OLEH :
GHANDIS WULANDARI S 1711020129
ANDRI FADILAH RAHMAN 1711020141
LUTFI APRILIYATI 1711020154
RITMA RATRI 1711020158
KENDRI MEI LINA 1711020161
I. Definisi
Sistem persarafan yaitu mengatur dan mengintergasikan seluruh fungsi tubuh ,
gerak otot , indra , kemampuan mental da emosi . sistem saraf mengumpulkan informasi
dari lingkubgan internal dan eksternal ketika ada masukan sensorik , memproses dan
mengintrepretasi masukan ini , dan memulai serta mengkoordinasikan respon yang
dimanifestasikan dengan keluaran motorik atau sensorik . gangguan pada struktur dan /
atau fungsi sistem saraf berpotensi memepengaruhi beragam fungsi dalam tubuh
manusia , yaang mencangkup aktivitas dan latihaan , kenyamanan , fungsi
kardiovaskular dan pernapasan , eliminasi dan seksualitas . perubahan pada penampilan
dan kemapuan perawatan diri semakin meningkatkan resiko terjadinya gangguan
konsep diri dan hubungan . ( priscilla lemone & Karen M berke dll , 2016 )
Hernia adalah prostrusi dari organ melalui lubang defektif yang didapat atau
kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi organ . kebanyakan hernia
terjadi pada suatu tempat dari rongga abdomen dan melibatkan usus lengkung usus
didorong melalui lubang defektif sebagai akibat dari peningkatan tekanan intra
abdomen. ( Nyhus et al , 1990 )
Hernia adalah penonjolan sebuah organ jaringan atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal yang berisi bagian – bagian tersebut ( Sandra M . Nettina ,
2002)
Hernia nukleus pulposus ( HNP) adalah keadaan dimana terjadi penonjolan atau
perubahan tempat / bentuk pada nukleus pulposus dalam diskus intervertebralis .
(Sjarasuhidrat &cde jong, 2007)
Hernia nukleus pulposus ( HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram tulang
belakang . diantara setiap tulang belakang ada diskus intervetrebralis yang menyerap
gonjangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang . karena
aktifitas dan usia , terjadi herniasi diskus intervertebralis yang menyebabkan saraf
terjepit . HNP umumnya terjadi dipunggung bawah pada tingkat vertebrata lumbar
bawah . ( Amin huda nurarif & Hardi kusuma ,2013)
Kesimpulan
II Anatomi
A. Mikrostruktur sistem saraf dan fungsi
1. Sel neuroglia
a) Astroglia
b) Oligodendroglia
c) Ependyma
d) Microglia
2. Neuron
a) Dendrit
b) Badan Sel
c) Axon
3. Sinaps
4. Impuls saraf
III Fisiologi
A. Mikrostruktur Sistem Saraf Dan Fungsi
1. Sel Neuroglia
Kurang lebih 40% dari struktur dari otak dan medula spinalis tersusun
dari sel neuroglia. Sel ini berfungsi sebagai sel pendukung, proteksi dari sel-sel
tubuh dan sel neuron. Sel-sel neuroglia diantaranya terdiri dar :
a) Astroglia berfungsi memberikan makanan pada struktur neuron,
pembentuk kerangka dan kapiler neuron, bagian dari sawar pembuluh darah
otak.
b) Oligodendroglia sama seperti sel Schwan pada saraf perifer, membentuk
lapisan mielin di akson pada CNS
c) Ependyma produksi cairan serebro spinalis, banyak terdapat pada
pleksus choroid dan sistem ventrikel.
d) Microglia banyak terdapat pada white matter, fagosit.
2. Neuron
Neuron merupakan unit fungsional sel saraf dengan bentuk yang
berbeda-beda, berfungsi sebagai penerus stimulus atau respon. Struktur neuron
dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu :
a) Dendrit berfungsi menerima informasi pertama kali yang kemudian dilanjutkan
ke sel body saraf dan ke axon.
b) Badan sel terdiri atas nukleus, nukleolus, badan nissl dan organel-organel lain
seperti mitokondria, apartus golgi, lisosom.
c) Axon merupaka suatu percabangan dari sel saraf yang keluar dari badan sel yang
berfungsi sebagai penghantar informasi dari badan sel ke axon terminal
(synaptic knobs).
3. Sinaps
Serat saraf dan jaringan otot merupakan jaringan eksitabel yang mampu
menghantarkan signal kimia dan listrik dalam tubuh. Pada keadaan istirahat sel
saraf tidak menghantarkan impuls.
Barier darah otak (Sawar Otak) adalah sekat yang sangat selektif
terhadap keadaan lingkungan internal di otak dan berfungsi sebagai pengatur
substansi yang masuk dari ruang eksternal otak. Sawar otak secara fisiologis
membantu mempertahankan dan menjaga keseimbangan konsentrasi ion
dilingkungan otak.
6. Struktur Otak Dan Fungsi
a) Cerebrum
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar. Cerebrum memiliki dua
hemisfer yang dihubungkan oleh korpus kallosum. Setiap hemisfer terbagi atas
empat lobus yaitu lobus frontal, parietal, temporal, oksipital.
Lobus frontal berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi intektual, emosi
dan fungsi fisik. Pada bagian frontal bagian kiri terdapat area broca yang
berfungsi sebagai pusat motorik bahasa.
Lobus parietal terdapat sensori primer dari korteks, berfungsi sebagai
proses input sensori, sensasi posisi, sensasi raba, tekan dan perubahan suhu
ringan.
Lobus temporal mengandung area auditorius, tempat tujuan sensasi yang
datang dari telinga. Berfungsi sebagai input perasa pendengaran, pengecap,
penciuman dan proses memori.
Lobus Oksipital mengandung area visual otak, berfungsi sebagai
penerima informasi dan menafsirkan warna, reflek visual.
b) Diencephalon
Batang otak terdiri atas otak tengah (mesencephalon), pons dan medula
oblongata. Batang otak berfungsi pengaturan refleks untuk fungsi vital tubuh.
Otak tengah mempunyai fungsi utama sebagai relay stimulus pergerakan
otot dari dan ke otak.
Pons menghubungkan otak tengah dengan medula oblongata, berfungsi
sebagai pusat-pusat refleks pernapasan dan mempengaruhi tingkat
karbondioksida, aktivitas vasomoton.
Medula oblongata mengandung pusat refleks pernapasan, bersin,
menelan, batuk, muntah, sekresi saliva dan vasonkontriksi.
Pada batang otak juga terdapat juga sistem retikularis yaitu sistem sel
saraf dan serat penghubungnya dalam otak yang menghubungkan semua traktus
ascendens dan decendens dengan semua bagian lain dari sistem saraf pusat.
Sistem ini berfungsi sebagai integrator seluruh sistem saraf seperti terlihat dalam
tidur, kesadaran, regulasi suhu, respirasi dan metebolisme.
d) Cerebellum
Sensasi pharing,
laring
Menelan
Pergerakan otot
dalam thorak
dan abdomen
Pergerakan lidah
IV Patofisiologi
Proses degeneratif yang terjadi pada diskus intervertebralis diantara terjadi
perubahan pada anulus fibrosus dan pulposus . pada anulus fibrosus terjadi kerusakan
dan serat – serat febrielastik terputus yang kemudian diganti oleh jaringan ikat .
perubahan ini akan menimbulkan rongga – rongga pada anulus . perbahan yang terjadi
pada nukleus pulposus adalah adanya penurunan kemampuan pengikatan air sehingga
folume nukleus pulposus menjadi menurun . perubahn kedua komponen tersebut
menyebabkan tahanan inter diskus akan menurun . jika terjadi peninggian tekanan pada
diskus intervetrebalis secra tiba – tiba dan berlangsung lama maka materi nukleus
pulposus akan meninjol mengisi anulus fibrosus yang akan rusak . penonjolan nukleus
kebelakang lateral dan menekan saraf pada radis dorsalis ( mengandung serat saraf
sensorik ) yang berjalan dalam kanalis vertebralis akan menimbulkan rasa nyeri .
sedangkan gerakan yang akan berubah posisi tulang belakang sepeti membungkuk ,
bersin dan batuk akan menambah rasa nyeri.
Kerusakan pada diskus intervertebralis ini dapat disebabkan karena prosses
degenaratif misalnya makin berkurangnya daya lentur , menurunyaa jaringan kolagen ,
dan menurunya kandungan air dengan bertambahnya usia , trauma tulang belakang ,
faktor genetic , operasi tulang belakang , kelainan postur seperti kifosis , lordosis ,
karena kelainan tulang belakang lainya seperti spondilitis , spinal stenosis .
b. Etiologi
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya HNP adalah seperti
berikut :
1. Riwayat Trauma
2. Riwayat Pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk,
menegemudi dalam waktu lama
3. Sering membungkuk
4. Posisi tubuh saat berjalan
5. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun)
6. Struktur tulang belakang
7. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang
Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal
(jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan
perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya. Nyeri
punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh).
d. Pemeriksaan penunjang
1. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang
2. M R I : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk
penyakit spinal lumbal.
3. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada
MRI
4. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang
terkena.
2) Keluhan Sekarang
Kaji Adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong
benda yang berat. Pengkajian yang didapat, meliputi keluhan paraparesis
falasid, parestesia, dan retensi urin. Keluhan nyeri pada punggung
bawah, di tengah-tengah abtra bokong dan betis, belakang tumit dan
telapak kaki. Klien sering mengeluh kesemutan (parastesia) atau bual
bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persyaratan yang
terlibat.
Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronik, yang
juga dapat menimbulkan nyeri punggung bawah yang keluhan hampir
mirip dengan keluhan nyeri HNP sangat diperlukan agar penegakan
masalah klien lebih komprehensif dan memberikan dampak terhadap
intervensi keperawatan selanjutnya.
4) Riwayat Keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang
mengalami hipertensi dan diabetes melitus.
5.1.2 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Pada keadaan HNP umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya
perubahan pada tanda-tanda vital, contohnya bradikardi yang menyebabkan
hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya
paraparese.
2. B1 (Breathing)
3. B2 (Blood)
Jika tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskular, biasanya nadi kualitas dan
frekuensi nadi normal, dan ada auskultasi tidak di temukan bunyi jantung
tambahan.
4. B3 (Brain)
Status mental : observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien yang telah lama menderita HNP
biasanya status mental klien mengalami perubahan.
8. Pengkajian Saraf Kranial
Penkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII :
o Saraf I. Biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
o Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
o Saraf III,IV, dan VI. Biasanya tidak mengalami gangguan mengangkat
kelopak mata, pupil isekor.
o Saraf V. Pada klien HNP umumnya tidak di dapatkan paralisis pada otot
wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
o Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
o Saraf VIII. Tidak di temukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
o Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik
o Saraf XI. Tidak ada otrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
o Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi tidak ada
fasikulasi. Indara pengecapan normal
Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungaki bawah, kaki,ibu jari, dan jari
lainnya menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan
menahan gerakan.Atrofi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan
membandingkan anggota tubuh kanan kiri.Fakulasi (kontraksi involunter yang
bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
10. Pengkajian Refleks
Pemeriksaan sensasi raba, nyeri, suhu, profunda dan sensai getaran (vibrasi)
untuk menentukan dermatom yang tergaggunsehingga dapat ditentukan pula
radiks mana yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-
hati atau cermat sehingga tidak membingungkan klien. Palpasi di mulai dari area
nyeri yang ringan ke arah yang paling terasa nyeri. Nyeri pinggang bawah yang
intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun) nyeri menjalar
sesuai dengan distribusi syaraf skhiatik. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring
keduduk, nyeri mulai dari bokong dan terus menjalar kebagian belakang lutut,
kemudian ke tungkai bawah. Nyeri berambah hebat karena pencetus seperti
gerakan-gerakan pingggang batuk atau mengejang, berdiri atau duduk untuk
jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang jika berbaring. Penderita sering
mengeluh kesemutan (parestisia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai
dengan distribusi persarafan yang terlibat. Nyeri bertambah jika ditekan daerah
L5-S1(garis antara dua krista liraka).
Pada percobaan laseque test atau test mengangkat tungkai yang
lurus(straight leg raising), yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi
di sendi pinggul, akan dirasakan nyeri di sepanjang bagian belakang (tanda
laseque positif).
12. B4 (baladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan karekteristik urine, termasuk
berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat
terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal
13. B5 (bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adannya mual dan asupan nutrisi yang
kurang.Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi
pada mulut atau perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya dehidrasi.
14. B6 (bone)
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan
neuromuskulus
a. Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan
aktif
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
c. Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelah
rehap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode
waktu tertentu.
d. Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi
e. Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti tongkat.
f. Kolaborasi : analgetik
5. Eros Siti Suryati, AMK, SPd, Tarwoto, Ns, S.Kep & Wartonah, Dra, Ns,
S.Kep.2007. Keperawatan Medical Bedah.Jakarta:CV.Sagung Seto
6. Tucker,Susan Martin,1998.Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC,
Long, Barbara C. 1996., Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Priguna Sidharta, 1996. Sakit
Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat.
7. Nyhus,L,M., Klien, M ,S,. Rogers , F.B,& Kowalcyk, S.1990. Inguinal hernia
types , patients care , journal of the Association Of Operating Room Nurses ,
52,292-302,304
8. Priscilla LeMone ,RN,DSN,FAAN.2017.Keperawatan Medical Bedah
Gangguan Neurologi edisi V. Jakarta : EGC
9. Smeltzer, Suzane C.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC.
10. Sjamsuhidajat .R ,Wim de jong .1997.buku ajar ilmu bedah .Jakarta : EGC