Anda di halaman 1dari 5

1. Sejarah singkat PT.

PLN (Persero) area Payakumbuh


Secara garis besar, sejarah perkembangan PLN berdasarkan pembagian kurun
waktu tertentu dan dibagi kedalam 7 periode, yaitu:
1. Periode sebelum tahun 1943
2. Periode 1943 – 1945
3. Periode 1945 – 1950
4. Periode 1951 – 1966
5. Periode 1967 – 1985
6. Periode 1985 – 1993
7. Periode 1994 s/d sekarang

1. Periode sebelum tahun 1943


Perusahaan kelistrikan di Indonesia di rintis oleh perusahaan-perusahaan listrik
swasta Belanda yaitu oleh pabrik-pabrik dan perusahaan. Melihat kelistrikan untuk
umum di nilai menguntungkan, maka muncul perusahaan-perusahaan listrik milik
Belanda seperti:
a. NV.ANIEM (NV. Algemeene Nederlandche Indische Electriciteit
Maatschappij).
b. NV.GEBEO (NV. Gemeenschappelijk Electrisch Bedrif Bandoeng en
Omstreken).
c. NV.OGEM
d. Dan lain-lain (perusahaan listrik yang bersifat lokal).

2. Periode 1943 – 1945


Pada waktu pendudukan Jepang perusahaan-perusahaan listrik swasta tersebut
diakui secara keseluruhan oleh Jepang dan di kelola menurut situasi suatu kondisi
daerah tertentu seperti perusahaan listrik Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sumatra dan lain-lain.

3. Periode 1945 – 1950


Perusahaan Listrik dan Gas direbut dari Jepang dan melalui Ketetapan
Presiden RI.No.1/S.D/1945 tanggal 27 Oktober 1945, di bentuk Jawatan Listrik
dan Gas yang berkedudukan di Yogyakarta.
Pada masa agresi Beanda I Perusahaan Listrik yang dibentuk dengan
Ketetapan Presiden diatas dikuasai kembali oleh pemiliknya semula.
Pada masa agresi Belanda II 19 Desember 1948 sebagian besar kantor-kantor
Jawatan Listrik dan Gas direbut oleh pemerintah kolonial Belanda, kecuali daerah
Aceh. Tahun 1950 Jawatan Listrik dan Gasdiubah menjadi Jawatan Listrik dan Gas
milik kolonial Belanda. Sedangkan perusahaan listrik swasta diserahkan kembali
kepada pemiliknya semula sesuai hasil Konferensi Meja Bundar (KMB).

4. Periode 1951 – 1966


Jawatan Tenaga membawahi Perusahaan Negara untuk membangkitkan
Tenaga Listrik (PENUPETEL) dan diperluaskan dengan membawahi juga
Perusahaan Negara ntuk Distribusi Tenaga Listrik (PENUDITEL) pada tahun
1952.
Berdasarkan Keppres No.163 tanggal 3 Oktober 1953 tentang Nasionalisasi
perusahaan listrik milik bangsa Belanda yaitu jika konsesi perusahaannya telah
berakhir, maka beberapa perusahaan listrik milik swasta tersebut diambil alih
digabungkan ke Jawatan Tenaga. Kemudian pada tahun 1958 DPR dan
Pemerintahan RI menerbitkan Undang-undang tentang Nasionalisasi semua
perusahaan Belanda.
Kemudian Peraturan Pemerintah RI No.18 tentang Nasionalisasi Perusahaan
Listrik dan Gas milik Belanda. Berdasarkan peraturan Pemerintah tersebut
Penguasa Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas (P3LG) menangani proses alih
kepemilikannya.
Jawatan Tenaga diubah menjadi Perusahaan Listrik Negara melalui Surat
Keputusan Menteri PU dan Tenaga No.P.25 / 45 / 17 tanggal 23 September 1958,
sedangkan P3LG dibubarkan pada tahun 1959 setelah Dewan Direktur Perusahaan
Listrik Negara (DDPLN) terbentuk.
Berdasarkan U.U No.19 tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, melalui
Peraturan Pemerintah RI No.67 tahun 1961 dibentuklah Badan Pimpinan Umum
Perusahaan Listrik Negara (BPU PLN) yang mengelola semua perusahaan listrik,
gas dan kokkas berada di dalam satu wadah organisasi. Untuk mewujudkan UU
dan Peraturan Pemerintah tersebut, Menteri PU dan Tenaga Listrik saat itu
menerbitkan surat Keputusan Menteri PUT No.Ment. 16/1/20, tanggal 20 Mei 1961
yang memuat arahan sebagai berikut:
a. BPU adalah suatu badan negara yang diserahi tugas menguasai dan
mengurus perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang terbentuk badan
hukum.
b. Organisasi BPU PLN dipimpin oleh direksi.
c. Daerah eksploetasi yang terdiri atas;
1. 10 daerah eksploitasi litrik umum (Pembangkit dan Distribusi).
2. 2 daerah eksploitasi khusus distribusi listrik.
3. 1 daerah eksploitasi khusus pembangkit listrik.
4. 13 PLN eksploitasi proyek-proyek kelistrikan.
d. Daerah eksploitasi khusus distrbusi dibagi lebih lanjut menjadi cabang dan
Ranting.
e. Daerah eksploitasi khusus pembangkitan dibagi lebih lanjut menjadi
sektor.
Tahun 1965 BPU PLN dibubarkan dengan peraturan pemerintah No.19 dan
dibentuk Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan perusahaan Gas Negara (PGN).
Tahun 1966, BPU PLN pada masa Kabinet Ampera, PLN di tempatkan
dibawah Direktorat Jendral Tenaga Listrik (DITJEN) di dalam lingkungan
Departemen Perindustrian Dasar Ringan dan Tenaga (DEPPDAGRI).

5. Periode 1967 – 1989


Dalam Kabinet Pembangunan I Dirjen Gatrik, PLN dan Lembaga Masalah
Ketenaga Kerjaan (LMK) dialihkan ke Departemen PUTL. LMK diteteapkan
dalam pengelolaan PLN melalui Peraturan Menteri PUTL No. 6/ PRT/ 1970.
Tahun 1972, PLN ditetapkan sebagai Perusahaan Umum melalui Peraturan
Pemerintah No.18. Pemerintah juga memberikan tugas-tugas pemerintahan di
bidang kelistrikan kepada PLN utuk mengatur, membina, mengawasu pelaksanaan
perencanaan umum bidang kelistrikan nasional, disamping tugas-tugas sebagai
perusahaan.
Dalam Kabinet Pembangunan IV Dirjen Ketenagaan diubah menjadi Dirjen
Listrik dan Energu Baru (LEB) perubahan nama ini memperjelas tugas dan
fungsinya yaitu:
a. Pembinaan Program Kelistrikan
b. Pembinaan Pengusahaan Kelistrikan
c. Pengembangan Energi Baru.
Terlihat bahwa tugas-tugas Pemerintah yang semula dipikul oleh PLN (secara
bertahap dikembalikan ke Departemen), sehingga PLN dapat lebih memusatkan
fungsinya sebagai perusahaan.

6. Periode 1985 - 1993


Mengingat tenaga listrik sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara umum serta untuk mendorong peningkatan kegiatan
ekonomi secara khusus dan oleh karena itu usaha penyediaan tenaga listrik,
pemanfaatan, dan pengelolaannya perlu ditingkatkan agar tersedia tenaga listrik
dalam jumlah yang cukup merata dengan mutu pelayanan yang baik kemudian
dalam rangka peningkatan pembangunan yang berkesinambungan di bidang
ketenagalistrikan di perlukan upaya untuk secara optimal memanfaatkan sumber-
sumber energi untuk membangkitkan tenaga listrik sehingga menyediakan tenaga
listrik terjamin tetapi untuk mencapai maksud tersebut, pemerintah Republik
Indonesia menganggap bahwa ketentuan dan perundang-undangan yang ada sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan pembangunan di
bidang ketenagalistrikan, maka bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia menetapkan Undang-undang No. 15 tahun 1985 tentang
ketenagalistrikan.
Kemudian sebagai pengejawatan Undang-undang tersebut pemerintah
menempatkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 10 tahun 1989 tentang
Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.
Berdasarkan Undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut di tetapkan
bahwa PLN merupakan salah satu pemegang kuasa ketenagalistrikan, berhubung
dengan itu maka agar didalam pelaksanaan operasional sebagai pemegang kuasa
usaha ketenagalistrikan sesuai dengan makna yang terkandung di dalam Undang-
undang dan peraturan pemerintah tersebut di atas, Pemerintah Republik Indonesia
menetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 tahun 1990 tentang
Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara.
Peraturan ini merupakan dasar hukum pengelolaan perusahaan umum listrik
negara sebagai pemegang kuasa ketenagalistrikan.

7. Periode 1994 s/d Sekarang


Mengingat listrik sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara umum, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 3
tahun 1994 tentang peralihan bentuk Perusahaan Listrik Negara (PERUM) menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero) serta telah di tanda tanganinya akta notaris Sujipto,
SH No. 169 tanggal 30 Juli 1994 tentang Pendirian Perusahaan Terbatas (PT)
Perusahaan Milik Negara atau disingkat PT. PLN (Persero) telah didirikan dengan
modal Rp. 63.000.000.000.000,00 (Enam Puluh Tiga Triliun Rupiah) modal yang
ditempatkan dan disetor penuh Rp. 13.000.000.000.000,00 (Tiga Belas Triliun
Rupiah) segala hak dan kewajiban, kekayaan serta pegawai Perusahaan Umum
Listrik Negara yang ada pada saat pembubaran beralih kepada PT. PLN (Persero).

Anda mungkin juga menyukai