Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk


mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan di sekolah, kepala sekolah
memiliki peran krusial dalam pengelolaan kelembagaan secara efektif dan efisien.
Hal ini tentu tidak kalah penting dibandingkan dengan supervisi akademik yang
sasarannya adalah guru dan pembelajaran. Tanpa pengelolaan sekolah yang baik,
tentu tidak akan tercipta iklim yang memungkinkan guru bekerja dengan baik.
Itulah sebabnya ulasan mengenai perlunya supervisi pendidikan, yakni supervisi
manajerial.
Selanjutnya jika memandang pendidikan sebagai sebuah sistem organisasi
maka aspek manajemen memiliki peranan penting. Manajemen pendidikan
merupakan suatu proses kerjasama yang sistematik, sistemik dan komprehensif
dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Selain itu Manajemen pendidikan
juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenan dengan pengelolaan
proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Manajemen baik
tujuan jangka pendek , menengah dan jangka panjang. Tanpa manajemen tidak
mungkin tujuan pendidikan dapat terwujud secara optimal, efektif dan efisien.
Dalam kerangka inilah akan tumbuh kesadaran akan arti pentingnya Manajemen
pendidikan yang memberikan kewenangan sekolah dan guru dalam mengatur
pendidikan dan pengajaran, merencanakan, mengorganisasi, mengawasi,
memepertanggungjawabkan, mengatur, serta memimpin SDM untuk membantu
pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan sekolah.

1
Berbicara mengenai pengeloaan pendidikan di Negara kita, tentu tidak
terlepas dari berbagai macam persoalan. Masalah klasik yang timbul diantaranya
tata administrasi sekolah yang masih kurang, perencanaan sekolah yang tidak
matang, gedung sekolah yang hampir ambruk, dan perubahan kurilum yang
berkembang dinamis menyesuaikan kondisi perkembangan jaman. Topik yang
hangat diperbincangkan dalam dunia pendidikan nasional saat ini adalah mengenai
perkembangan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini menggantikan Kurikulum
sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Proses pendidikan yang baik selalu melibatkan kurikulum yang dijadikan
acuan dalam mendidik sampai membentuk manusia seutuhnya. Kurikulum tahun
2006 yang telah dilaksanakan kurang lebih enam tahun dinilai tidak lagi sesuai
dengan perkembangan zaman dan menjadikan siswa sebagai manusia yang
individual. Menyadari hal itu maka sejumlah pakar pendidikan berusaha
memperbaiki semua unsur pelaksanaan pendidikan salah satunya merombak
kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diharapkan mampu
memperbaiki akhlak serta mencetak SDM yang mampu berkompetensi mengikuti
arus perkembangan globalisasi guna mempetahankan kelangsungan hidupnya.
Upaya perbaikan tersebut akan berlangsung dengan baik apabila calon pendidik
juga memahami maksud perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013.
Pemahaman implementasi kurikulum 2013 adalah bagian dari pemenuhan
kompetensi paedagogik serta kompetensi profesional dari calon pendidik. Apabila
dicermati, semua permasalahan diatas timbul karena tidak berjalannya fungsi
manajemen baik di tingkat pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan
Nasional maupun lembaga penyelenggara pendidikan, yakni sekolah baik negeri
maupun swasta. Selain itu, terkait dengan implementasi kurikulum 2013
sebagaimana diatur dalam Permendikbud no. 81.A juga memerlukan perhatian dan
usaha yang serius untuk memastikan implementasi tersebut dapat dilakukan sesuai
yang diharapkan.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka pembahasan implementasi supervisi
manajerial perlu diulas secara ilmiah dari segi acuan, ruang lingkup, tujuan, pelaku,
waktu pelaksanaan dan tekni-teknik pelaksanaan supervisi.

2
B. Rumusan Masalah
Dari beragam pemaparan di atas maka permasalahan yang muncul adalah
bagaimana implementasi supervisi manajerial berbasis kurikulum 2013 untuk
meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan ?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk membahas dan menguraikan implementasi supervisi
manajerial berbasis kurikulum 2013 untuk meningkatkan mutu dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan.
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat digunakan oleh guru, kepala sekolah dan pengawas
serta unsur-unsur yang terlibat dalam dunia pendidikan lainnya. Manfaat yang
diharapkan adalah bertambahnya wawasan keilmuan dalam hal supervisi manajerial
sehingga pelaksanaan supervisi dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Supervisi Manajerial
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah diisyaratkan bahwa pengawas sekolah dituntut
untuk menguasai kompetensi supervisi manajerial. Supervisi adalah kegiatan yang
dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan dalam rangka membantu kepala sekolah,
guru dan tenaga kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi ditujukan pada dua aspek
,yakni manajerial dan akademik. Esensi dari supervisi manajerial adalah berupa kegiatan
pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen
sekolah lainnya di dalam mengembangkan kompetensi kependidikan SDM, mengelola,
mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas sekolah sehingga dapat berjalan
dengan efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi standar
pendidikan nasional. Pengawasan manajerial pada dasarnya berfungsi sebagai
pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan kepada kepala sekolah/madrasah dan
seluruh tenaga kependidikan lainnya di sekolah/madrasah dalam pengelolaan
sekolah/madrasah untuk meningkatkan kinerja sekolah dan kinerja kepala sekolah serta
kinerja tenaga kependidikan lainnya.
Sasaran Supervisi Manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf sekolah
lainnya dalam mengelola administrasi pendidikan seperti:
(1) administrasi kurikulum,
(2) administrasi keuangan,
(3) administrasi sarana prasarana/perlengkapan,
(4) administrasi personal atau ketenagaan,
(5) administrasi kesiswaan,
(6) administrasi hubungan sekolah dan masyarakat,
(7) administrasi budaya dan lingkungan sekolah, serta

4
(8) aspek-aspek administrasi lainnya (administrasi persuratan dan pengarsipan)
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam melakukan supervisi terhadap hal-hal di atas, pengawas sekaligus juga
dituntut melakukan pematauan terhadap pelaksanaan standar nasional pendidikan yang
meliputi delapan komponen, yaitu: (a) standar isi, (b) standar kompetensi lulusan, (c)
standar proses, (d) tandar pendidik dan tenaga kependidikan, (e) standar sarana dan
prasarana, (f) standar pengelolaan, (g) standar pembiayaan, dan (h) standar penilaian.
Tujuan supervisi terhadap kedelapan aspek tersebut adalah agar sekolah terakreditasi
dengan baik dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan.

B. Ruang Lingkup Supervisi Manajerial


Salah satu fokus penting lainnya dalam dalam supervisi manajerial oleh pengawas
terhadap sekolah, adalah berkaitan pengelolaan atau manajemen sekolah. Berikut adalah
ruang lingkup supervise manajerial :

1) Pemantauan
Pemantauan manajemen perubahan mengarah pada pencapaian 8 Standar
Nasional Pendidikan (SNP) dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu
kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah.

2) Penilaian
Penilaian terhadap kinerja kepala sekolah dalam hal menjadi agen
perubahan pertama di sekolah dalam implementasi kurikulum 2013 sesuai dengan
standar nasional pendidikan.

3) Pembinaan
Hasil pemantauan dan penilaian oleh pengawas harus dijadikan dasar
untuk peningkatan kompetensi dan profesionalisme kepala sekolah dan
ditindaklanjuti dengan melakukan pembinaan baik berupa pembimbingan
dan/atau pelatihan kepala sekolah. Pada implementasi kurikulum 2013supervisi
manajerial sangat dibutuhkan menginga tadanya perubahan mindset dan perilaku
warga sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah.Karena itu pengawas harus
melakukan pendampingan kepada kepala sekolah agar mendapat kepastian bahwa
implementasi kurikulum berjalan sesuai dengan harapan.

5
C. Prinsip Supervisi Manajerial
Prinsip-prinsip supervisi manajerial pada hakikatnya tidak berbeda dengan
supervisi akademik, yaitu:
1) Prinsip yang pertama dan utama dalam supervisi adalah kepala sekolah harus
menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana ia bertindak sebagai atasan dan kepala
sekolah/guru sebagai bawahan.
2) Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.
Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka,
kesetiakawanan, dan informal.
3) Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas bersifat
sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan.
4) Supervisi harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan
supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.
5) Program supervisi harus integral. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat
bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan.
6) Supervisi harus komprehensif. Program supervisi harus mencakup keseluruhan
aspek, karena hakikatnya suatu aspek pasti terkait dengan aspek lainnya.
7) Supervisi harus konstruktif. Supervisi bukanlah sekali-kali untuk mencari
kesalahan-kesalahan guru. Supervisi harus obyektif. Dalam menyusun,
melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi harus obyektif.
Obyektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi itu harus
disusun berdasarkan persoalan dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah
(Kemendiknas, 2010: 20).

D. Metode Supervisi Manajerial


1) Monitoring dan Evaluasi
a) Monitoring
Monitoring adalah model kegiatan pemantauan penyelenggaraan sekolah,
apakah sudah sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah
ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam

6
pelaksanaan program. Kegiatan monitoring bertujuan untuk menetapkan standar
untuk mengukur prestasi, mengukur prestasi, menganalisis apakah prestasi
memenuhi standar, dan mengambil tindakan apabila prestasi kurang/tidak
memenuhi standar. Sasaran utama monitoring adalah untuk menghimpun
informasi melalui pemotretan kondisi nyata sekolah sehingga data yang diperoleh
dapat digunakan untuk bahan pengambilan keputusan perbaikan mutu.
b) Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk menghimpun informasi mengenai peta
proses dan progress penyelenggaraan sekolah dibandingkan dengan target yang
direncanakan sehinga dapat diketahui peta keberhasilan dalam kurun waktu
tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk mengetahui tingkat
keterlaksanaan program, mengetahui keberhasilan program, mendapatkan
bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya, dan memberikan penilaian
(judgement) terhadap sekolah.
2) Refleksi dan Diskusi Kelompok
Prinsip utama manajemen sekolah adalah mengerahkan sumber daya dan
meningkatkan partisipasi. Dalam strategi ini pengawas perlu menyampaikan hasil
monitoring secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Sekolah selanjutnya merefleksi data
yang pengawas sampaikan sehingga pihak sekolah menemukan sendiri faktor-
faktor penghambat serta pendukung mereka hadapi. Diskusi kelompok ini
merupakan bagian dari usaha menyatukan pandangan stakeholder mengenai
realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-
langkah strategis maupun operasional untuk melakukan perbaikan mutu
berkelanjutan.

3) Metode Delphi

Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak


sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam
merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah. Metode Delphi menurut Gorton (1976:
26-27) adalah sebagai berikut:

7
1. Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan
dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan sekolah;
2. Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa
disertai nama/identitas;
3. Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai
dengan jumlah orang yang berpendapat sama.
4. Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut
untuk diberikan urutan prioritasnya.
5. Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan
hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya.

Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak


stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering menjadi
kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah dengan target agar semua yang hadir
dalam musyawarah mengungkapkan gagasan. Hal ini merupakan solusi dari masalah
seringnya pertemuan didominasi oleh orang-orang tertentu.

4) Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat pengawas
lakukan dalam melaksankan supervisi manajerial. Strategi ini untuk mendorong
dinamika kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala
sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu
disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Yang penting seorang pengawas
memiliki kewajiban untuk mengarahkan workshop sekurang-kurangnya 3 kali dalam
setahun.

E. Kompetensi Manajerial
1) Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan
2) Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi misi tujuan dan program-
program sekolah binaannya.

8
3) Menyusun metode kerja dan berbagai instrumen yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan.
4) Membina kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan berdasarkan
manajemen peningkatan mutu berbasisi sekolah (MPMBS)
5) Membina kepala sekolah dalam dalam melaksanakan administrasi satuan
pendidikan meliputi administrasi kesisiwaan, kurikulum dan pembelajaran,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, keuangan,
lingkungan sekolah dan peran setrta masyarakat.
6) Membantu sekolah dalam menyusun indikator keberhasilan mutu pendidikan di
sekolah.
7) Membina staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya.
8) Memotivasi pengembangan karir kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan
lainnya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku
9) Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan pada sekolah-sekolah binaannya dan
menindak lanjutinya untuk perbaikan mutu pendidikan dan progran pengawasan
berikutnya.
10) Mendorong guru dan kepala sekolah untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya.
11) Menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan kepada guru dan kepala
sekolah
12) Memantau pelaksanaan inovasi dan kebijakan pendidikan pada sekolah-sekolah
binaannya.

F. Pelaksanaan Supervisi Manajerial


Supervisi manajerial pada tahun ini diberi tambahan tugas berupa implemetasi
Kurikulum 2013 serentak diseluruh sekolah di Indonesia. Pengawas harus melakukan
konsentrasi supervisi manajerial bukan saja tentang pengelolaan dan administrasi
pelaksanaan kurikulum lama (KTSP 2006), tetapi harus melakukan supervisi pada
implementasi Kurikulum 2013. Pada kegiatan ini akan dibahas supervisi yang berkaitan
langsung dengan terselenggaranya kurikulum 2013, diantaranya:
1) manajemen KTSP 2013 dan pembelajaran saintifik

9
2) manajemen ekstrakurikuler wajib dan pilihan
3) administrasi buku guru dan buku siswa
4) analisis ratio PTK dalam program peminatan
5) manajemen keuangan
6) hubungan sekolah dan masyarakat
7) layanan khusus peminatan.

8) Manajemen Kurikulum 2013 dan pembelajaran saintifik

Seperti halnya manajemen kurikulum KTSP 2006, kepala sekolah harus


menyusun KTSP 2013 dengan pembelajaran saintifik. Pengawas harus melakukan
pemantauan dan pendampingan dalam penyusunan KTSP 2013. Pengawas
memastikan bahwa kepala sekolah telah memahami petunjuk penyusunan KTSP
dalam Permendikbud No.81A lampiran I tentang penyusunan KTSPdan peraturan
terkait lainnya. Supervisi kepada kepala sekolah sangat diperlukan karena pada
implementasi kurikulum 2013 kepala sekolah harus melakukan perubahan-
perubahan baik perubahan terhadap struktur organisasi, hubungan kerja dan job
deskripsi yang jelas, perubahan terhadap teknologi proses kerja, metode kerja,dan
peralatan kerja, maupun perubahan persepsi, perubahan sikap ( perubahan
mindset) dan kebiasaan dari para pemangku kepentingan,baik individu maupun
kelompok. Pengawas harus merekam data perubahan-perubahan di sekolah
secara lengkap, melaporkan temuan kepada sekolah agar segera dilakukan
penyelesaiannya.
Supervisi yang dilakukan pengawas harus memantau kepala sekolah
melakukan manajemen perubahan melalui Planning, Organizing,Leading, dan
Controlling.Pengawas harus mendapat kepastian bahwa kepala sekolah memahami
apa yang berubah, ke mana arah perubahan,dan menguasai bagaimana cara
merubah sekolah menuju kurikulum 2013. Selama supervisi penyusunan KTSP
pengawas memberi saran dan masukan untuk terciptanya KTSP yang kondusif
bagi partisipasi seluruh warga sekolah membentuk berbagai kerja yang sinergis,
memiliki agen perubahan yang akomodatif mengeliminasi setiap gejala resistensi
perubahan. Pengawas juga dapat mendorong kepala sekolah menyiapkan program

10
evaluasi pelaksanaan KTSP 2013 dan rencana perbaikan berkelanjutan.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Implementasi Supervisi Manajerial Berbasis Kurikulum 2013

Supervisi sebagai bagian terpenting dari upaya menciptakan proses


pembelajaran yang berkualitas bertumpu pada peran pengawas dan kepala sekolah.
Adapun peran pengawas tersebut telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 12 Tahun 2007 tentang standar kompetensi pengawas sekolah/madrasah
yang meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi
supervisi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, dan kompetensi penelitian
pengembangan. Dengan demikian jelas betapa sangat pentingya supervisi oleh
pengawas itu dilaksanakan terutama dalam upaya pengembangan sebuah sekolah
secara menyeluruh dan sudah tentu harus melalui tahapan – tahapan pengembangan
yang akan dapat ditempuh oleh sebuah sekolah jika ada kepengawasan yang baik
terhadapnya.
Supervisi Manajerial bertujuan untuk membantu meningkatkan mutu
pengelolaan sekolah dalam hal Managemen kurikulum dan pembelajaran, Kesiswaan,
Sarana prasana, Ketenagaan, keuangan, Hubungan sekolah dengan masyarakat
(adanya komite sekolah), layanan khusus.
Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah (Direktorat
Tenaga Kependidikan, 2009: 20) dinyatakan bahwa supervisi manajerial adalah
supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan Sekolah yang terkait langsung
dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas Sekolah yang mencakup perencanaan,
koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia
(SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan fungsi supervisi
manajerial, pengawas Sekolah/madrasah berperan sebagai:
(1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi,
pengembangan manajemen Sekolah,

11
(2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi
Sekolah
(3) pusat informasi pengembangan mutu Sekolah,
(4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan supervisi manajerial adalah
usaha meningkatkan mutu sekolah pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi
sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran.
Sementara supervisi akademik bertujuan untuk membantu guru dalam hal
meningkatkan mutu kegiatan akademik, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di
luar kelas.

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Visi pendidikan nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Untuk mewujudkan visi tersebut tentu
dilakukan suprevisi manajerial. meningkatkan mutu pengelolaan sekolah dalam hal
Managemen kurikulum dan pembelajaran, Kesiswaan, Sarana prasana, Ketenagaan,
keuangan, Hubungan sekolah dengan masyarakat (adanya komite sekolah), layanan
khusus.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan di atas maka kami dapat memberikan beberapa
saran, yaitu:
1. Kepala sekolah agar dapat melaksanakan supervisi akademik dengan baik agar
terjadi peningkatan mutu kegiatan pembelajaran.
2. Pengawas satuan pendidikan agar dapat melaksanakan supervisi manajerial
dengan baik agar terjadi peningkatan mutu sekolah melalui pengelolaan
manajemen sekolah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:
Burhanuddin, dkk. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran-Konsep, Pendekatan dan
Penerapan Pembinaan Profesional. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Malang.

Depdiknas. 2009. Modul Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan
, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81.A tentang
Implementasi Kurikulum

Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia No. 12 Tahun 2007 tentang
Standar Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah

Sumber Internet :

Nuh, Mohammad. 2013. “Kurikulum 2013” (http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-


mendikbud-kurikulum2013). Diakses pada tanggal 24 September 2015
http://mawar-mamamia.blogspot.co.id/2010/06/kompetensi-supervisi-manajerial.html. Diakses
pada tanggal 25 September 2015

14

Anda mungkin juga menyukai