalitas (modal logic), logika bernilai banyak (many-valued logic), system implikasi nonstandard (nonstandard system of implication) dan system kuantifikasi nonstandard (non system of quantification). Logika tradisional membahas dan mempersoalkan definisi, konsep, dan term menurut struktur, susunan dan nuansanya, serta seluk beluk penalaran memperoleh kebenaran yang lebih sesuai dengan realitas. Martin Heideger (1889-1976) berpendapat bahwa logika modern mengabaikan cara berpikir yang sesungguhnya. Logika modern tetap tidak dapat menggeser kedudukan logika tradisional. Pengertian
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang
berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur- prosedur, serta criteria yang sahuh bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional. Lanjutan… Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur[1]. Obyek Material dan Formal Logika
Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana
obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatan. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya, objek materialnya adalah ‘manusia’ dan manusia ini ditinjau dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan lain sebagainya. Kriteria logika.. Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif. Penalaran deduktif— kadang disebut logika deduktif—adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Sedangkan Penalaran Induktif kadang disebut logika induktif—adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Macam-macam logika a. Logika Kodratiah Akal budi (pikiran) bekerja menurut hukum- hukum logika dengan cara spontan. Tetapi dalam hal-hal tertentu (biasanya dalam masalah yang sulit), akal budi manusia maupun seluruh diri manusia bisa dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif. Lanjutan.. b. Logika Ilmiah
Logika ini membantu logika kodratiah. Logika
ilmiah memperhalus dan mempertajam akal budi, juga menolong agar akal budi bekerja lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Dengan demikian kesesatan dapat dihindarkan, atau minimal bisa dikurangi dengan kadar tertentu. Kegunaan logika
Membantu setiap orang yang mempelajari
logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri. Lanjutan… Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian. Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa ) Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang. Referensi.. Pengantar Logika. Asas-asas penalaran sistematis. Oleh Jan Hendrik Rapar. Penerbit Kanisius. Logika Selayang Pandang. Oleh Alex Lanur OFM. Penerbit Kanisius 1983. RG Soekadijo, Logika Dasar: Tradisonal, Simbolik, dan Induktif, Gramedia, Jakarta, 2001 Mundiri,Logika, Rajawali Pers, Jakarta, 1994 Poedjowinoto, Logika: Filsafat Berpikir, Rineka Cipta, Jakarta, 2000 Poespoprodjo dan Gilarso, Logika: Ilmu Menalar, Remaja Karya, Bandung, 1985 E Sumaryono, Dasar-dasar Logika, Kanisius, Jogjakarta, 1999 Noor MS Bakry, Logika Praktis: Dasar Filsafat dan Sarana Ilmu (Jilid 1), Liberty, Jogjakarta, 2001 Muhammad Husni, Pengantar Logika, Sumbangsih Offset, Jogjakarta, 1988