Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas, yaitu
mengambil O2 dari udara luar dan mengeluarkan CO2 dari badan ke udara luar.
Bilamana paru berfungsi secara normal, tekanan parsial O2 dan CO2 di dalam darah
akan dipertahankan seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemeriksaan analisis
gas darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting sekali di dalam
penatalaksanaan penderita akut maupun kronis, terutama penderita penyakit paru.
Pemeriksaan analisis gas darah penting baik untuk menegakkan diagnosis,
menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat
terapi. Sama halnya dengan pemeriksaan EKG pada penderita jantung dan
pemeriksaan gula darah penderita diabetes millitus. Dengan majunya ilmu
pengetahuan, terutama setelah ditemukan alat astrup, tekanan parsial O2 dan CO2
serta pH darah dapat diukur dengan mudah.
Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam
penanganan pasien-pasian penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan analisa gas
darah dikenal juga pemeriksaan ASTRUP yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang
dilakukan melalui darah arteri. Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH
(dan juga keseimbagan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar
biokarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas
darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam
penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan
gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang
dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penelitian
analisa gas darah dan keseimbangan asam-basa saja, kita harus menghubungkan
dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Hematokrit (HT) sangat diperlukan untuk menilai atau memberikan gambran
tentang kekentalan darah. Dimana semakin rendah nilai HT yang normalnya 45%
maka akan terjadi semakin haemodilusi (pengenceran), dan jika HT semakin tinggi
maka darah semakin meningkat visikositasnya (mengental).Pemantauan pertukaran
gas dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1
1. Pemantauan invasive (kateter arteri,punksi arteri,punksi vena,dan
punksi kapiler).
2. Pemantauan non invasive (pulse oximetry,monitor
transkutaneus,monitor karbondioksida end-tidal).

Gas darah memberikan informasi tentang oksigenasi,homeostasis CO2,dan


keseimbangan asam basa,dank arena itu merupakan alat terpenting yang digunakan
dalam mengevaluasi adekuasi fungsi paru.

Meskipun tekanan parsial O2 arteri (PaO2) merupakan pengukuran standar


oksigenasi darah,saturasi O2 dengan pulse oxmetry (SapO2) merupakan penilaian non
invasive oksigen darah yang dapat mendeteksi hipoksemia.Pemantauan pulse oximetri
yang kontinyu dapat membantu mengobservasi keadaan kritis ataupun stabilitas
penderita setiap saat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Analisa Gas Darah?
2. Apa saja tujuan dan manfaat pemeriksaan Analisa Gas Darah?
3. Apa saja indikasi Analisa Gas Darah?
4. Bagaimana langkah-langkah pemeriksaan Analisa Gas Darah?
5. Bagaimana langkah-langkah untuk menilai gas darah?
6. Apa saja komplikasi pada Analisa Gas Darah?
7. Bagaimana nilai hasil pemeriksaan Analisa Gas Darah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Analisa Gas Darah
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat pemeriksaan Analisa Gas Darah
3. Untuk mengetahui indikasi Analisa Gas Darah
4. Untuk mengetahui langkah-langkah pemeriksaan Analisa Gas Darah
5. Untuk mengetahui langkah-langkah untuk menilai gas darah
6. Untuk mengetahui komplikasi pada Analisa Gas Darah
7. Untuk mengetahui nilai hasil pemeriksaan Analisa Gas Darah

2
BAB II

ISI

A. Pengertian
Analisa gas darah adalah salah satu tindakan pemeriksaan laboratorium yang
ditujukan ketika dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan keseimbangan asam
basa pasien. Hal ini berhubungan untuk mengetahui keseimbangan asam basa tubuh
yang dikontrol melalui tiga mekanisme, yaitu system buffer, sistem respiratori, dan
sistem renal (Wilson, 1999). Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH
(dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar
bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan dan kekurangan gas. Pemeriksaan gas
darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam
penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan
gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang
dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian
analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data laboratorium lainnya.

B. Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGDA


Sebuah analisis AGDA mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang
memberikan oksigen ke darah. Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-paru dan
ginjal yang berinteraksi untuk menjaga pH darah normal (keseimbangan asam-basa).
Penelitian ini biasanya dilakukan untuk menilai penyakit khususnya pernapasan dan
kondisi lain yang dapat mempengaruhi paru-paru, dan sebagai pengelolaan pasien
untuk terapi oksigen (terapi pernapasan). Selain itu, komponen asam-basa dari uji tes
dapat memberikan informasi tentang fungsi ginjal. Adapun tujuan lain dari
dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah,yaitu:
1. Menilai fungsi respirasi (ventilasi)
2. Menilai kapasitas oksigenasi
3. Menilai keseimbangan asam-basa
4. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
5. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
6. Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh

3
7. Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik yang
lain.
Adapun manfaat pada pemeriksaan analisa gas darah yaitu untuk menegakkan
diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah
mendapat terapi, serta mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan
oleh gangguan pernafasan dan atau gangguan metabolik dalam tubuh.
1. Analisis gas darah digunakan untuk diagnosa dan pengelolaan:
a. Penyakit pernafasan
b. Pemberian oksigen
c. Kadar oksigenasi dalam darah
d. Kadar CO2
e. Keseimbangan asam-basa
f. Ventilasi
2. Pemilihan bagian analisa gas darah
a. Kriteria tergantung pada:
1) Ada tidaknya sirkulasi koleteral
2) Seberapa besar arteri
3) Jenis jaringan yang mengelilingnya
b. Bagian-bagian yang tidak boleh dipilih:
1) Adanya peradangan
2) Adanya iritasi
3) Adanya edema
4) Dekat dengan luka
5) Percabangan arteri dengan fistula
AGDA atau BGA tidak perlu dilakukan apabila:
1. Hasil tidak akan memberikan pengaruh pada tindakan medis selanjutnya
2. Mengikuti prosedur pemeriksaan yang ada, bukan karena adanya indikasi
3. Masih terdapat cara lain yang lebih mudah untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan
4. Komplikasi yang timbul lebih dari hasil yang diharapkan

C. Indikasi Analisa Gas Darah


Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik

4
a. Penyakit paru obstruktif kronis
Yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran
napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible parsial.
Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa
juga gabungan antar keduanya.
b. Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan
cairan yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru
sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan
pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan
bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat
dirujuk sebagai "air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini
pada pasien-pasien. Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak
faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung,
disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab
lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.
2. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar
kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar
dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat ketidakseimbangan ventilasi
dan perfusi yang jelas akibat-akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan
ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam
pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps alveolar . Komplians paru
menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya adalah
penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan
hipokapnia ( Brunner & Suddart 616).
3. Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan
mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso,
2005)
4. Pneumonia

5
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab
untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan
cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena
bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia
atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari penyakit lain
seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.
5. Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah
arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi
jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung,
volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini
kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok.
Pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi
dan metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan kematian pada pasien.
6. Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi
sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang
menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan
yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini
dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena
penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).
7. Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh
beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan
yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam
ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung
(akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.Penyebab lain cardiac
arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai akibat dari
henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran
darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan
mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak.
Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban
kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.Kerusakan otak mungkin

6
terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnyaakan
terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani
dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak, ataupun
kematian mungkin bisa dicegah.

D. Langkah-Langkah Pemeriksaan Analisis Gas Darah


Persiapan Alat dan Pasien
1. Persiapan Alat
a. Persiapan Alat Pengambilan Darah Vena
1) Pengambilan Darah Vena dengan Syring
 Syring
 Kapas
 Alkohol 70%
 Torniquet
 Plester
 Tabung
2) Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum
 Jarum
 Kapas alkohol 70%
 Tali pembendung (turniket)
 Plester
 Tabung vakum.
b. Persiapan Alat Pengambilan Darah Kapiler
 Lanset
 Kapas Alkohol 70%
 Povidone iodium 10%
 Tabung
c. Persiapan Alat Pengambilan Darah Arteri
 Torniquet
 Kapas Alkohol 70%
 Spuit
 Tabung
 Handscoon

7
2. Persiapan Pasien :
 Memberikan penjelasan pada klien (bila mungkin) dan keluarga mengenai
tujuan pengambilan darah dan prosedur yang akan dilakukan.
 Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa
sakit
 Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul
 Jelaskan tentang allen’s test
 Mengatur posisi pasien

Prosedur Kerja

1. Prosedur Pengambilan Darah Vena


a. Pengambilan Darah Vena dengan Syring
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring)
merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik
dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa
piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong,
dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari
ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G.
Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien
usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau
kecil). Prosedur :
1) Persiapkan alat-alat yang diperlukan : Untuk pemilihan syring,
pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan
diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum
terpasang dengan erat.
2) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah;
usahakan pasien senyaman mungkin.
3) Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar
permintaan.
4) Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat.
Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
5) Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak
melakukan aktifitas.

8
6) Minta pasien mengepalkan tangan.
7) Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat
siku.
8) Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan
perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba
seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal.
Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah
pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit
daerah lengan.
9) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan
jangan dipegang lagi.
10) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke
atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah
masuk ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali
tusuk kena.
11) Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta
pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang
diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang
diperlukan untuk pemeriksaan.
12) Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik
jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15
menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.
b. Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD
(Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini
berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika
tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung
dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Jarum
yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh
sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena
dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior
diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien
mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada

9
sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada
jarum posterior.
Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak perlu
membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali
penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai
dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini
juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam
tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi
selama pemindahan sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat
dihindari.
Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi,
atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk.
Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged
needle). Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum “kupu-kupu”
hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas.
Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah
sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan
jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan
kelihatan masuk pada selang (flash). Prosedur :
1) Persiapkan alat-alat yang diperlukan
2) Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
3) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah;
usahakan pasien senyaman mungkin.
4) Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar
permintaan.
5) Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat.
Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
6) Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak
melakukan aktifitas.
7) Minta pasien mengepalkan tangan.
8) Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat
siku.
9) Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan
perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba

10
seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal.
Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah
pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit
daerah lengan.
10) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan
jangan dipegang lagi.
11) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke
atas. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga
jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan
mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah
berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah
tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua,
begitu seterusnya.
12) Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya.
Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau
plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
13) Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik
jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15
menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

Menampung Darah Dalam Tabung

Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek


laboratorium klinik adalah sebagai berikut :

 Tabung tutup merah : Tabung ini tanpa penambahan zat additive,


darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengsan pemusingan.
Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi,
serologi dan bank darah (crossmatching test)
 Tabung tutup kuning : Tabung ini berisi gel separator (serum
separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah.
Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel
darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan
kimia darah, imunologi dan serologi

11
 Tabung tutup hijau terang : Tabung ini berisi gel separator (plasma
separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah
pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah
berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia
darah.
 Tabung tutup ungu atau lavender : Tabung ini berisi EDTA.
Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank
darah (crossmatch)
 Tabung tutup biru : Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya
digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)
 Tabung tutup hijau : Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin,
umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit,
kimia darah.
 Tabung tutup biru gelap : Tabung ini berisi EDTA yang bebas
logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink,
copper, mercury) dan toksikologi.
 Tabung tutup abu-abu terang : Tabung ini berisi natrium fluoride
dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
 Tabung tutup hitam : berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk
pemeriksaan LED (ESR).
 Tabung tutup pink : berisi potassium EDTA, digunakan untuk
pemeriksaan imunohematologi.
 Tabung tutup putih : potassium EDTA, digunakan untuk
pemeriksaan molekuler/PCR dan DNA.
 Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi
media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob,
anaerob dan jamur

Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah :

 Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan cara
melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung.
Memasukkan darah dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum,
berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke dalam tabung vakum

12
dengan cara menusukkan jarum pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai
berhenti sendiri ketika volume telah terpenuhi.
 Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-mutar
tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut. Mengocok
sampel berpotensi menyebabkan hemolisis.
 Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama - botol
biakan (culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam kedua - tes koagulasi (tabung
tutup biru), ketiga - tabung non additive (tutup merah), keempat - tabung tutup merah
atau kuning dengan gel separator atau clot activator, tabung tutup ungu/lavendet
(EDTA), tabung tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat)

2. Prosedur Pengambilan Darah Kapiler


a. Siapkan peralatan sampling : lancet steril, kapas alcohol 70%.
b. Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan
kering.
c. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa
nyeri berkurang.
d. Lakukan tindakan aseptik dengan povidone iodium 10%, biarkan sampai
mengering, lalu ulangi dengan alkohol 70%.
e. Sterilkan lanset dalam alkohol 95%
f. Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus
diperas-peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah oleh
alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol, tetapi
darah juga melebar di atas kulit sehingga susah ditampung dalam wadah.
g. Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas kering,
tetes berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
h. Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras untuk
mencegah terbentuknya jendalan.
3. Prosedur Pengambialn Darah Arteri
a. Siapkan peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan dilakukan sampling. ¶
Pilih bagian arteri radialis.
b. Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan.
c. Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk memastikan letak arteri.

13
d. Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.
Kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi.
e. Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu tusukkan jarum
di samping bawah jari telunjuk dengan posisi jarum tegak atau agak miring. Jika
tusukan berhasil darah terlihat memasuki spuit dan mendorong thorak ke atas.
f. Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik jarum dan segera
letakkan kapas pada tempat tusukan lalu tekan kapas kuat-kuat selama ±2 menit.
Pasang plester pada bagian ini selama ±15 menit.

E. Langkah-langkah untuk menilai gas darah:


 Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan
dua sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien
mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis
respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang
memulihkan pH kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang normal
meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin ada gangguan
campuran).
 Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang
berhubungan dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer
bersifat respiratorik, metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau
menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa
sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama;
penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan menunjukkan
adanya gangguan asam basa campuran).
 Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal
ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak
yang sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan).
 Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa
campuran).

F. Komplikasi pada analisa gas darah


1. Rasa takut
2. Infeksi dan pembentukan trombus

14
3. Hematoma
4. Arteriospasm (respon refleks kontriksi dari otot arteri)

Beberapa hal penting yang perlu di perhatikan dalam pengambilan darah ini meliputi:

 Gunakan tehnik steril


 Hindari penusukan yang sering pada tempat yang sama untuk mencegah
aneurism
 Jangan menusukkan jarum lebih dari 0,5 cm
 Harus mengetahui anatomi untuk mencegah terjadinya penusukan pada
saraf
 Lakukan palpasi sebelum di lakukan penusukan
 Bila perlu pengulangan pemeriksaan analisa gas darah dokter akan
memasang “arteri line”

G. Nilai hasil pemeriksaan AGD

Range Interpretasi
pH 7,35-7,45 pH/H menunjukkan jika pasien asidosis (pH<7,35;
H>45 atau
alkalosis (pH>7,45; H<35)
H 34-45 nmol/1 Penjelasan dibawah
(nM)
PO2 9,3-13,3 kPa Oksigen yang rendah menunjukkan pasien tidak
(80-100) bernafas secara
mmHg Tepat(hipoksemia), PO2<60 mmHgsuplemen
oksigen harus
Diberikakn, PO2<26 mmHgpasien berisiko akan
kematian dan
Harus diberikan oksigen dengan segera
Pco2 4,7-6,0 kPa CO2&PCO2 menunjukkan masalah pernafasan.untuk
(35-45) mmHg kecepatan
Metabolic yang konstan PCI2 ditentukan oleh ventilasi
secara

15
Menyeluruh. PCO2 yang tinggi/asidosis respiratorik
menunjuk-
Kan underventilation. PCO2 yang rendah/alkalosis
respiratorik
Menujukkan hiper/overventilasi. Tingkat PCO2 dapat
menjadi
ABN saat sistem respirasi bekerja untuk
mengkompensasi masalah
Metabolic untuk menormalkan pH darah. PCO2 yang
meningkat
Diinginkan pada beberapa perubahan yang
berhubungan dengan kegagalan pernapasan yang
dikenal sebagai hipercapnia permissive.
HCO3 22-26 nmol/1 Ion HCO3 menunjukkan apakah ada masalah
metabolic/ketoasidosis
HCO3 yg rendah menunjukkan asidosis metabolic.
HCO3 yg tinggi menunjukkan alkalosis metabolic,
tingkat HCO3 dapat menjadi
ABM saat ginjal bekerja untuk mengkompensasi
masalah
Pernapasan dengan tujuan menormalkan pH darah
Base -3 to + 3 BEdigunakan utk mengkaji komponen metabolic dr
Excess nmol/l perubahan
Asam-basa & menunjukan apakah pasien mempunyai
asidosis
Metabolic/alkalosis metabolic. BEmenunjukkan
jumlah asam
Yg dibutuhkan utk mengembalikan pH darah individu
ke interval
pH (7,35-7,45) dgn jumlah CO2 pada nilai standar.
BE>+3menunjukkan pasien mempunyai darah yg
memerlukan
Peningkatan jumlah asam secara ABN untuk

16
mengembalikan pH
Ke netral (menunjukkan alkalosis) atau
mengindikasikan pasien
Dengan asidosis metabolic/primer atau sekunder
terhadap alkalosis
Respiratorik.
BE<-3 biasanya menunjukkan pasien dengan asidosis,
misalnya:
Kebutuhan asam yang berlebihan dipindahkan dari
darah untuk
Mengembalikan pH kembali ke normal (pasien dgn
metabolic
Asidosis/primer atau sekunder terhadap alkalosis
respiratorik).

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang ada dapat disimpilkan bahwa, Pemeriksaan Analisa
Gas Darah (Astrup) adalah salah satu tindakan pemeriksaan laboratorium yang
ditujukan ketika dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan keseimbangan asam
basa (Ph), jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah pasien. Pemeriksaan ini
digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen
kedalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas
darah meliputi PO2, Ph, HCO3, dan seturasi O2. Analisa Gas Darah ( AGD ) atau
sering disebut Blood Gas Analisa (BGA) merupakan pemeriksaan penting untuk
penderita sakit kritis yang bertujuan untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran
Oksigen (O2),Karbondiosida ( CO2) dan status asam-basa dalam darah arteri.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan
ilmu pengetahuan tentang analisa gas darah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Analisis Gas Darah dan Manajemen Asam Basa. Diakses dari


http://hanif.web.ugm.ac.id/analisa-gas-darah-dan-managemen-asam-basa.html

Base Exess. Diakses dari wikipedia, the free encyclopedia.

Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperaawatan Medikal Bedah


(terjemahan).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Djojodibroto, D.2009.Respirologi (Respiratory Medicine).Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa.2008.Jakarta: Balai


Penerbit FKUI

Gallo dan Hudak. 2010. Keperawatan Kritis, Edisi 6 Vol.1. EGC : Jakarta

Janice Jones, PHD, RN, CNS ,Brenda Fix, MS, RN, NP, Critical Care Notes-
Clinical Pocket Guide,2009 by F.A.Davis

Company,Philadelphia./ http://www.fadavis.com.

McCann, J. A. S. (2004).Nursing Procedures.4th Ed. Philadelphia: Lippincott


Williams & Wilkins.

19

Anda mungkin juga menyukai